01 April 2007

Mataremaja dan Gajayana (sebuah catatan untuk para aktivis)

Karena Mataremaja harus mengalah
bukan berarti Gajayana bisa seenaknya

Dalam sistem transportasi perkeretaApi-an Indonesia dikenal-lah
dua buah nama kereta api yang sangat terkenal dengan rute Malang-
Jakarta: Mataremaja dan Gajayana. Walaupun mempunyai kota tujuan yang
sama dan jalur yang dilalui juga sama, lantas kita berpikir kondisi
kedua kereta juga sama. Ternyata tidak. Keduanya tidak sama dan
sangat jauh berbeda. Bagaikan langit dan jurang.

Gajayana, kereta api yang berkostum putih bergaris biru di badan
kereta, disediakan sebagai tranportasi alternatif bagi para
eksekutif. Dalam hirarki kelas transportasi, Gajayana menempati
urutan kelas pertama, yang berarti transportasi ini menawarkan
kemewahan, kenyamanan, kecepatan dan segala jasa dan perlengkapan
yang tentunya nomer wahid.

Kenyamanan- keamanan adalah kata kunci transportasi kereta kelas
satu ini. Jadi AC, TV, selimut dan bantal, makan, ruang restorasi,
toilet yang bersih dengan aliran air yang tak kunjung habis, semua
disediakan untuk membuat penumpang merasa senyaman mungkin.
Gajayana mempunyai dimensi Ruang dan Waktu yang tetap dalam
sendirinya. Ia bagaikan ruang yang tak tertembus oleh keadaan diluar
kereta, Dalam artian dari awal berangkat sampai akhir tujuan, kondisi
ruang dalam kereta akan relatif sama. Gajayana dalam hal lain berarti
lambang kesuksesan.

Dalam rute yang sama dikenal pula Mataremaja, kereta api kelas
tiga (ekonomi) berwarna merah (merah dan kelas tiga, duh... kenapa y
kongsi lama ini selalu muncul?), biasanya melaju dengan kecepatan
sahaja meliuk membelah sawah dengan anggun. Kecepatan saat menyisir
pantai dan mendaki bukit serasa tak ada bedanya.

Bila Anda berada dalam tranportasi kelas tiga, berarti anda
dilarang menanyakan kenyamanan, kecepatan, dan waktu. Karena semuanya
tidak akan didapatkan. Anda tak akan mendapatkan kursi yang empuk,
toilet, keheningan, bahkan keamanan (seorang teman mengatakan antara
jumlah penumpang dan pencopet lebih banyak pencopet -katanya) dalam
kereta ini.

Jadi jika anda berhasil sampai tujuan dengan selamat dengan
tidak kekurangan apapun, maka anda harus cukup berbangga (ada dua
kemungkinan anda tidak dicopet pertama anda tidak layak untuk dicopet
karena tak ada uang. Kedua, anda disangka pencopet juga oleh pencopet
hehe..). Mataremaja mempunyai dimensi ruang dan waktu yang berbeda
pula. Ia mempunyai dimensi ruang yang senantiasa berubah setiap saat.
Di setiap stasiun yang ia lewati, akan membawa perubahan pada suasana
ruang dalam kereta dan itu kepastian. Mataremaja sebuah miniatur
dunia dalam lorong yang sempit.

Bukan perbedaan itu sebenarnya yang ingin saya sampaikan dalam
tulisan ini. Tapi satu hal yang perlu diperhatikan kenapa Gajayana
akan selalu sampai tujuan lebih awal dari Mataremaja. Padahal dalam
setiap perjalanan antara Malang dan Jakarta atau sebaliknya,
Mataremaja berangkat terlebih dahulu dan akan sampai paling akhir.
Dalam perjalanan mencapai tempat tujuan, Mataremaja akan selalu
mengalah dan membiarkan kereta, yang secara kelas hirarki lebih
tinggi, lewat terlebih dahulu. Ia akan menunggu sampai Gajayana
jalan bebas tanpa hambatan. Mataremaja akan menunda perjalanan jika
Gajayana belum leawat. Mataremaja akan melambat hanya untuk gajayana
bisa berjalan cepat. Hal tersebut adalah wajar dan sangat wajar.
Tidak ada yang salah untuk harga sebuah nama yang sangat mahal:
keteraturan dan kerapian. Wajar dan harus seperti itu.

Yang tidak wajar adalah ketika Gajayana mendadak memberitahukan
akan menunda pemberangkatan dan secara tiba-tiba dan mendadak pula
memberitahukan keberangkatan. Yang tidak wajar adalah ketika Gajayana
merubah-rubah jadwal pemberangkatan tanpa konfirmasi secara resmi.
Yang tidak wajar adalah Gajayana berhenti mendadak tanpa informasi
dan melanjutkan perjalanan mendadak tanpa konfirmasi.
Namun betapapun Gajayana yang terus berbuat kekeliruan maka
Mataremaja akan berjalan menyesuaikan.
Matar...matar...
kereta yg tidak hanya membawa penumpang,

No comments: