07 December 2006

kenapa Smak Down dilarang

Kekerasan dimulai dari rumah.

Seperti biasanya semua bereaksi ketika korban sudah jatuh. Begitupun
dengan acara tayangan gulat bebas gaya Amerika smack down. Ketika
sudah ada seorang bocah meninggal karena di Smack (di tindih
ramai-ramai) oleh teman-temannya dengan meniru adegan gulat, semua
merespon peristiwa tersebut dengan cara menolak di siarkannya acara
tersebut karena tidak sesuai untuk konsumsi anak-anak katanya.
Dan beruntun selama kurang lebih sepekan semua TV memberitakan para
korban baru hasil dari meniru adegan gulat tersebut. Tentu saja dengan
berbagai jenis hasil luka yang diderita. Mulai dari patah tulang
tangan, lengan, kaki, paha, lepas pinggul dan biasanya berita
diakahiri kembali dengan ditayangkannya tokoh bocah yang meninggal
agar terlihat lebih dramatis (dan kesan tersebut berhasil dibuat
apalagi dengan diiringi lagu sendu).
Tentu saja pemberitaan korban dari gulat gaya amerika tersebut bukan
tanpa tujuan. Saya yakin (walaupun tidak yakin banget, tapi cukup
yakin lah) ada motif persaingan disana. Persaingan para kompetitor
untuk menaikkan rating tayangan produksi TV mereka sendiri. Dan
biasanya untuk menaikkan rating sebuah acara adalah dengan cara
menghancurkan citra/image sebuah acara yang lain. Biasanya acara yang
ratingnya tinggi menjadi incaran para pebisnis ini (dan kebetulan
acara samack down ini mulai mempunyai penggemar yang banyak) .
Sehingga ketika citra acara ini hancur para konsumen (floating mass)
menjadi rebutan dan incaran untuk menaikkan rating acara yang lain
Dan hasilnya setelah image acara smack down ini hancur (karena
dipandang tidak cocok untuk tontonan anak-anak yang lebih
mengedepankan kekerasan. pernah dulu seorang teman mengatakan bahwa
patah tulang bagi seorang anak laki-laki adalah hal yang biasa dan
wajar, saya pun mengiyakanny entah kenapa) semua merespon hal
tersebut. Ada razia poster atau apapun yang berbau smack down di
sekolah-sekolah dasar. Ada dari kepolisian yang mensosialisasikan
bahaya tayangan tersebut, dan masih banyak lagi.
Yang sangat disayangkan kenapa hanya smack down yang dilarang oleh
para orang tua serta komisi penyiaran. Kenapa hanya acara gulat ini
yang mendapat perhatian padahal kan sebenarnya gulat ini hanya
sandiwara belaka. Dan dalam acara ini ada wasit untuk menjaga
sportifitas walaupun kadang sportifitasnya para pemain hilang ketika
dilapangan (sama lah dengan setiap pertandingan olah raga lain).
Padahal dalam gulat ini petarung bergulat satu lawan satu tak ada
keroyokan walaupun memang kadang terjadi pengeroyokan (sama saja
dengan pertandingan olah raga lain). Apakah hal tersebut sama dengan
bentuk kekerasan atau keberanian?

Kenapa hanya smack down yang harus menyedot perhatian. Padahal banyak
tayangan televisi yang dikonsumsi anak-anak yang sepertinya aman
padahal membawa api yang menyala dalam sekam yang siap menjadi bom
waktu. Kenapa acara sinetron yang penuh mistik dan sirik tidak
mendapat perhatian sama sekali. Padahal acara tersebut bukan saja
meruntuhkan iman tapi membuat mental anak-anak menjadi seorang
pengecut. Kenapa tayangan-tayangan yang bersifat fornograpi masih saja
disiarkan padahal acara tersebut justru yang menghancurkan akhlak
anak-anak. Kenapa acara-acara yang bersifat judi masih saja tayang
hampir tiap hari yang hanya membuat tinggi angan-angan anak-anak saja
dan membuat malas. Kenapa-kenapa dan kenapa yang tidak akan terjawab.

Bagi saya, yang bertepatan lahir dengan generasi anak-anak yang di
besarkan oleh acara si unyil dengan teman2nya, dan dalam asuhan
tayangan boneka si komo ditemani lagu dari suara boneka susan dan ka
Ria Enes, sangat menyedihkan melihat generasi baru tumbuh dalam nuansa
kekerasan dan lebih dari itu mistik dan sirik. Mungkin masalahnya
bagi anak-anak yang selalu mencari model untuk dicontoh dan ditiru
adalah tidak bisa menemukan sosok yang ideal dari orang2 rumah yang
dapat ditiru untuk dapat menyelamatkan dunia. Sehingga tokoh seperti
pemain gulat dirasa mampu membantu untuk dapat menyelamatkan dunia.
Smack down mungkin iya tidak baik (si unyil dan si komo pun bukan
tampa cela-sepertinya. generasi yang lahir dengan buaian tokoh ini
tumbuh menjadi kurang berani-sepertinya-) tapi kurang adil bila hanya
memerangi satu tayangan yang sebenarnya masih banyak acara lain yang
lebih membahayakan.

ditulis oleh
bambang trismawan
(coba-coba jadi pengamat pertelevisian-)

No comments: