10 January 2013

Gara-gara The Beatles

Menulis fiksi itu gampang-gampang susah. Meski kadang banyak susahnya. Salah satu cara agar lancar menulis adalah latihan menulis dengan metode free writing. Saya coba, dan hasilnya tak buruk-buruk amat.

Selamat membaca.

------
Namaku Refa. Kata ibu, nama itu pemberian ayahku. Aku percaya saja karena tak bisa menanyakan langsung kepada ayah. Ayah pergi saat aku masih dalam kandungan.

Aku tak tahu alasan kenapa ayah pergi meninggalkan aku dan ibu. Kata tente Rin, mereka berpisah karena The Beatles. Ayah menganggap Yoko Ono adalah setan yang  berwujud perempuan sebagaimana setan dulu berubah wujud menjadi ular untuk memisahkan Adam dan Hawa di surga. Kata ayah, karena Yoko Ono,  persahabatan John Lennon dan Paul McCartney renggang dan akhirnya The Beatles bubar.

Sementara menurut ibu, John jadi lebih utuh dengan kehadiran Yoko. Karena perbedaan itu, ibu dan ayah sering bertengkar. Sampai suatu pagi, ayah pergi meninggalkan rumah kontrakkan dalam keadaan seperti kapal pecah.

Aku sebenarnya tak peduli dengan The Beatles. Tapi ibu sering cerita bagaimana ia mengenal The Beatles dari ayah. Sejak diperkenalkan lagu Yesterdays ibu langsung jatuh cinta pada grup band tersebut.  

Menurut ibu The Beatles tak seperti superstar lainnya. Mereka selalu tampak sederhana dan kompak. Mungkin karena mereka tumbuh dari Liverpool. Kota kelas pekerja. Sama seperti kakek yang juga buruh.

***
Dari cerita ibu, namaku, diambil dari kata reformasi. Ayah adalah aktivis mashasiswa 98 asal Jogja, sementara ibu kuliah di UI. Mereka bertemu saat demo besar-besaran menuntut Pak Harto mundur. 
Kata Tante Rin, adik ibu, sejak pertama bertemu, mereka langsung klop. Di sela-sela demo mereka berpacaran dan sempat menghabiskan waktu ke ancol berdua. Tante menyebutnya sebagai pasangan serasi seperti Romeo dan Juliet. Mereka menikah tahun 2000 tepat saat usiaku 2 bulan dalam kandungan.  

Suatu pagi ibu menangis saat membaca koran di kursi meja makan..



No comments: