16 September 2006

Creative Forever (Panampakan sang kreatif)

Pernah lihat acaranya pak Leo, di salah satu televisi swasta, yang
bisa melihat penampakan-penampakan makhluk gaib. Pak Leo
bisa "melihat" aktifitas dari makhluk gaib, yang dianggap hantu,
yang tak terlihat oleh mata biasa. Atau nirina dalam the mirror yang
dianugrahi sebuah mata yang sanggup melihat adanya kematian. (saya
sarankan anda jgn percaya. Krn 100% boong!)

Sebenarnya hampir sama, namun berbeda, dengan seorang kreativ-is
(aktivis kreatif . hihi..). Untuk menjadi seorang kreativis
dibutuhkan bukan hanya mata yang bersifat fisik yang menyerap
kenyataan apa adanya tapi mata yang mampu melihat sesutu sebagai
sebuah potensi. Visual akan masa depan. Yang tak terlihat oleh
orang lain. Mereka menggunakan mata tidak lagi untuk mengeja objek2
dalam pandangan disekitar kita tapi merangkum seluruh jagad raya
yang tak terbatas.

Seorang kreatifis melihat sesuatu tidak selalu dengan matanya yang
sanggup membedakan 10 juta warna (bagi yang normal untuk yang buta
warna harus bersyukur dengan 2 warna saja), tapi dengan seluruh
indra yang ada. Mereka memandang dengan mata yang bersifat
spiritualitas yang mampu memandang jauh kedepan menembus ruang dan
waktu.

Dengan menggunakan penglihatan inilah pandangan seorang visioner
lahir. dimana bentangan masa depan dapat terpetakan dengan jelas
sedetail-detailnya (meskipun ada teori terra incognita, yang
meyatakan masa depan adalah bentangan masa depan yang tak
terprediksikan, tak dapat dipetakan. Tapi pikirku dalam hal ini
teori yang menghapus teori2 newtonian tersebut tidak berlaku).
Mereka melihat tidak hanya saat ini tapi mampu melihat kondisi ideal
beberapa tahun kedepan dan membuat rencana yang sistematis untuk
mewujudkannya. Mereka adalah kreator yang antisipatf. Bukan follower
yang reaktif.

Penampakan tentang sebuah keadaan oleh sang kreatifis ini akan
sangat dipengaruhi oleh Latar belakang pendidikan atau buku yang ia
baca. Seorang ekonom akan melihat kemacetan diperempatan jalan
mungkin sebagai potensi pasar yang menggiurkan. Berbeda dengan
seorang pengamat budaya dan sosial, ia mungkin akan melahirkan
sebuah tulisan berlembar-lembar sebagai kritikan kepada pemerintah
atau sebagai fakta akan gejala kemorosotan sosial. Untuk pelukis
fenomena tersebut mungkin akan meng-inpirasi ia untuk membuat
lukisan atau memperkuat keinginannya untuk pindah profesi sebagai
desain interior. Untuk pembaca puisi berpikir kondisi tersebut cocok
sebagai panggung untuk membacakan puisi hasil karyanya yang dibuat
tadi malam.

Seperti begitulah seorang kreatifis, melihat sesuatu tidak seperti
apa adanya. Kemacetan jalan, hujan lebat, peristiwa apel jatuh,
tanah kosong, adalah inspirasi baginya untuk berkarya. Melihat
potensi dari realitas.

Maka ada Bill Gates yang memimpikan setiap orang memiliki PC
pribadi. Ada Ford yang memimpikan setiap rumah mempunyai mobil, dan
ia produksi mobil besar-besaran. Ada Tony Fernandes yang memimpikan
setiap orang dapat naik pesawat terbang. Dan tentu saja Rosulullah
sebagai visioner sejati, (masih ingat peristiwa ketika Rosulullah
memecah batu pada saat akan perang khondak- itu salah satu contoh)
yang mampu melihat kemenangan pasukan Islam atas bangsa Romawi.
Dan ingat datangnya imajinasi-/ide-ide ini tidak selalu hadir
setiap saat. Ia datang kemudian menghilang lagi, maka jangan pernah
menyia-nyiakan peluang emas jika ingin menang.
Mengutip mantranya jailangkung yang sudah diplesetkan "datang tak
diundang. Pulang tanpa kesan"

No comments: