30 October 2007

Pernikahan I

 Dalam membaca cerita-cerita roman, saya selalu berharap, di akhir cerita tokoh utama dapat menikah dengan pujaan hatinya dan kemudian hidup bahagia selama-lamanya. Sepertinya, pernikahan adalah titik awal dari segala kebahagiaan manusia. Kunci untuk membuka kotak kebahagiaan yang tak pernah habis.

Lihat saja, tanpa pernikahan, hidup Romeo dan juliet berakhir tragis. Kisah Laila Majnun menjadi kisah cinta yang memilukan. Karamnya kapal Van Der Wijck lebih dari sebuah tragedi bagi Zainudin, lebih dari hanya tenggelamnya sebuah kapal, tapi berarti hilangn kepingan hatinya yang dibawa Hayati. Tanpa pernikahan cerita Wasripin dan Satinah menjadi sebuah cerita yang menyedihkan. Sami menderita, karena dunianya lenyap, di bawa Samiroh.

Dan dengan pernikahan Cintanya Zulaikha kepada Yusuf menjadi suci. Dengan pernikahan Cita-cita seorang Kartini lebih mudah tercapai. Abu Kasan Sapari berbahaia dengan Lastri. dan Kebahagiaan Fahri menjadi lengkap.

Pernikahan adalah sebuah episode yang diharapkan akan juga dilalui oleh setiap insan (termasuk saya). Sebuah titik kehidupan yang akan dilalui, yang juga telah ditetapkan sebelum manusia hidup kedunia. Cepat atau lambat, pernikahan menjadi sebuah momen yang (akan) direncanakan dalam benak manusia. sadar atau tidak setiap langkah kehidupan (bagi yang belum menikah) mengarah ketitik sana.

Pernikahan adalah penawar dari hidup yang ditakutkan manusia : sepi, sendiri. Dengan menikah berarti memastikan ada teman disamping disaat kau sendiri. Ada punggung yang tegak yang siap dijadikan sandaran saat lelah menjalani hidup. Ada dada yang lapang untuk berlindung dan menumpahkan kekesalan hidup. Ada tangan yang menggemgam teguh memberi harapan di saat mulai ragu akan pilihan hidup. Ada kaki yang kuat yang siap berjalan mengiringi entah seberapa jauh perjalanan hidup.

Walaupun banyak sudah cerita, lirik, lagu, langgam, puisi, pepatah, tulisan mengadopsi dari imaji pernikahan. Banyak sudah cerita di buat, bertemakan pernikahan. Buku dicetak sebagai solusi pernikhan. Tulisan di muat utuk meng-inspirasi kehidupan pernikahan. Konsultasi dibuka sebagai pesaran masalah dalam pernikahan. Nyatanya walaupun begitu, adalah fakta yang sulit untuk maju ke pernikahan. Banyak pertimbangan dan pikiran-pikiran yang membeban.

Pernikahan menjadi bukan hanya sebuah prosesi untuk menyatukan dua insan,
Tapi menyatukan dua cita-cita yang mungkin berbeda dan mungkin akan berubah pula kelak. Pernikahan bukan hanya sebuah upacara untuk menyatukan dua keluarga, tapi darinya, akan lahir sebuah keluarga dari dua keluarga yang berbeda. Sebuah kelurga yang harus dibimbing dan dihidupi. Pernikahan bukan hanya menjadi sebuah ikatan untuk terus bersama dalam sebuah suka dan bahagia. Tapi ikatan yang harus terus dijaga daalm sakit dan duka.

Apakah hanya dengan cinta
semuanya bisa dilampaui??
jikalau iya, kan kutebus engkau dengan cinta.
yang walaupun sederhana
kan indah mempesona
sebab kutitipkan dihelai sayap malaikat.

Sebuah tulisan dari seseorang yang mau menikah...
*siapa juga coba yang ga mau*
Yang berlarut-larut dalam pikiran.
Padahal kata hamlet, berlarut-larut dalam pikiran sebagian membuat kita bijak, tapi tiga bagian membuat kita menjadi pengecut.



Akhirnya bertemu di belangga

Benar-benar saya tak menyangka ketika dulu mendapatkan kabar, bahwa teman saya, my Bro, saudara saya, akhina Dato, akan melangsungkan pernikahan pada tanggal 28 Oktober ini. Kaget? Jelas. Ragu? Masih…, Sampai akhirnya pada suatu malam, beliau sendiri menyampaikan rencananya yang akan melangsungkan pernikahan. Ah, Rupa-rupanya saya telah meremehkan (lagi) goresan pena Ilahi dalam membuat pola kehidupan seseorang. Meragukan kekuatan yang bernama jodoh dan cinta.

Saya belum bisa memberikan apa-apa untuk saudaraku di hari berbahagianya. Hanya bisa berdo’a semoga ini menjadi awal dari semua yang indah, awal untuk saling menguatkan dalam mencapai tujuan bersama, dan semoga dalam perjalanannya nanti dapat memberikan banyak manfaat untuk sesama.

Kata pepatah lama:
Asam di gunung garam dilautan
akhirnya bertemu juga di belangga.

selamat menempuh hidup baru.

28 October 2007

Pelita Abadi

Terangi jalan perjuangan
dengan pelita abadi

karna damar akan padam
saat fajar datang
dan mentari hendak terbenam
dipenghujung senja.

tanpa cahaya abadi
siang malam bak sama saja
gelap dan sempit

mencari dalam gelapku
cahaya yang membalut
sinar mentari dan terang rembulan.

Hanya pada cahaya-MU ya Allah
aku bernaung.

Makanan Favorit Mahasiswa

Jangan benar-benar percaya dengan tulisan dibawah ini.
jikalau terdapat kesamaan, nama,  ide, peristiwa, tempat itu semata-mata karena kebetulan.

Awal bulan = mie goreng sedap double tambah telor tambah nasi dikit dimasak pake kompor . airnya pake air merk a*ua asli.
Perempat bulan = mie goreng sedap (singgle) pake telor tambah nasi banyak dimasak pake kompor. airnya pake air a*ua asli.
Tengah bulan= mie goreng sedap ga pake telor ga pake nasi di masak masih di kompor. airnya pake air isi ulang.
Tiga perempat bulan= mie goreng sedaap ga pake telor ga pake nasi di masak di heater. pake air isi ulang.
Akhir bulan sama mie sedap kuah (yang kuahnya agak banyak) ga pake telor ga pake nasi di masak di heater. Airnya pake air keran.

22 October 2007

biar menyejarah, belajar sejarah

Liburan masih lumayan panjang, disaat seharusnya liburan adalah waktunya seneng2 menghabiskan waktu, tanpa harus pusing2 dipermasalahkan dengan beban yang berat-membatu dipundak. Eh,..Sekarang, saat libur, ko malah selalu mendapatkan diri merasa bersalah, ga enak sendiri. sering terpentok keadaan: bosan. Kebosanan lahir tak lebih karena diri sering terperangkap rutinitas liburan yang itu-itu saja: banyak istirahat, tidur, makan, leyeh-leyeh, bengang-bengong dan nonton, tak lupa menghadap, menyapa dan bersyukur kepada Pemilik Hidup. Tak ada satupun aktivitas yang efektif untuk menahan-lambat jatuhnya waktu sia-sia.

Jika biasanya waktu liburan, terus terperangkap keadaan seperti ini, paling efektif adalah baca-baca menghabiskan waktu, eh,.. kenyataannya. saat ini saya lebih banyak bengong-bengong. Jika dulu kemaren waktu liburan adalah saat yang tepat untuk menenggelamkan diri dengan buku-buku, maka sekarang lebih banyak mendapatkan diri lagi leyeh-leyeh ga karuan. Jika dulu liburan dipake untuk mengerami buku, maka sekarang diri ini lebiih banyak duduk didepan tivi.

Aktivitas2 tersebut emang benar2 diluar rencana awal untuk menghabiskan liburan.
Jika biasanya pas liburan, klo mudik, pasti bawa buku (minimal) satu untuk dierami terus sampai bulukan. Tapi ga tau kenapa, mudik tahun sekarang ko…males yah… bawa buku dari Malang. harapannya seeh dirumah ada buku bagussss eh,.. pas nyampe rumah ternyata ga ada. Yang ada berjajar dihadapanku hanya buku-buku pelajaran SD kelas V punya adek. Akhirnya ambil keputusan, yah…, Daripada waktu menguap begitu saja tanpa jelas juntrungannya, jualan anggur sambil ngang-ngong (nganggur sambil bengang-bengong) mendingan kan mengunyah waktu dengan buku. walaupun bukunya ga krunch2 banget.

Jadilah disela-sela istirahat, tidur, makan, leyeh-leyeh, bengang-bengong dan nonton, saya sempatkan baca buku punya adek, buku pelajaran anak kelas V SD, yang ga kriuk apalagi krispy tadi…tapi ternyata setelah baca dihalaman sana-sini,..lumayanlah, walaupun bukunya sederhana (bahkan sangat-sangat sederhana, karena isinya, ide pokok hanya dibuat poin perpoin saja tanpa embel-embel kata apapun juga) buku tersebut ternyata agak liat juga dikunyah. Sehingga detik demi detik waktu terasa lenyapnya, jadi kerasa ilangnya.

Lalu sambil lalu sedikit membuat corat-coret dikompi, sambil mengingat-ngingat kembali mata pelajaran sejarah dulu yang sering dapat nilai “cukup” dan “sedang”, jarang banget dapat nilai “lumayan” apalagi “memuaskan”. Entah kenapa, rasanya dulu susah buaaangeet mencerna mata pelajaran yang satu ini (Untuk ngeles dari todongan pertanyaan saya sering banget beralasan: “gimana bisa ngerti, lha wong pas terjadi saya belum lahir ko, Bu…” *bisa banget alasannya kan?*). Dulu saya masih sering salah membayangkan rangkaian bentangan garis waktu sejarah dan masih bingung titik-titik peristiwa pembuat garis sejarah tersebut. Maklum dalam kurikulum dulu (sekarang juga masih), banyak banget bentangan waktu hilang tanpa kita ketahui dan kita pelajari.

Jika dulu ga mudeng2…Tapi sekarang-sekarang ini, ko saya sering mendapatkan diri ini lagi terpergok berhadapan serius dengan buku2 sejarah. Apalagi setelah membaca novel-nya Pram, Arok-Dedes. Presepsi akan kebenaran sejarah masa lalu begitu mudah berubah, begitu gampangnya memutar-mutar kebenaran yang terjadi waktu lalu dengan sebuah tulisan…
Akhirnya saya jadi penasaran sama sejarah Indonesia…. Dan mungkin mumpung lagi liburan saya bikin coretan-coretan saja…

Bukankan dengan belajar sejarah kita bisa belajar tentang kehidupan masa lalu untuk masa kini dalam mempersiapkan masa yang akan datang. Bukankah dengan berguru kepada sejarah kita bisa mengambil hikmah-hikmah dari setiap peristiwa yang telah terjadi untuk dijadikan referensi. juga bisa belajar dari tragedi yang pernah terjadi agar berhati-hati tidak terperosok kedalam tragedi yang sama.

Mempelajari sejarah bagiku bukan saja tentang ”pengetahuan” dan ”kebenaran” tentang masa lalu, tapi bagaimana akan lahir sebuah tindakan terhadap masa kini. Dan untuk menginspirasi bagaimana bertindak yang tepat dimasa yang akan datang.
Jika sejarah tidak meng-inspirasi bagaimana bertindak yang tepat, maka kita gagal dalam mempelajari sejarah.

17 October 2007

Sebagian Tetap sama Beberapa Telah Berubah.

Lebaran dikampung kali ini menyisakan banyak perenungan dalam buatku. Entah apakah nantinya perenungan ini mampu membuat perubahan pada hidupku ataukah semakin memaku ego kedalam karakter, atau hanya sebagai sebagian kisah hidup yang mampir saja. tanpa kesan tanpa makna yang akan lalu berlalu begitu saja. Aku seeh, berharap semoga jeda yang sebentar ini mampu menjadi bekal untuk melakukan perjalanan panjang lagi. Perjalanan mendefinisikan hidup yang jauh dari rumah.

Kemaren, saat menginjakkan kaki di kota kelahiran, sukabumi, saya sudah lumayan terkejut dengan beberapa ruang kota yang aku lewati tampak berbeda. Keterkejutan bertambah ketika aku kembali kerumah dan banyak bertemu dengan teman dan handai taulan. Keterkejutan tak lebih karena menemukan berbagai hal yang dulu akrab kini hadir berbeda, terbentur dengan harapan yang menginginkan semua tetap sama. Ga pernah berubah.

Ah, Saya sering tak siap jika berhadap-hadapan dengan yang dulu akrab, lalu kini tlah berubah. Sudah Berbeda tak sama lagi. Saya ini konservatip mungkin. Pro status Quo, berharap romantisme masa lalu bisa kurasakan lagi. Sering berpikir (dan berharap) akan ketemu dengan kawan lama dengan keakraban yang terbangun di masa kecil dahulu. Bertemu dengan teman lama dengan guyon, cela, seius, canda pada masa lalu. Ingin ketemu dengan sahabat lama dengan pengertian, solider yang dahulu pernah ada.

Memang, pohon rambutan di kebun orang, tempat bermain, merayakan kreativitas, (dan mengambil rambutannya) sekarang pun masih ada dan tampak kelihatan sama. Sungai tempat berenang, bermain dan melepas lelah setelah main bola di tengah guyuran hujan masih ada. Pos ronda tempat nongkrong, gitar-gitaran, cangkruk’an, leyeh-leyeh, main krambol, remi atau gapleh dan masak nasi liwet dimalam hari, toh masih berdiri.

Yang berbeda, tak ada lagi riuh tawa anak disungai, yang sungainya kini sudah agak surut jauh dan jauh lebih kotor. Perkampungan jadi semakin sempit, Tak ada lagi tempat anak yang bermain (dan emang mereka enggan) bancakan, boy-boyan, bentengan, dan segala permainan tradisional yang dulu (alhamdulillah) pernah saya mainkan. Dan tentang sohib2 lama tak kutemukan lagi suasana pertemanan dahulu. Kini semua sudah disibukkan dunianya masing-masing, untuk sekedar bertahan hidup di dunia yang gila ini. Berjuang ditengah-tengah dunia manusia makan manusia.
Termasuk saya yang sok sibuk, dengan skripsinya yang blom kelar2, sampai tak sempat ber-say hallo pada mereka.

Mungkin ini sebuah teguran bagi saya yang tak pernah mempersiapkan kenyataan: Bahwa semua tak ada yang kekal, semua akan berubah. Teguran bagi siapa saja yang sering memaksakan kekuasaanya untuk mempertahankan hukum alam: bahwa muda akan menjadi tua, bahwa kecil akan tumbuh besar.
Dan sekaran, mungkin saya harus menyesuaikan perubahan dan mulai meng-akrabkan dengan yang kini telah berubah.


Selamat I'dul Fitri Semuanya

Taqobbalallahuminna waminkum taqobbalyaa kariim.
Minal Aidzin Wal Faidzin

Mohon Maaf Lahir dan Batin














 
hanya itu yang bisa saya sampaikan...

07 October 2007

mudik

Besok, Senin jam satu keinginan yang sudah lama akhirnya bisa mewujud. Besok ruang Rindu yang selama ini kosong akan terisi. Rindu rumah akan terbalas.
Akhirnya saya bisa juga pulang ke rumah. Ketempat dimana kita tidak sekedar terlindung dari sengatan mentari atau guyuran hujan. Tapi tempat nyaman untuk kembali mengingat dan mempertahankan sekuat-kuatnya bantalan identitas yang kini mulai sudah mulai tidak diperhatikan.

Akhirnya aku akan kembali ke sebuah tempat yang luar biasa yang menyimpan berbagai keajaiban. Lebih ajaib dan menakjubkan daripada Neverland. Tempat dimana, bahkan Wendy (tokoh dalam Peterpan) rela meninggalkan segala keajaiban Neverland untuk datang kembali ketempat ini.

Akhirnya aku akan datang kembali keteempat dengan pertahanan dan perlindungan yang luar biasa. Pertahanan yang lebih kuat dari Hogwarts. Tempat hanya dimana, Harry Potter bisa terlindungi dari kekuatan sihir jahat Lord Voldemort, ketika tidak dibawah pengawasan Dumbledoore.

Mulai beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika sudah memegang tiket pulang, sebuah kepastian akan kembali ke rumah, perasaan sudah bercampur baur berwarna warni. Sebuah emosi yang tidak bisa didefinisikan apakah senang, bahagia, sedih atau rindu...
Sebuah emosi yang muncul selalu ketika mendekati hari mudik. Sebuah emosi yang jika engkau belum pernah merasakannya engkau tidak akan pernah bisa membayangkannya.

Nyatanya rindu ini semakin memuncak. Setiap kilometer bertambah dekat ke rumah maka semakin bertambah pula rindu ini....

06 October 2007

12 monkeys, Deja vu : berjuang mengubah takdir

"Filmnya tetap sama, tetap yang dulu, tidak ada yang berubah. kitalah yang berubah, karena kita melihatnya dari sudut yang berbeda,"  kata James Cole (Bruce Willis) dalam 12 Monkeys, saat memberi penjelasan jika kita nonton film lama kemudian kita mendapatkan ide baru saat menontonnya kembali.

Film yang sudah lama ini, kemarin saya tonton lagi, sambil ngabuburit. Dan saya menemukan dialog James Cole dengan Dr Kathryin Railly pas di bioskop yang sengaja saya kutipkan di awal tulisan ini.

12 Monkeys dibuat tahun 1995, disutradarai oleh Terry Gilliam. Dalam film ini dikisahkan bahwa di masa depan manusia yang berjumlah 1%, tidak hidup di atas permukaan bumi lagi. Manusia ereka hidup di bawah tanah, karena di permukaan bumi sudah dikuasai oleh virus mematikan yang memusnahkan 5 millyar penduduk bumi. Yang menguasai permukaan bumi hanyalah binatang.

Nah, untuk mengembalikan kehidupan manusia ke permukaan, maka dikirimlah James Cole ke masa lalu untuk mencari informasi awal dan pelaku penyebaran (dan menghentikannya) virus yang mematikan tersebut.

Dalam misi penyelamatannya itu ia bertemu dg DR. Kathryin Railly sekaligus dokter yang menanganinya (James Cole) saat dibawa ke Rumah sakit jiwa. berdua dengannya James Cole melakukan misi penyelamatan menghentikan penyebaran virus mematikan. Namun walaupun sudah berjuang dengan kemampuan superhero namun tetap saja bencana tersebut tidak bisa dihentikan. Virus tetap saja menyebar dan memusnahkan penduduk bumi. masa lalu tetap masa lalu. takdir tidak bisa berubah.

Berbeda hasil akhirnya dengan film Deja vu yang disutradarai oleh tonny Scott yang dirilis bulan April 2007 kemaren. ceritanya hampir sama tentang misi penyelamatan ke masa lalu, namun endingnya saja yang benar-benar beda.

Deja vu film tentang seorang polisi, agen ATF, Doug Carlin diperankan deng brilian oleh Denzel Washington. kisah berawal dari meledaknya kapal ferry yang memuat 500 personil angkatan laut oleh seorang teroris di New orlean harbour. tak jauh dari tempat kejadian ditemukan pula mayat wanita, Claire Kuchever, yang dibuat persis seperti korban ledakan kapal ferry.

Dalam penyelidikan Carlin dibantu oleh Bill Marsilii's dengan peralatan canggihnya yang bisa melihat keadaan waktu 3 hari yang lalu. dengan alat canggih tersebut (jembatan Einsten)pula Carlin dikirim ke masa lalu, tepatnya hari dimana kapal meledak, untuk menghentikan ledakan kapal yang menewaskan hampir 500 personil angkatan laut.

Singkat cerita pengiriman kemasa lalu berhasil. dan misi penyelamatanpun berhasil dilaksanakan. masa lalu mengarah ke masa sekarang dan yang akan datang. merubah masa lalu berarti merubah keadaan sekarang.

Di saat menjalani hidup lalu terbentur kehidupan sesehari tentang bagaimana merubah takdir

bersambung saja.
ending tulisan ini masih saya pikirkan... nunggu inspirasi..nunggu moment yang tepat.

01 October 2007

Nggak seperti Rangga dan Sasuke

dulu lalu saya bilang bahwa sendirian itu cool. keren. malah dulu sering-sering nyaranin ke teman2 untuk berpisah-meyendiri tapi ko sekarang di saat satu-persatu teman saya mulai meninggalkan saya karena sudah berakhir masa studinya alias lulus saya ko jadi mengeong-ngeong kesepian. ga ada teman. pas nyaranin temen (aslinya bukan nyaranin tapi stengah maksa gituhh)untuk bareng-bareng saja lulusnya mereka menjawab : "lha salah sapa males-males, katanya dulu nge-pur..." ada lagi yang ngomong gini: "....makanya jangan ngurusin orang lain terus, pikirin tuh skripsinya.."

menjadi penyendiri yang teguh memegang prinsip hidup ditengah-tengah pasar ide emang seeh kelihatan keren. menjadi penyendiri berjuang melawan konformitas emang tampak hebat. contohnya aza si Rangga dalam AADC atau Sasuke di Naruto. kedua-duanya tampak cool dan keren abizzz... malah di salah satu poster Sasuke sampe bilang gini: cool, calm, colected, the boy want to be you, the girl want you, dll sampe-sampe lupa apa aza tulisannya. dan emang tampaknya semua kesan keren, berbahagia bersemayam di sosok para penyendiri.

tapi apakah benar untuk hidup yang bahagia dan biar tampak keren itu harus menyendiri?? film emang sering menipu kita dan membuat belokan jauh dengan kenyataan. bagiku yang merasakan (dan kini meyakini) bahwa cerita film benar2 jauh berbeda dengan alam kenyataan mulai berpikir bahwa untuk hidup bahagia tidak harus menampilkan diri sebagai seorang penyendiri.

justru malah ketika bertemu di alam nyata hidup bahagia adalah ketika kita bisa berbagi dengan orang lain. bisa meringankan beban pundak orang lain. hati merasa lapang jika telah memberikan sesuatu kepada orang lain...membagi waktu dengan yang liyan. mengulurkan tangan untuk membantu, mendengarkan untuk berbagi. hidup yang benar-benar hidup bukan hidup untuk diri sendiri tapi hidup untuk orang lain.

jadi inget apa yang dikatakan seseorang, yang kita miliki adalah apa yang kita berikan untuk orang lain. bukan yang kita simpan atau bukan yang kita makan.
nahhh lho...jadi kaya ke gampar bolak-balik tapi ga bisa melawan.
di saat berlomba-lomba untuk meraup benda yang banyak, diri ini sering lupa sama orang-orang disekitar untuk berbagi. untuk berbuat sesuatu buat mereka.

pantes aza dulu rosul pernah bilang. manusia terbaik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya untuk orag lain. bukan untuk diri sendiri.