22 September 2007

Estafet kemenangan

tulisan ini saya buat tepat satu tahun dulu, entah saya ingin mengingat
atau ingin bermemoria...tulisan ini pernah di muat di akselerasi, namun sekarang udah beberapa perbaikan


“Rome was not built a day”
Julius Caesar

Roma tidak dibangun dalam satu hari, Ia dibangun oleh hari-hari panjang yang penuh sejarah dan penuh perjuangan oleh bangsa itali itu sendiri. Ia dibangun di atas pondasi sejarah masa lalu…. Pun kemenangan pasukan muslim dalam pembebasan kota Mekkah (fatthu Mekkah), kemenangan yang paling sukses yang menjadi tonggak paling bersejarah dalam perjuangan Islam selanjutnya, ternyata ia tidak ditaklukan dalam sekejap. Kemenangan tersebut bukan peristiwa yang turun begitu saja dari langit sebagai hadiah dari Allah. Namun ia digapai dari sebuah perjuangan, ia digapai dalam sebentuk tekad membaja dan perjuangan gigih. Ia diraih melalui pengorbanan-pengorbanan panjang. Ia adalah akumulasi dari kemenangan-kemenangan sebelumnya.

Begitulah setiap kemenangan akan disusul oleh kemenangan-kemenangan lain bila dalam proses kerja keras meraih cita-cita tersebut terdapat proses belajar yang berkesinambungan. Karena tidak mungkin meraih kemenangan berikutnya, bila dalam kemenangan sebelumnya tidak ada proses pembelajaran yang sungguh-sungguh dari padanya.

Meraih kemenangan adalah proses kerja keras yang sulit, namun menjaga kemenangan untuk meraih kemenangan selanjutnya adalah menghadapi kesulitan lain yang jauh lebih sukar dan pelik. Meneruskan tongkat kemenangan menuju proses kemenangan selanjutnya adalah ujian yang lain selanjutnya: menjaga nilai kemenangan dari debu-debu kemunafikan, menjaganya agar tidak terjerumus kedalam jurang kesombongan, menjaganya tetap murni dari segala godaan yang menyesatkan.
Menjaganya dari anggapan “merasa”, merasa besar, merasa kuat, dan atau merasa hebat. situasi yang sulit dihindarkan karena sering terlalu menyakitkan bagi para pemenang. Engkau hebat tapi ga boleh merasa hebat, engkau besar tapi jangan merasa besar ; jebakan megalomania. Pepatah jawanya : adigang, adigung, adiguna.

adalah perang uhud yang telah menyejarah hadir, tidak sekedar untuk dikenang.

Begitu pula dalam suasana idul fitri tiba. Disaat kemenangan yang ditunggu-tunggu tiba. Bisakah melanjutkan kemenangan terebut ke kemenangan-kemenangan selanjutnya. Memang selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan kita berpuasa. Menahan lapar dahaga. Berjuangan membina dan mengendalikan nafsu. Selama satu bulan juga kita jaga lisan kita agar tidak keluar perkataan sia-sia darinya. Mata sekuat tenaga kita tundukkan, telinga kita tutup rapat-rapat dan menghindar dari segala kesia-siaan. Hati pun kita jaga dengan sangat hati-hati. Kita berlomba-lomba mengerjakan amal baik. Terawih, sholat malam, tilawah tiap hari, sholat berjamaah yang tak pernah luput.

Namun apakah kemenangan itu akan kita jadikan milestone untuk meraih kemenangan selanjutnya. Ataukah selama satu bulan di madrasah takwa justru ama sekali tidak membekas. Apakah banyaknya amalan-amalan dalam Ramadhan bisa kita jadikan jaminan untuk memperoleh kemenangan seterusnya. Ataukah kemenangan itu justru sebagai titik puncak yang kemudian berbalik arah dengan kecepatan tinggi menuju jurang kekalahan. Atau bahkan ternyata amalan-amalan ibadah kita adalah sebuah bentuk kurva kuadratik; yang penaikkannya berbanding lurus dengan penurunannya atau bahkan lebih dari itu.

Jangan sampai jerih payah kita melaksanakan ibadah selama ramadhan tidak mampu meubah diri kita menjadi lebih baik. Tidak mampu menjadikan diri kita menjadi seorang pembelajar sejati. buktikan kita adalah hamba Allah bukan hamba Ramadhan.

No comments: