29 March 2009

Fajar Abdillah

Pernah punya roommate?? Atau housemate?? Saya punya, tak banyak, Fajar Abdillah salah satunya. Ia salah satu teman yang satu kosan di tahun awal kuliah dan akhirnya bisa satu kos lagi di masa-masa penghabisan kuliah.

Kalem, tenang, tak banyak bicara, tak terlalu senang baca buku, tapi cerdas, cermat, dan berwawasan luas. Kami berdua sama-sama suka tulisannya Dahlan Iskan di Jawa Pos, dan selalu menunggu Catatan Pinggir-nya Goenawan Mohamad di Majalah Tempo. Tiap tulisannya Dahlan Iskan atau Goen yang terbit, pasti langsung jadi bahan diskusi kami hari itu pula. Kadang terbawa kesepanjang minggu. Kami bicara macam-macam ke mana-mana. Agama, pindah ke film, lalu sejarah, beralih ke penulis, geser ke koran, naik ke Indonesia dll.dll. seingatku, cuma pelajaran mata kuliah yang tak pernah jadi topik serius obrolan kami. Mungkin karena perbedaan jurusan, saya tukang ikan dia tukang elektro. Tak nyambung. Entahlah..

Fajar inilah salah satu teman debat yang paling asyik. Tiap debat lawan Fajar, segala tumpukan retorika nggak mempan, lipatan logika tertata gak ngaruh sama dia. Fajar nggak terlalu terkesan dengan retorika, ia lebih menghargai kesederhanaan ide, keterjelasan sistematika penyampaian. Ia lebih terkesan pada amal nyata. Teori iyalah, tapi bukan yang utama. Dari dialah aku belajar menghargai kesederhanaan satu pokok pikiran. Belajar tentang perbuatan yang lebih konkrit, apalagi bagi saya yang suka banyak berteori dan berakhir hanya pada sebatas cerita.

Tiap hari Minggu, jika saya kesulitan mengisi TTS Kompas, terutama bila menyangkut pertanyaan nama tokoh, maka Fajar ini jawabannya. Aku akan dengan sangat hormat meminta petunjuk darinya. Karena saya tahu ia hafal begitu banyak nama dan peristiwa: politikus, birokrat, bangsawan, aktor, aktris, film, pahlawan, olahragawan, bursa efek, dll.dll. Kadang saya heran dari mana ia menghafal nama-nama yang begitu banyak. buku? Koran? Entahlah...tapi yang saya tahu, Ia menyimak, menyerap dan meyimpan begitu banyak informasi dari tiap apa yang dibacanya.

Ia salah satu temam ter-dekat ku, tempat sharing pengalaman baru. Fajar tahu kebiasaan burukku, mengerti beberapa harapan kecil, remeh temeh, yang terlontar, yang sepertinya tak mungkin terceritakan kepada orang lain. Dan beberapa khayalan-khayalan kecil tentang bisnis dan mimpi-mimpi...

Tanggal 7 Maret kemaren ia wisuda, tepat satu hari setelah hari ulang tahunnya. Kami makan-makan. Bareng-bareng. Sama-sama. Ramai-ramai. Semoga bukan untuk yang terkhir kalinya. Kini ia sudah terbang lebih dulu mengepak sayap mengejar mimpi selanjutnya. Kemarin ia suduah resmi jadi wartawan Jawa Pos (salah satu pilihan pekerjaan yang masuk daftarku juga) walaupun akhirnya ia memilih untuk konsentrasi pada pekerjaan yang lain.

Well ..,whatever your choice, may you happy and comfort with your choice.
Tak ada ucapan apapun saat ia pergi menjelajah mimpi baru. Aku tahu. Ia tahu. Aku mafhum. Ia mafhum.
Aku hanya berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik pada tiap perjalanannya.
Dikuatkan pada tiap langkahnya. Ditabahkan pada setiap cobaannya. Disabarkan pada setiap ujiannya. Selamanya.

Sayap baru sudah kau rentangkan
Siap kau kepakkan
Selamat bertualang teman


catatan yang terlambat

No comments: