11 February 2010

Ini hari indah sekali, tapi...

Ini hari indah sekali, tapi..

Hari ini saya bangun pagi-pagi sekali. Gosok gigi, lalu mandi tanpa senam pagi dan nonton berita pagi. Sisir rambut belah sisi lalu pakai baju rapi tak lupa disemprot minyak wangi rasa daun kemangi agar lebih percaya diri. Saya pergi pagi-pagi bukan karena mau kuliah pagi, tapi ada janji. Janji ketemu kekasih hati. Kekasih yang baik hati. Janji ketemu di warung kopi yang di jalan Ahmad Yani samping gang kelinci jam delapan pagi. Saya senang, akhirnya kita bertemu pas jam delapan pagi. Saya kira dia akan pakai rok mini, atau gaun resmi untuk hari ini, ternyata dia pakai baju sesehari. Rambut poni wangi melati pakai celana jeans dan kaos putih dengan gelang warna-warni di tangan kiri tanpa sepatu hak tinggi. Cantik sekali seperti bidadari. Lalu ia memilih duduk di sisi kiri dekat televisi yang mati dengan satu meja dan dua kursi. Kita duduk saling berhadapan diiringi suara merdu Ariel –mungkin nanti, lalu suara Giring Nidji, setelah itu saya tak ingat lagi. Romantis. Saya pikir ini hari indah sekali!

Kita duduk, lalu ia memesan roti isi strawberi dan jus leci, sedang saya pesan roti isi nasi tambah goreng rempela ati dan kopi. Maklum, dari semalam perut belum diisi. Kami ngobrol ke sana- ke mari dan ketawa ketiwi tapi tidak sampai ngerumpi. Tak terasa sudah satu jam limebelas menit kita duduk di sini. Saya pandangi ia tersenyum manis sekali. Kalah saya punya kopi. Saya pandangi lagi, dan dia tersenyum lagi, ada lesung pipi dan terlihat gigi putih kecil berbaris rapi. Pengen saya cubit dan cium itu pipi tapi saya menahan diri.

Sekarang, sudah tiba saatnya menyatakan maksud hati. Dan tiba-tiba saya menjadi gerogi. Saya tarik nafas panjang agar tenang dan lebih berani. Saya ingat-ingat lagi, satu minggu saya merencanakan untuk hari ini. Berlatih bicara berhari-hari agar tak salah tingkah dan gerogi. Masa menyerah sampai di sini.

Saya bulatkan tekad di hati. Saatnya bicara tapi.. saya gerogi lagi, tapi tinggal selangkah lagi. Jangan menyerah di sini, kata isi hati. “Say, hari ini..” dan tiba-tiba..pettt..!! Musik berhenti lampu mati. Sial!! ruangan gelap sekali. Padahal ini baru jam sembilan pagi. Kurang ajar ini warung kopi. Saya berdiri. Akan saya marahi itu pemilik warung kopi. Tapi tiba-tiba saya tidak bisa berdiri.. kaki saya lemas sekali. Sedang nafas seperti tercekik, mau teriak tapi mulut seperti terkunci. Keringat dingin keluar dari dahi. Biidadarii.. !! tapi yang terdengar hanya “Iii. Aaa..aaa .. iiii....!!”

Saya sadari bidadari sudah tak terlihat lagi dari tempat duduknya di kursi. Apa mungkin ia sudah pergi? Pramugari eh, bidadari, kau jangan dulu pergi? Tak ada jawaban dari bidadari. Saya bicara sekali lagi. Kali ini lebih berani. Bidadari, jangan dulu pergi!!. Masih tak ada jawaban dari sang bidadari. Ah, mungkin dia sudah duduk di luar sambil melihat orang berlari pagi. Kali ini saya paksakan berdiri dan berlari mengejar bidadari dengan segenap hati. Saya berlari dan tiba-tiba AWW..!! SAKIITTT...!! Kaki saya tersandung kursi. Tepat di kelingking dan sakitnya bukan main seperti abis dioperasi. Setelah itu ruangan terasa jauh lebih gelap lagi. Saya jatuh dan tak sadarkan diri.

Tak berapa lama, saya menemukan diri terbaring di lantai kamar yang sempit dengan jam beker di meja menunjukkan jam satu dini hari. Sedang kaki tertimpa lemari dengan buku berserakan di sana-sini.
Sial..!! ternyata semua hanya mimpi.

Tiba-tiba terdengar suara entah dari mana, mungkin suara dalam hati.
Kasihaaaan deh lo Maliii!!

No comments: