12 November 2008

Sarjana

Dunia akademis, menurutku, tak lebih dari satu permainan besar dengan peraturannya sendiri. Contohnya seperti pencapaian seorang mahasiswa dalam memperoleh gelar Sarjana di sebuah universitas, tak lebih dari mengikuti sebuah permainan dengan terus mematuhi semua peraturannya.

Dalam pencapaian gelar sarjana seorang mahasiswa harus diukur melalui satu set kriteria, salah satunya yaitu ikut andil dalam mempublikasikan karya ilmiah atau skripsi. Ada berbagai aspek dari karya ilmiah tersebut yang ditimang sebagai kriteria layak atau tidaknya menjadi bagian integral dunia akademik, antara lain adalah orisinalitas.

Dalam proses menghasilkan karya tersebut, seorang mahasiswa tak ubahnya seorang wiraswasta. Ia menghadapi ketidakpastian yang sama dengan seorang pebisnis. Ini saya berani bilang karena pengalaman dan pengamatan dalam melakukan penelitian di lapangan maupun di laboratorium

Seorang teman yang bekerja di lab mengeluhkan ternyata bekerja di lab tidak lebih mudah dengan bekerja di lapangan.Walaupun ada seribu satu hal yang mungkin bisa dikondisikan tapi ia juga menyimpan ironinya : bahwa ada seribu satu hal kemungkinan yang berjalan tidak sesuai dengan perkiraan. Apalagi mereka yang bekerja dengan ikan dan bakteri (khususnya bidang di natural science-lah). Saat eksekusi eksperimen, saat di mana data ditambang dan dihasilkan, adalah tahap paling mengerikan dari keseluruhan proyek. Data generating itu luamaaaaaaa pool.. dan mbosenin (begitu keluh teman saya) . Masalah sebar benih, rekam pertumbuhan, koleksi bakteri (yang ga mudah dan ga murah)... kerja berjam-jam berbulan-bulan hanya demi seruas data di tabel yang tak lebih dari dua halaman.

Sebenarnya tak jauh berbeda dengan mereka yang bekerja di lapangan, mondar-mandir sana-sini, ikut ngerusuhi dengan praktisi, wawancara ini itu, survey sana survey sini (menjadi pekerja sekaligus pelancong). walaupun tidak banyak hal yang bisa dikondisikan namun bagi pekerja lapangan ada satu kelonggaran dalam hasil laporan: margin kesalahannya tidak seketat mereka yang meneliti di lab. 

Oleh sebab itu, tiap kali kita melihat satu hasil pekerjaan ilmiah yang berhasil sebenarnya kita tengah menatap satu senyawa antara ikhtiar untuk tidak berhenti dan serendipity, kebetulan yang manis. Oleh karena itu jika ada ada karya penelitian (ilmiah) yang berhasil dihasilkan seseorang, bisa dijadikan sebuah ukuran sebagai betapa uletnya orang tersebut bekerja (di sisi lain, betapa beruntungnya ia...) .

Tahap berikutnya yang ga kalah serius adalah menulis laporan dan artikel hasil penelitian. Dan inilah palang uji terakhir buat seorang calon sarjana. Mirip sebuah ritus seorang anak untuk diakui sebagai orang yang dewasa. Di sinilah seorang calon sarjana menyerahkan hasil laporannya untuk ditelaah, diperiksa oleh ‘orang dewasa’ di kultur akademik. Jika hasil jerih lelahnya dianggap cukup layak untuk mampir di ruang baca pekerja akademik lain, ia lulus, ia dilihat sebagai bagian integral dari dunia akademik. Jika tidak...


Mohon do’a nya.
Semoga berhasil dalam melewati palang uji terakhir.

No comments: