06 December 2007

ngono ya ngono, nanging aja ngono

Dirumah sendiri tak dihargai
Diambil orang mencak-mencak.

Entah punya atau tidak bangsa ini sebuah pribahasa atau ungkapan atau istilah yang menunjukkan segala makna dari dua baris kalimat yang sengaja saya buat dan tukilkan diawal- tulisan ini. Namun setelah mencari dibeberapa buku2 bahasa, pribahasa, tak saya temukan padanan makna atau apapun istilah yang sekiranya bisa saya pakai untuk menggambarkan keadaan diatas. Untuk sekedar melihat dan menggambarkan banyaknya orangg dinegeri ini marah-marah akibat kekayaan budayanya di-aku-i oleh orang lain.

Kenapa tidak ada?? Entah. Banyak kemungkinan. Mungkin karena di negeri ini, dengan budayanya yang kaya berlimpah, tidak pernah terjadi anak-cucu bangsa untuk tidak menghargai budaya atau karya anak negeri sendiri. (sebuah kemungkinan yang saya sendiri begitu sulit untuk menerimanya).

Saking begitu kayanya khasanah budaya sampai orang dinegeri ini tidak tahu bagaimana harus bersikap terhadap kekayaan budaya milik public. Sebuah kekayaan budaya yang sudah melekat menjadi sebuah identitas bangsa ini, yang pada sebagian orang terwariskan atau sengaja diwariskan dengan cara dongeng atau oral ataupun pekerjaan yang dilakukan turun temurun. Sehingga setiap orang mungkin menganggap merasa memiliki apa yang menjadi kekayaan khasanah budaya tersebut.

Ambilah contoh siapa sih yang akan mengaku dirinya merasa membuat tempe sampai-sampai berani untuk mempatenkan panganan, yang mungkin berabad tahun ada di Indonesia, yang sekarang sudah resmi menjadi milik orang lain itu? Rendang, Angklung, reog, batik dan lagu rasa sayange yang sudah diklaim oleh Malaysia itu?
Para penduduk negeri ini mungkin terlalu mempunyai rasa keterhormatan yang tinggi, suatu sikap yang tidak mungkin melakukan pekerjaan yang me-malukan dan cela bagi diri sendiri, bahkan untuk sekedar mengaku-i secara resmi apa yang diwariskan turun temurun kepadanya. Lha siapa saya ??
Walaupun disisi lain negeri ini juga lumayan besar nama dengan pembajakan hak cipta. Yaa… seperti aparat jika mendapatkan anak buahnya melakukan kesalahan…itu dari oknum yang tidak bertanggung jawab, mungkin begitu.

Kenapa tidak ada pribahasa itu? Mbuh!! Lagi-lagi saya ga ngerti.
Mungkin bangsa ini penduduknya terkenal ramah-ramah sehingga ga mungkin jikalau marah-marah.

Disaat bagi sebagian orang penghuni negeri ini, begitu akrabnya manusia Indonesia dengan budaya-Ngono ya ngono, nanging aja ngono- nya orang jawa yang mungkin menguniversal di seantaro nusantara. Bahasa yang kalau di alihbahasakan-- bersikap gitu sih boleh-boleh saja, tapi jangan begitu dong…!! - sebuah pesan dan pengingat untuk yang liyan untuk tidak bersikap terlalu jauh, terlampau batas, tapi apa batasan jauh tidaklah jelas. Tapi bagaimana jarak melampaui batas dibiarkan menjadi samar. adalah mungkin lebih mawas diri dari hati sendiri, dari si pemilik kekayaan, tidak selalu mengharapkan sing liyan untuk mawas sendiri lebih dahulu

Yaaa.. mungkin sudah saatnya bangsa ini memberi batas-batas atas identitasnya, biar yang lain tidak bertindak dan bersikap semaunya kepada negeri yang ramah2 ini.


Mungkin Anda tahu kenapa ??
mungkin??

No comments: