31 January 2007

Di Rumah Sakit Syaeful Anwar

Gedung yang kokoh dan indah terasa dingin dan rapuh. Ruang lobi yang luas dan nyaman terasa sempit dan sepi. Dan tanpa sadar sedikit demi sedikit segala keindahan itu hilang.

(seperti dementor yang menyedot rasa bahagiamu)

Saat kali ketiga aku ke Rumah sakit syaeful Anwar (RSSA), Kali ini bukan dalam agenda untuk menjenguk, Melayat, mengantar teman sakit untuk berobat apalagi untuk diperiksa. (Tujuanku ke RSSA saat itu memang tidak seperti kebanyakan orang mengunjungi rumah sakit. Tujuanku kali ini yaahh... bisa dibilang disengaja. Sengaja untuk jalan-jalan sore (JJS). Sengaja untuk melihat-lihat orang yang sakit).

Pada kesempatan itulah aku tersadar gedung Rumah Sakit ini ternyata tinggi menjulang, megah. Sekarang semua bisa aku rasakan: kekokohan gedung, struktur bangunan sampai paduan warna dinding bangunan yang dipakai. Kemewahan isi ruangan. pun desain interior di ruang lobi yang luas. Paduan tiang yang besar dengan pencahayaan yang cukup dan tersebar. Sepi tapi terkesan lux. Pohon-pohon kecil di pot menambah suasana menjadi alami. Benar-benar indah.

Berbeda ketika saat berkunjung ke RSSA (dan RS lain tentu saja) ketika menjenguk keluarga, saudara atau teman yang sakit, atau datang ke RS untuk memastikan nasib keluarga yang baru mengalami kecelakaan. Atau saat ke RS Untuk berobat-dioperasi dan dipaksa untuk tinggal beberapa minggu. Tentu RS bukan menjadi sebuah ruangan yang indah.

Bangunan terasa rapuh dan dingin. Ruang lobi dan ruang tunggu terasa sempit. (buat apa ruangan yang besar di saat mungkin engkau berpikir engkau akan kehilangan keluarga atau saudara2mu). Ruang inap yang besar dan munkin mewah menjadi tempat yang sepi (buat apa ruangan yang besar ketika tempat kita hanya di sebuah tempat tidur tanpa bisa kemana-mana dan engkau berpikir akan segera masuk ke ruang yang lebih sempit lagi dan lebih gelap-kuburan maksudnya-). Benar-benar di saat seperti itu rumah sakit bukan menjadi pilihan tepat untuk menghabiskan liburan.

Dalam kesempatan yang disengaja berkunjung ke RSSA ini ternyata bukan hanya orang-orang sakit yang aku lihat. Bukan orang-orang yang terbaring lemah sambil menatap kosong esok hari. Bukan orang-orang yang terbujur tak sadar dengan slang inpus masuk pembuluh darahnya atau slang oksigen yang keluar dari hidungnya. Bukan orang yang merintih sakit dengan perban yang hampir menutup semua bagian tubuhnya.

Bukan itu saja. Ternyata aku dapatkan orang-orang yang sehat yang berbincang di emperan gedung ruang inap menunggu anggota keluarganya yang sedang sakit. Aku temukan orang-orang yang sehat duduk di koridor terterpa angin dingin. Aku temukan orang sehat yang tidur berselimut di lantai. Aku berpapasan dengan dokter yang berjalan santai namun dari matanya terasa dirinya sudah berada bersama pasien yang sekarat. Ada perawat yang mencatat sesuatu di kertas yang dibawanya. Semuanya Seakan mengatakan padaku ketika kau sakit kau bukan hanya merepotkan diri sendiri tapi kau akan berurusan dengan orang lain, teman.



Kesan mendalam yang aku dapatkan adalah ketika berkunjung ke Ruangan tempat bayi-bayi yang baru lahir (entah pa namanya). Kau lihat bayi-bayi berbaring tidur dalam kotak-kotak, terasa damai meskipun orang diluar melihatnya dengan harap dan haru. Kulihat bayi-bayi kecil prematur dalam kotak tertutup (mungkin ini yang namanya inkubator) dengan lampu-lampu digital menyala menunjukan angka tertentu diinkubator.

Di bagian lain ada bayi dengan mata yang ditutup kain dan diatasnya lampu puluhan watt menyala hangat. Sedangkan diluar ruangan orang tua mereka menempelkan dahinya ke kaca jendela melihat anaknya yang berbaring lemah dengan harap dan tegang. Lebih tegang saat kau menghitung memastikan jari anakmu untuk pertama kali, katanya.

sering
Kau tersadar ternyata sehat ketika kau berbaring lemah di RS.

 

No comments: