10 January 2009

terperankap malam

Angin belum berhenti juga. Hujan belum reda juga.
tapi kata-kata tercekat diujung lidah
jatuh terperangkap udara hampa
beku oleh dingin malam
putus oleh bayang-bayang.

Malam ini ia nampak begitu fana
temaram menggesernya lamat-lamat
menjauh pergi dari hati.

saat itu, entah angin entah hujan entah malam
yang menyelinap dalam sunyiku.


Malang, Januari 2009

5 comments:

Tikno said...

Puisi yang menarik. Apakah Anda sendiri yang membuatnya?

Bambang Trismawan said...

terima kasih atas komentarnya.

saya sendiri yang membuatnya...

admin said...

sayang aku ga ngedong :D

Bambang Trismawan said...

yah... maaf klo ga ngerti.
ini mang khusus orang2 level tinggi. hehehe...

______________________________
manusia kan bukan makhluk logis saja. ia juga makhluk emosi.
so, baca puisi mah ga iso hanya pake logika...hehehe...

admin said...

"manusia kan bukan makhluk logis saja. ia juga makhluk emosi.
so, baca puisi mah ga iso hanya pake logika...hehehe..."

tu kan ketauan sapa yang level tinggi?!?!?! masak puisi dibaca pakek dengkul??? haha.....(ketawa sambil megang kepala)