05 January 2013

Work Hard, Party Hard

Kerja habis-habisan, lalu pesta gila-gilaan. Di Jakarta, beberapa kalangan menjadikan idiom ini sebagai gaya hidup. Tak percaya? tengoklah beberapa tempat di Jakarta di akhir pekan. Kemang misalnya. Maka mulai Jumat sampai Sabtu malam, klab, kafe dan tempat pesta lainnya ramai disesaki kaum urban setelah lima hari  didera pekerjaan. Bukan gaya hidup yang baik tentunya, meski patut juga dicoba sesekali. :D

Dalam kultur Timur, atau masyarakat desa, pesta biasanya dirayakan sebagai cara untuk mengukuhkan nilai-nilai tradisi. Berbeda dengan di kota. Dalam masyarakat urban, pesta identik sebagai cara untuk mengabaikan nilai-nilai. Terutama  nilai yang berada di luar pesta. Jika nilai, norma, adalah pagar yang mengurung, maka saat pesta pagar tersebut bisa didorong sejauh mungkin. Bahkan, diharapkan setiap orang untuk melepaskan keterkungkungannya dari norma dalam kehidupannya sesehari di luar pesta.

Maka yang terjadi dalam pesta adalah kegilaan. Setiap orang boleh mengekspresikan kegilaannya. Meski akhirnya pagar tersebut kembali menciut begitu pesta usai.

Saya bukan penyuka pesta atau acara yang digarap untuk merayakan sesuatu atau untuk "meledakan" diri. Entah kenapa. Mungkin karena saya tak tahu mesti ngapain. Saya sering kikuk jika menghadapi orang yang tak dikenal. Apalagi ada kebiasaan sering membicarakan dan men-share apa yang terjadi di dalam pesta ke luar pesta.

Padahal di Amerika misalnya, ada idiom what happens in Vegas, stays in Vegas. Idiom tersebut mengartikan bahwa kegilaan yang terjadi di tempat pesta, usahakan tak menjadi pembicaraan. Orang dibuat mengerti kapan nilai tersebut bisa didorong dan dilucuti, kapan tetap harus dihormati.

Di Indonesia idiom tersebut bisa berganti menjadi, what happens in party room, stays in party room.


O,iya.. Kapan terakhir Anda mengkikuti pesta?
Akhir tahun kemarin? Apakah Anda ikut meledak?? :D

1 comment:

Anonymous said...

terakhir kali party? syukuran film Hari Ini Pasti Menang :)

http://sabai95.wordpress.com/projects/