31 December 2007

"Fursuit to Happiness"

Bahagia itu apa seeh?
Saya sih terus terang belum bisa mendefinisikan apa itu bahagia. merumuskannya apa lagi. Sampai saat ini (diusia yang terus beranjak) bahagia hanya sebuah emosi yang terus dicari dan dirumuskan, namun ketika menjelaskannya malah kehabisan kata-kata.
emang manusia sepertinya akan mengerti apa itu bahagia saat benar-benar mengalami bahagia. Bukan saat berpikir apa itu bahagia.

Sangat tidak terdefinisikannya bahagia, bahkan mereka yang sedang berbahagia, akan merasa timpang, ga sesuai dan ga sepenuhnya sama, apa yang ia rasakan mengenai bahagia dengan apa yang ia definisikan.

Lha, pertanyaan selanjutnya perlu ga sih manusia itu bahagia?
Pertanyaan yang mungkin sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Karena manusia toh tak ingin hidup dalam kesengsaraan atau kesedihan. Masalahnya adalah, mungkin, sebenarnya, ketika manusia semakin banyak usia dalam mengejar kebahagiaan justru ia semakin menjauh dari kebahagiaan. Karena saat-saat manusia paling berbahagia adalah disaat usia masih kecil.
(nah llho!!)

Apa yang ingin orang lakukan saat orang tersebut berbahagia? Begitu senang dengan keadaan hidup yang dialami? Mungkin salah satu jawabnnya, manusia ingin terus menerus merasakan momen tersebut sampai selama-lamanya. Mungkin dengan cara merekam momen tersebut dan lalu memutarnya terus-menerus sepanjang hari. Menikmatinya sendiri.
________________________________
Anda sudah baca bukunya Chris Gardner? atau mungkin nonton film-nya yang berjudul fursuit happiness? Klo sudah, gimana komentar sampeyan tentang film tersebut?

Terakhir menonton saya ko mendapat sesuatu yang baru (lagi) dan bikin saya terheran-heran mengenai apa itu bahagia. di lain sisi saya salut dengan sikap begitu teguhnya semangat mereka (masyarakat amerika) dalam mengejar kebahagian. Namun yang bikin benak ini merasa heran adalah, kenyataan bahwa “Kebahagian” mereka ternyata menempel dengan lembaran kertas dengan nomial yang besar. Kebahagiaan berarti jabatan tinggi dengan fasilitas (mobil, rumah, dan perabotan) kelas atas. Sebuah gambaran masyarakat yang dibangun dari semangat matrealistik.
Dari situasi tersebut menjadi begitu susahnya-lah orang mendapat kebahagiaan. Karena kebahagiaan menempel pada wujud-wujud berkelas.

Berbeda jauh besar dengan film yang berjudul La Vesta et Bella (life is beautiful). Masih sama-sama film yang menjual ide tentang kebahagiaan. Namun di film ini kebahagiaan tidak hadir dengan sosok pekerjaan yang berbandrol jutaan atau jabatan mentereng dengan fasilitas yang berlebih. Kebahagiaan dalam film ini di hadirkan dalam sosok yang sederhana dan hadir dalam kehidupan sesehari. Kebahagiaan yang hadir dalam diri manusia, walaupun berada dalam kamp-kamp konsentrasi.

Berbeda jauh memang dari kedua tokoh tersebut dalam mengejar kebahagiaan. Yang satu berlari keluar, mengejar bayangan kebahagiaan, yang berkelebat yang ada di luar dirinya. Yang satu lagi benar2 ingin memahami bahwa kebahagiaan itu tak jauh-jauh dalam dirinya. Kebahagiaan bahkan sudah ada dalam dirinya sendiri. kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus dikejar-kejar sampai kita kelelahan, tapi ternyata saat mendapatkan tidak bisa menikmati “kebahagiaan” tersebut. Kebahagiaan sudah ada dalam setiap diri dan tinggal dinikmati.

Apa yang didapat Rama setelah berusaha mati-matian untuk merebut Sita kembali dari sekapan Rahwana di istana Alengka? Setelah Rama merebut kembali Sita, ia tak yakin sita seorang istri yang setia. ia ragu Sita masih seorang perempuan yang suci. Dan seperti sia-sia saja peralanannya selama ini.

jangan sampai setelah lelah jauh mengejar "kebahagiaan", ternyata bukan "kebahagiaan" itu yang kita butuhkan.
betapa akan bikin hati kelu, kaki lemas, dan hilang selera.
jangan sampai dah...

No comments: