26 August 2007

EMPAT HARI DI BLITAR

Blitar, mulanya saya mengenal hanya sebagai sebuah kota tempat dimana bung Karno di makamkan. Tidak lebih. Namun setelah lama tinggalku di Malang memaksaku mengenal Blitar lebih dari sekedar tempat dimakamkannya seorang Presiden. Lebih dari sekedar kota yang terkenal dengan rambutan dan blimbing. Lebih dari hanya tanah Blitar, tanah yang agak berpasir dan ber-abu.

Tahun ini, saya berada lagi di Blitar selama 4 hari. Jika tahun sebelumnya saya tinggal di Blitar sebagai seorang peserta DM 2, tahun ini saya beralih menjadi seorang penitian penyelenggara DM2. (aslinya bukan benar-benar Blitar. Tempat saya bermukim selama 4 hari di pesantrean Al-Aqso, tepatnya 25 km ke utara dari pusat kota Blitar).
Al-Aqso, tempatnya begitu sepi, sunyi. Namun terlihat kuat ada kehidupan yang sedang berjalan, kehidupan yang sedang diperjuangkan.

Memang tak ada mobil besar yang berjalan mengangkut sayur ke pasar ditengah malam. Tidak ada Bis malam yang lewat. Kehidupan terasa mati ketika sinar mentari termakan gelap.
Disitulah eksotiknya tempat yang bernama Selopuro ini. Tak ada lampu yang gerlap-gemerlap. Tak ada deru mesin hilir mudik. Ga ada internet. Sunyi dan sepi.

Jadilah tempat yang pas untuk kembali melihat kehidupan diri sendiri yang sudah ku tempuh. Di tempat ini saya jadi leluasa bercermin. Membuka lembaran yang sudah kugoreskan dalam kehidupan. Dan Kembali bertanya... siap seorang bambang ini? Lagi ngapain? Apa kesukaannya? Apa impiannya? Sampai mana kau kejar mimpimu? Dan mau kemana?

Sudah 4 tahun saya kuliah di Brawijaya...
(Angka yang cukup banyak untk ukuran kuliah di brawijaya).
terenyak waktu yang sudah dilewati.
Banyak tanya yang bermunculan di kepala. Tanya tentang diri sendiri
Tanya tentang masa lalu, pakah emua sudah dilewati dengan bijak. Sudahkah mendapatkan pelajaran dari jatuh bangunnya selama 4 tahun di kampus UB.


Pertanyaan yang bikin saya mikir tentang perjalanan selama hampir empat tahun di rantau (padahal sama2 di pulau jawa). Menghadapi mimpi2 selama kuliah yang belum terwujud dan kesampaian....ini. hidup kadang menjadi gelap ketika melihat jalan yang akan kutempuh masih berupa jalan tanpa cahaya dan rambu. berjalan hanya memegang peta impian dengan tuntunan Ilahi. Ah.. mungkin disana sensasinya menjalani hidup. Kau tak akan pernah tahu jalan seperti apa yang akan kau lewati

Tentang mimpi yang belum terwujud, menarik untuk menyadari, bahwa kita nggak selamanya mendapat apa yang kita impikan. Walaupun itu bukan berarti kita selalu berada dalam kondisi yang selalu tidak memuaskan. Menarik juga bahwa menyadari ada banyak orang dibelahan dunia lain di sisi lain, yang menurut kita berada dalam keadaan yang baik, ternyata punya impian yang tidak terwujud untuk berada di posisi tersebut.

Dan yang tersisa adalah semangat kembali membuat rencana kehidupan selanjutnya. Setelah sadar dan belajar bahwa tidak semua didunia ini sesuai dengan rencana yang kita buat. Ada banyak hal yang sebenarnya diluar pengendalian kita. Ada Sang Pemilik Rencana yang telah membuat rencana untuk semua makhluk di dunia ini termasuk rencana terhadap impian kehidupan saya. Hal ini bikin hati menjadi bersyukur dengan segala capaian yang telah diraih dan bersabar terhadap segala impian yang telah direncanakan. Karena semua posisi kita saat ini tak lain dan tak bukan adalah pilihan dan keputusan  Allah swt. Allah yang telah memutuskan di posisi mana dan apa yang sedang kita kerjakan. Adakah yang lebih baik dari keputusan Allah?


Nyatanya sekarang saya rindu rumah.

No comments: