20 November 2008

August Rush




Dihadapan para jenius kita selalu terkagum-kagum. Terheran-heran. Takjub bagaimana alam bekerja terhadap para jenius. Desir angin, rintik hujan, riuh jalan raya, hening alam raya, ternyata mampu menjadi sumber inspirasi dalam pekerjaan sang jenius. Bagaimana riuh-ramai jalan raya dapat di-orkestra-i menjadi sebuah alunan musik yang mengagumkan. Hebat? Sangat.

Itulah kesan yang kuat yang saya dapat saat saya nonton film August Rush. Film yang mengisahkan perjalanan seorang anak, Evan Taylor, dalam mencari kedua orang tuannya lewat alunan musik.
Kuat dan mengharukan… sang pemeran utama mampu menampilkan akting yang menawan. Bagaimana perasaan penonton –saya- diaduk-aduk tak karuan selama film berjalan. Di buat menahan nafas- berlama-lama. kita serasa terus akan selalu bertanya bagaimana kisah ini akan berakhir...

Sayang, ending film ini kurang sedikiiiitttt lagi. Sutradara sepertinya menahan untuk tidak menampilkan kegembiraan yang meluap-luap di akhir cerita.
Dari semua itu bagus. I’m like it.

1 comment:

Anonymous said...

Duh... beberapa pekan yang lalu perasaan sedang mumet ma metode perhitungan statistik deh kayaknya, sekarang nonton terus, dah kelar tho skripsinya?