15 November 2006

mencari kesempurnaan (CDV)

Cordova : mencari kesempurnaan

cordova haruskah kau tumbuh berkembang di saat sayap-sayap pengasuhmu
begitu rapuh.

lahirnya (kembali) cordova merupakan sesuatu yang indah dan istimewa
bagi saya dan mungkin buat humas komsat UB. meskipun prematur,
Alhamdulillah, akhirnya bisa lahir dengan segala kekurangan dan
kelebihannya, tapi bagi saya disanalah istimewanya. begitu banyak
pengorbanan yang dilakukan agar tetap berdenyut ketika dalam rahim,
dan bagi saya disanalah keindahannya.
fase kelahiran telah terlewati dengan sukses. sukses dari
kelahirannya saja. iya. namun dari kterlibatan sebuah keluarga dan
profesionalisme sebuah media adalah pertanyaan yang harus dijawab
selanjutnya. seperti halnya deklarasi sebuah negeri (proklamasi) .
untuk melahirkan sebuah bangsa baru di dunia mungkin hanya perlu
beberapa menit. tapi untuk menjadikan bagsa tersebut mencapai cita-
citanya dan ikut berperan aktif dalm dunia, butuh beberapa generasi.

dan sekarang masa keemasan (primary gold) telah datang (maaf kalo
salah istilahnya).
andaikan sorang bayi pada masa ini butuh asupan yang tak hanya
bergizi bagi tubuh tapi butuh asupan yang baik untk perkembangan
otak. Pada masa ini harus lebih banyak perhatian dan pengorbanan
tentunya.harus banyak tangan yang menuntun. banyak punggung yang
menopang. banyak kepala yang memikirkan dan perlu banyak hati yang
memiliki.
pada masa inilah segala persiapan harus bisa diberikan untuk dapat
mandiri dan meraih cita-citanya.

begitulah Rosulullah dengan risalah Islam. lahirnya (kembali) Islam
dimulai saat Muhammad saw berumur 40 tahun dengan turunnya wahyu 5
ayat pertama surat Al-Alaq. namun untuk menggenapkan pondasi
peradaban dunia rosullullah perlu 23 tahun.

panjang. sangat panjang.
lalu. apakah cukup melahirkan cordova saja uuntuk ditelantarkan dan
menunggunya mati. dan kemudian menunggu dibangkitkan lagi oleh
generasi selanjutnya.
apakah cordova akan mati muda tanpa pernah meraih cita-citanya.
seperti Soe hok Gie (pendiri Mapala UI) yang mati muda di tingginya
semeru tanpa pernah mengetahui kerendahan hati cita-citanya, tak ada
yang meneruskan pemikirannya dan yang menyedihkan tak pernah mengenal
Tuhannya yang ia cari-cari dalam tulisan2nya. haruskah mati muda
seperti Ahmad Wahib (aktifis HMI) tanpa pernah memahami Tuhan-nya dan
ajaran-NYA. atau seperti Kartini yang mati muda yang tak pernah
keluar dari kegelapan zamannya meskipun dapat beasiswa ke Belanda.

atau kita ikuti saja pendapat gie
"berbahagialah orang-orang yang tak pernah dilahirkan
atau yang dilahirkan kemudian mati muda"
----gie
Thu Jul 13, 2006 3:58 pm

No comments: