22 September 2007

PSSI (TEMPAT, BUTUH) PRESTASI BUKAN KORUPSI

Inginnya saya ngomong “udahlah bung nurdin, anda sebenarnya udah ga layak (dari dulu emang ga layak) lagi duduk di PSSI.” Tapi mungkin omonganku ga sempat sampai ke mereka para pengurus yang duduk di PSSI, apalagi dengan bung Nurdin yang lagi sibuk di pengandilan atau (sekarang malah udah) di balik penjara. Omonganku kalau toh nyampe ke kantor PSSI pastinya pun akan bertumpuk (dan pastinya berada ditumpukan paling bawah) dengan berkas-berkas proyek yang tidak kalah penting.

Saya mungkin adalah salah satu dari sekian banyak orang indonesia yang berharap dan bermimpi timnas bisa bicara banyak di pentas dunia. Bisa lihat timnas bertanding dengan sekuat tenaga dan seluruh kemampuan melawan Prancis atau Brazil. Bisa mendengarkan lagu Indonesia Raya di kumandangkan di pertandingan final piala dunia, dan para suporter dari Indonesia, dengan mengibarkan berndera kecil, berdiri khidmat sambil mengikuti lagu dengan suara lirih namun menggema diseluruh stadion. Siap berteriak, bertepuk tangan, beryel-yel untuk memberi semangat.

Para pemain berbaris tegap dengan kaos timnasnya sambil tangan kanan bersidekap didada, percaya ada suporter yang menemani perjuangannya. Sadar ada tugas dan harapan dari seluruh orang di Indonesia yang di letakkan di pundak mereka. Ah...betapa mengharukan dan membahagikannya.

Namun, dengan harapan dan impian setinggi itu betapa kecewa dan menyedihkannya sepak bola tanah air sekarang ini. Betapa prestasi timnas kita terpuruk bahkan ditingkatan Asia. kompetisi kita carut marut dan penuh konflik, penjaringan dan pembinaan pemain kita payah. Hal tersebut diperparah dengan para pengurus PSSI yang menginginkan jabatan ketua sebagai jabatan seumur hidup. Diperburuk dengan kepengurusan sebagai ajang koncoisme dan pencarian proyek dan berbisnis. Makin mengenaskan dengan adanya kebijakan naturalisasi ala bung Nurdin. Ah...betapa mengecewakan dan menyedihkannya...

Padahal pada titimangsa kemaren, di ajang piala Asia, pasukan timnas sudah bertanding ala pahlawan. Dengan berbagai keterbasan yang ada, namun tetap memberikan perlawanan yang sengit yang bahkan lawanpun angkat topi, tidak akan melupakan semangat Ponaryo dan kawan-kawan. mereka sadar betul ada mimpi yang harus mewujud dari bangsa yang haus prestasi. Sungguh benar jika jiwa ini bersemangat fisik pasti tidak akan mampu mengimbangi.

Seharusnya Bung Nurdin dan para penurusnya di PSSI sadar, malu (dan langsung mengundurkan diri) ada orang-orang yang benar-benar memperjuangkan sepak bola Indonesia untuk meraih prestasi (Karena prestasi satu-satuny yang dicapai bangsa ini terus menenurus adalah korupsi). Bukan sebagai kandang koruptor untuk korupsi.

No comments: