13 February 2010

Pengadilan 15 menit

“Maliiiinnng!! Copeeet!!”
Teriak seseorang dengan telunjuk mengarah kepadaku.
Seketika itu aku berada di tengah gelombang manusia dengan sorot mata yang tak pernah kukenal. Sepatu, batu, batang kayu berulang menghantam..

“Hajar sampai mati!!
“Serett di jalan....!!”
“Bakar saja!!”
“Jangan! Berhenti- berhenti! Sudah cukup! Kita serahkan ke polisi!”
“Polisi?”
“Woooyy!! Jangan sampai ke polisi”
“Cepat ambil bensin! Seret, lalu bakar!!

Pengadilanku berakhir tanpa mendengar pembelaanku sedikitpun. Vonis sudah dijatuhkan.

Orang-orang senang bukan main. Berjingkrak mengelilingiku. Beryel-yel. Seperti menyaksikan gol dari tim sepakbola kesayangannya.
“Bunuh maling! Bunuh maling!” terdengar yel-yel ditelingaku berulang-ulang.

Yang terakhir kali kurasakan adalah dingin bensin yang membasahi seluruh tubuhku.
Setelah itu, tercium bau daging terbakar yang mereka hirup dalam-dalam seperti menghirup wangi taman. Seperti meendapat tenaga baru, orang girang bukan main, lalu menari mengelilingiku. Dan yek-yel semakin sengit.

Asap hitam membungbung tinggi ke angksa.

Mayatku tak bisa dikenali karena dompetku berada di tangan orang yang terakhir kali menunjukku.

3 comments:

Nisye said...

fact or fiction??

Oyen said...

turut berduka cita...hiks...hiks...

nangispura-pura.mode.on

Bambang Trismawan said...

yang jelas fiksi.

masalahnya, apakah cerita fiksi itu selalu menginspirasi kenyataan. atau justru sebaliknya. kenyataan yang terinspirasi dari cerita fiksi. bingung kan. sama. saya ajah bingung.

oyen< :P