12 June 2007

premanisme disekitar kita

rutinitas saat membaca koran seperti biasanya kali ini (kemaren)
terhenti lama ditengah jalan. bila pada biasanya rutinitas membaca
koran itu diawali dengan membaca headline dengan foto besar dihalaman
utama, kemudian baca sekilas ulasan headline lalu scanning halaman
depan untuk cari berita menarik, sebelum beralih ke rubrik favorit
di halaman selanjutnya.

tapi kemaren aktifitas harian membaca surat kabar itu lama terhenti
di awal. di saat melihat foto besar seorang anak tertembak terpampang
di halaman muka.
dan tiba-tiba saja rasa marah, sedih datang menghentikan rutinitas,
sehingga untk beralih ke rubrik selanjutnya senyum itu sehat (JP)
terasa hambar dan bertambah getir.

kemarin entah untuk yang keberapa kalinya terjadi (lagi) bentrokan
(sepertinya kata yang cocok adalah penyerangan) yang melibatkan
anggota marinir dan warga alastlogo, lekok Pasuruan. Bentrokan
berdarah yang menewaskan empat orang warga Alastlogo itu ditengarai
berpangkal pada sengketa tanah yang sudah puluhan tahun.

Kejadian-kejadian seperti ini (perang, bentrokan, tawuran, dan semua
hal yang melibatkan massa) walaupun mungkin sudah sering terjadi di
keseharian kita di Indonesia, selalu saja membuat aku marah dan
sedih.
kenapa bangsa ini selalu gagal menyelesaikan permasalahanya lewat
hukum? kenapa kita selalu gagal membebaskan diri dari budaya
premanisme? dan kenapa justru para aparat negara yang katanya negara
hukum ini yang menggunakan gaya premanisme.

lalu impian datangnya zaman ketika semua urusan manusia diserahkan ke
hakim yang adil semakin menjadi angan2 saja. yang datang justru zaman
dimana alasan sudah tidak mendapat tempat dan keadilan menjadi barang
langka. karea logika yang bermain adalah siapa yang kuat dia yang
menang. logika sederhana ini yang menterjemahkan bahasa: seberapa
tajam pedang yang kau pakai; seberapa canggih senjata yang digunakan;
dan seberapa banyak peluru yang kau miliki.
saat bahasa premanisme digunakan kata-kata menjadi sia-sia karena
kepal tinju lebih efektif.

kenyataan bahwa gaya premanisme itu dilakukan oleh para (sebagian)
TNI semakin bikin aku marah dan semakin bertambah jijik. karena
perbuatan meraka semakin memperjelas watak aslinya. watak munafik.
dan menegaskan identitas kemiliteran itu dipakai hanya sebagai
topeng. (semakin pas-lah lagu topeng-nya peterpan sekarang ini)

jikalau Jendral Sudirman masih ada entah akan diapakan semua prajurit
seperti mereka. dulu J.Sudirman berani berjuang mempertaruhkan nyawa
bersama rakyat untk mengusir penjajah untuk membebaskan rakyat dari
penindasan. lha, mereka yang sekarang harusnya melindungi rakyat dari
penindasan malah menjajah rakyat sendiri. sudah kurang susah apa
rakyat sekarang. selagi didera kemiskinan masih saja harus berhadapan
dengan moncong senjata. semakin lengkaplah penderitaanya.

aku dukung republik Indonesia ini untuk memberantas semua budaya
premanisme.

No comments: