26 April 2013

Jam 00

Jam 00, kepalanya mulai riuh. Ke lentera, di jentera, ke bentara lalu ke beranda. Menjelang subuh ia mengaduh. Rindunya belum juga sembuh.
(2013)

Ampunilah Kesibukan Kami

Ampunilah kesibukan kami. Beri keluangan untuk bertemu. Agar tak semua kangen berakhir di keranda rindu.
(2013)

04 April 2013

Lomba Puitwit



Awal Februari lalu, penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) mengadakan lomba membuat puitwit. Lomba semacam ini sebenarnya lumrah diadakan sebuah akun penerbit. Selain untuk menambah follower, juga untuk promosi buku. Saya pun ambil bagian mengikuti lomba tersebut dengan saat itu mensyaratkan kata kunci ‘gula’.

Puitwit adalah jenis puisi yang populer di jejaring Twitter. Tak ada yang berbeda dengan puisi umumnya, hanya saja puitwit dibatasi jumlah karakter. Puitwit tak boleh lebih dari 140 karakter dan dibuat dalam batas waktu yang ketat. Khusus KPG, hanya berlangsung pada jam kerja. Jam 9 pagi-5 sore. Lumayan menantang. Apalagi dalam membuat puitwit disyaratkan untuk memakai kata kunci tertentu.

Maka, disela-sela liputan, otak saya berputar-putar dan terus memikirkan kata gula. Akhirnya menjelang siang saya menemukan satu kalimat yang pas. Saya tulis di akun Twitter saya @1bambang.

Tadi pagi ibuku menyeduh kopi tanpa gula. “Sesekali sesaplah yang pahit-pahit agar tak mudah gila,” pesannya.

Puitwit di atas meski tak menang, masuk dalam tujuh puitwit terbaik yang dipilih oleh juri Joko Pinurbo. Saya senang.

Lalu saya kembali membuat lagi meski batas waktunya sudah jauh lewat.

Gila, gula, galau adalah nama penyakit. Obatnya ada di rumahsakit jiwa, rumahsakit umum, dan rumahsakit rindu.

Gimana?

Kamu sudah pernah bikin Puitwit?