12 June 2007

obituari 1

Dan kematian makin akrab --- Sepotong sajak Subagio Sastrowardoyo.

Potongan sajak ini pernah dikutip oleh GM untuk menggambarkan semakin
banyaknya orang dekat dengan kita menemui kematian. dalam sekejap
beratus orang mati akibat berbagai banyak musibah: tanah longsor,
kecelakaan kereta api dan makin banyak lagi.

"Dan kematian makin akrab" terasa sangat "kena", cocok ketika begitu
banyak kita menemui kematian bahkan orang2 terdekat dengan kita. Maut
menjadi terasa semakin dekat menghampiri. Walaupun secara sadar semua
orang tahu Cepat atau lambat kematian akan datang. Senang atau tidak,
ajal akan datang mencabut nyawa. Namun kadang bawah sadar sering
menguasai dan tanpa sengaja telah mewjudkan maut adalah sesuatu yang
jauh dari diri dan merasa akan bebas dari sang maut.
padahal Datangnya maut adalah keniscayaan dan terberi dalam kehidupan
manusia. Mati adalah pasangan dari hidup. Tak mungkin menefinisakan
"hidup" tanpa menjelaskan "mati".


Walaupun pada dsarnya kematian adalah peristiwa yang lazim, namun
kematian tetaplah sebuah kenyataan yang (kadang) sulit diterima. Ia
membawa paradoks, ia datang tanpa permisi, datang dengan deras serta
hadir dalam bentuk diktator. Kematian terasa menggelisahkan,
mencemaskan, menakutkan dan bahkan mengerikan.

Kematianpun berdampak besar bagi mereka yang masih hidup. Begitu sang
maut hadir mencabut nyawa menyemburatlah rasa sedih dan kehilangan
bagi yang hidup, karena begitu banyaknya ikatan kenangan yang harus
putus antara si mati dengan yang belum mati. Karena pertemuan tidak
akan lagi melepas rindu.

Betapapun wajar dan lumrahnya, kematian tetap tidak pernah menjadi
fakta yang gampang untuk dihadapi. Ia telah membentangkan jarak ruang
dan waktu yang sepertinya tak pernah terjembatani. Sehingga layak
untuk ditangisi.

Namun kematian tidak selalu bermakna tunggal: perpisahan, putus.
Kematian bisa menjadi pertemuan,

Tidak selamanya pula kematian adalah kehilanagan. Karena ternyata
(mudah-mudahan) maut bisa ditebus oleh cinta. Almarhum tidak akan
pernah mati bagi mereka yang mencintainya.
Kehadiran mendiang adalah kekal bagi mereka yang mengenangnya dengan
cinta dan mencintainya. Kehadirannya kekal dalam hidup orang-orang
yang mencintainya, melintasi ruang dan waktu.
Sang tercinta bisa mati, namun ia tak bisa pergi atau menghilang.
Bayangan almarhum tetap seperti semula bagi orang-orang yang
mencintainya.

Cinta tak pantas berakhir setelah seseorang meninggal
(seandainya aku memahami debu. F. Nadjira)

kusampaikan do'a
lewat sayap2 malikat
untukmu
nenekku

No comments: