18 October 2006

Konep (saat) merdeka dalam Ruang Individu

Angin itu kini berhembus lagi. Tidak lembut bukan juga badai,
angin segar yang dapat membangunkan orang dari kematian ide dan
kreatifitas. Angin segar yang cukup menyadarkan orang akan pentingnya
sebuah harapan dan perjuangan. Angin yang sejak puluhan ribu tahun
telah bertiup namun dalam beberapa puluh tahun ini tidak kita rasakan
karena membentur benteng kekuasaan dibalik sana. Kini setelah
benteng-benteng kekuasaan itu roboh angin itu dapat menghampiri kita.
Mengelilingi kita. Dan bagi sebagian orang yang gagap langsung
menghirup angin tersebut sampai memenuhi ruang otaknya tanpa
menyisakan sedikit ruang untuk berpikir. Angin kemerdekaan.
Sekarang apakah kita sudah merasakan kesegaran udara
kemerdekaan itu. Apakah angin kemerdekaan itu sudah membangunkan kita
dari kematian harapan.
apakah kita sudah merdeka!? jangan terburu-buru untuk mengatakan
"sudah". negara kita memang sudah cukup lama merdeka. tapi ingat itu
hanya ke-merdekaan fisik. sedangkan selain fisik kita memiliki
dimensi lain yaitu mental, sosial emosional dan spiritual. dan
kemerdekaan yang seseungguhnya adalah kemerdekaan di semua dimensi
individu kita.
Ciri terpenting dari kemerdekaan adalah lepas dari
ketergantungan pada apapun yang ada diluar dan bergantung pada Anda
sendiri. Benar mungkin kita sudah merdeka secara fisik tapi belum
tentu dalam mental dan emosional.
Untuk merdeka secara mental dan emosional kita harus melepaskan
segala ketergantungan yang ada di luar. Yang pertama adalah
ketergantungan kita pada apa yang kita rasakan. Kebahagiaan kita atau
kesedihan kita sering sekali dipicu oleh stimulus-stimulus dari luar.
Kita bahagia apabila ada orang yang memuji kita. Dan kita sedih,
tersinggung, marah dan sakit hati begitu ada orang yang menyerang
dengan kritikan, atau bantahan. Orang yang merdeka tidak akan pernah
mengijinkan orang lain menentukan apa yang ia rasakan. Dan belum
dikatakan merdeka jika kita belum bebas menentukan apa yang kita
rasakan.
Kedua adalah ketergantungan kita pada pa yang kita miliki.
Jangan harap kemerdekaan kita datang jika kita masih menggantungkan
semua emosi kita pada apa yang kita miliki. Kita bangga karena kita
mempunyai keluarga terpandang dan harta yang berlimpah. Tapi ingat
semua itu akan hilang. Begitupun kita sering mengidentifikasikan diri
kita dengan peran-peran yang kita miliki dan kita meletakkan ideal-
ideal kita pada peran tersebut. Dan kita akan marah jika Peran2
tersebut ada yang mengalahkan atau dikritik. pAdahal kita masih
memiliki banyak peran-peran yang kita jalani. Kita mungkin lemah
dalam beberapa peran tapi bukankah kita juga masih memiliki banyak
peran yang lain.
Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah ketergantungan kita
pada konsep, pemahaman, asumsi, paradigma kita pahami sebagai sebuah
kebenaran. Kadang-kadang konsep itu dipaksakan begitu saja tanpa kita
benar-benar mengetahuinya. Kadang-kadang "ketepesonaan" kita pada
tokoh dan figur membuat kita menerima semua apa yang dikatakan tanpa
sempat untuk berpikir lagi.
Keempat adalah ketergantungan pada perasaan kita. Kitalah yang
menetukan perasaan bukan perasaan yang menentukan kita. Kemerdekaan
berarti kita mampu berhasil mengendalikan perasaan kita. Terutama
rasa takut.


Orang yang merdeka adalah orang yang menjadi skenario, sutradara dan
sekaligus pemain dalam kehidupan dan nasib kita sendiri. Tanpa
menafikan kekuatan Allah tentunya.

tris
2006-08-26

 

No comments: