Kegagalan melakukan transformasi kepemimpinan bisa mempecrepat proses
krisis multi dimensi menjadi sebuah tragedi yang mengerikan- (Abu
ridha).
Pemira UB yang akan segera dilaksanakan telah menumbukan harapan
namun sekaligus juga menyimpan kekhawatiran. Jika berlangsung dengan
aman, lancar dan akhirnya mampu memunculkan pemimpin2 yang cakap,
jujur dan visioner. Sebab kedepan UB memerlukan pemimpin yang dapat
yang mampu mewadahi aspirasi semua mahasiswa (termasuk F. Teknik).
Tentu saja harapan itu sangat ideal dan karenanya kita secara bersama-
sama menyukseskan agar Pemira nanti menghasilkan sesuatu yang
diharapkan.
Namun dibalik harapan yang meluap2 itu tersimpan sejumlah pertanyaan
yang boleh jadi menjadi cerminan skeptisme yang dalam.
Kenyataan disamping banyak yang meragukan harapan itu dapat
terwujud bahkan sejumlah pertanyaan yang sebelumnya hanya
merefleksikan pemilu sebagai sarana tranformasi kepemimpinan kini
berubah menjadi kekhawtiran yang cukup dalam. Apakah Pemira nanti
bisa dilaksanakan sesuai dengan rencana?
Pasalnya ada beberapa pendapat (yang masuk k sy) bahwa pemira
sekarang mengungkap kemungkinan sabotase yang bertujuan untuk
menggagalkan pemira.
Kedua pemira sekarang adalah puncak dari kekecewan pemira-pemira
sebelumnya. Dikhawtirkan para barisan sakit hati (para kecewa pemira
sebelumnya) kan diaplikasikan dengan bentuk2 anarkisme. Berkaca pada
pemira sebelumnya pun benturan2 itu sudah ada.
Selain keamanan masalah teknis dalam kelancaran pemira menjadi
kekhawatiran, masalah-masalah teknis seperti surat-surat, kertas
suara dan banyak lagi (terutama masalah dengan atribut panitia)
hingga banyak pendapat yang masih merragukan kerja panitian terutama
dalam hal2 teknis.
Begitupun dalam perhitungan suara ke-independenan dan kejujuran
panitia menjadi mengundang kekhawatiran yang cukup serius baik pada
saat perhitungannya atupun pasca perhitungan suara.
Namun kekhawtiran yang seharusnya lebih diperhatikan melebihi
kekhawatiran2 lainnya –seperti keamanan, teknis dan sistem yang belum
tersosialisasikan secara sempurna- ialah apabila pemira tidak dapat
memenuhi harapan rakyat yang paling fundamental tersebut. Dengan kata
lain pemira gagal dalam melakukan tranformasi kepemimpinan.
Boleh jadi Pemira berjalan aman, tidak ada gejolak namun apabila
hasilnya tidak dapat memenuhi harapan mahasiswa, yakni tidak
menghasilkan pemimpin yang layak, maka dana dan tenaga rakyat yang
telah dikuras akan menjadi sia2. Apalagi kalau hasilnya hanya
mengukuhkan para pemimpin menurut istilah Nabi Muhammad SAW, yang
dungu atau tolol –bodoh- (sufaha-bahasa arabnya).
Dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW mengkhawatirkan enam hal terjadi
pada ummatnya. Salah satu dari enam hal itu ialah lahirnya pemimpin
dungu dan tolol ditengan2 kaum muslimin.
"Sungguh saya pernah mendengar Rosullulah bersabda: `
Bersegeralah mempersiapkan bekal untuk kematian sebelum sebelum
datang enam: orang dungu yang diangkat menjadi pemimpin, banyak
polisi, jual beli jabatan, meremehkan pertumpahan darah, pemutusan
tali persaudaraan, dan tumbuhnya generasi yang menjadikan qur'an
sebagai barang seni, mereka dihormati karena pandai
melagukannyameskipun mereka tidak banyak memahami isinya.
Dalam hadits tersebut mengisaratkan bahwa yang dikhawatiri oleh
Rosulullah SAW adalah terjadinya krisis kepemimpinan yang salah satu
indikatornya orang dungu (tolol, bodoh) diangkat menjadi pemimpin.
Dan sepertinya beliau ingin menegaskan bahwa kegagalan ummat dalam
melakukan tranformasi kepemimpinan hingga lahirnya pemimpin2 yang
baik jujur, bersih, visioner dan peduli dapat mengakibatkan dapat
mengakibatkan ummat dipimpin oleh orang2 dungu atau tolol (bahasa
kerennya sufaha). Kegagalan ini sama artinya dengan membiarkan krisis
2 lainnya, yaitu krisis keamanan, amanah, solidaritas, lkemanusiaan
dan krisis nilai.
Mon May 29, 2006 8:10 am
No comments:
Post a Comment