04 March 2009

Nasionalisme olahraga itu...

Melihat dan membaca begitu banyak koran dan televisi nasional yang meliput duel tinju Chris John versus Rocky Juarez yang dihubungkan dengan nasionalisme saya teringat obrolan dengan seorang sahabat beberapa tahun lalu. Mungkin ketika timnas Indonesia di perempat final piala Asia atau saat kejuaran badminton all england. Entahlah, persisnya saya lupa.

Tapi yang jelas teringat dalam obrolan tersebut bahwa hanya negara-negara berkembanglah (kata lain dari tertinggal-penghalus dari negara belum sejahtera) yang membutuhkan olahragawan sebagai pahlawan nasional, sebagai duta bangsa dihadapan dunia internasional. Yang dihubung-hubungkan dengan nasionalisme.

Kenapa?
Entahlah...
Mungkin karena macam negara ketiga lah yang membutuhkan simbol kebanggaan seperti itu. Simbol dari sedikit orang untuk berdiri sebagai wakil bangsa dihadapan warga dunia. Karena memang negara ketiga belum mampu memfasilitasi seluruh warganya untuk dapat menikmati fasilitas-fasilitas olahraga. Negara hanya mampu membiayai sedikit orang untuk tampil di kancah dunia.

Mungkin itulah sebabnya kita (sebagian orang Indonesia) bangga, dengan kebanggaan yang hampir sama seperti ketika akan melepas seorang utusan untuk mempertahankan tegak runtuhnya sebuah bangsa, ketika Chris John tampil di Texas. Mungkin itu pula yang menyebabkan kita bangga terhadap Ananda Mikola dan Moreno jika tampil di balapan internasional, walaupun kita tahu mereka berdua miskin gelar.

Kontras sekali dengan negara-negara yang sudah maju, Inggris misalnya. Disana olahraga –sepertinya- hanya dipandang sebagai penyemarak kehidupan manusia. Bukan lagi ajang buat menunjukkan diri dihadapan dunia. Di Amerika misalnya, pada pertarungan Chris John kemarin tidak dipandang sebagai ajang mempertaruhkan nasionalisme seperti kita di Indonesia. Disana –entah mungkin masyarakat sana yang kelewat matre- (mungkin, karena saya belum ke Amerika sana lho) duel tersebut hanya dipandang sebagai ajang taruhan saja. Bisnis. Tidak lebih. Nasionalisme...wah kejauhan itu..

Dan di negara-negara seperti ini yang menjadi kebanggaan justru adalah sistem fasilitas olahraganya. Bangga karena negara mampu menyediakan fasilitas olah raga fisik dan non fisik untuk masyarakat luas.

Sekali lagi entahlah...
Disatu sisi kita jadi harus sadar pembangunan olahraga di negara ini memang lebih mengerucut terhadap performa sedikit atlet untuk tampil di arena Internasional. penyediaan sarana olahraga yang lengkap dan terjangkau bagi masyarakat luas. Ah...masih mimpi kali yee...

Mau putsal-an ajah sekarang bingung. Parkiran dilarang. Lapang nggak ada. Depan rektorat dikejar-kejar satpam. Yah..terpaksa harus bayar.... lumayan mahal untuk hanya sekedar olah raga.

_____________________
Sudahlah... lek jangan kuatir. Suatu saat nanti juga kita akan seperti negar-negara maju itu. Fasilitas akan (hampir) gratis. Trus kita juga akan banyak melahirkan CR7- CR7 Indonesia. Lha wong jumlah penduduk Indonesia banyak ko. Anak-anak yang senang sepak bola, dan olah raga macam lain juga banyak di Indonesia. Tapi cuma karena kita belum makmur saja, jadinya bakat-bakat CR7 cuma terlahir tanpa sempat diasah, dilatih dan diliput oleh dunia.
Ndak apa-apa...
kita toh memang belum makmur-sejahtera benar ko.

Jadi...nasionalisme olahraga itu....ehmmm tampaknya memang milik negara berkembang.
ndak apa-apa juga...
kita toh memang belum benar-benar makmur.

No comments: