18 November 2011

Indonesia Vs Malaysia: Mengelola Perseteruan Menjadi Hal Positif



Tak diragukan, laga antara Indonesia Vs Malaysia nanti malam akan berlansung sengit. Kedua negara ini memang punya sejarah perseteruan yang panjang. Hubungan diplomatik negara serumpun inipun pasang-surut sejak kedua negara ini merdeka. Selain masalah sengketa wilayah, klaim produk budaya pun mewarnai naik turunya hubungan diplomatik dua negara ini.

Perseteruan di lapangan pun akhirnya menjadi tak hanya soal kualitas permainan. Olah raga menjadi tak hanya sekedar tontonan. Perseteruan di lapangan hijau menggelagak ke luar lapangan jadi emosi soal harga diri dan adu gengsi, yang sayangnya, sering berujung destruktif. Saling ancam, saling cibir, saling tantang antar suporter sudah ramai di forum-forum di ranah maya. Bahkan media ke dua negara ikut terprovokasi (atau sengaja memprovokasi?).

Tiga hari jelang pertandingan Indonesia vs Malaysia di SEA Games, saya menerima pesan berantai di BBM. Pesan yang awalnya entah dari siapa ini meminta suporter Indonesia mengenakan batik dan membawa angklung saat menonton timnas U-23 di GBK nanti.

Tentu saja, saya tak meneruskan pesan tersebut. Entah kenapa saya merasa himbauan tersebut hanya seperti adu gengsi jawara.

Perseteruan memang menyenangkan. Namun bila ia hanya sekedar adu gengsi tanpa memberikan manfaat pada sesama ia hanya menjadi perseteruan yang buta. Sportifitas dan fairplay di lapangan seringkali tercemar gara-gara suporter macam hooligan urakan. Tak hanya di Tanah Air, di liga-liga besar dunia, fenomena supporter urakan ini bisa ditemukan.

Namun perseteruan ternyata tak selalu harus berakhir buruk. Energi kompetisi dan persaingan di lapangan hijau ternyata bisa disalurkan ke satu aktifitas untuk kepentingan orang lain. Perseteruan di lapangan, bisa berarti hidangan makanan bagi keluarga yang membutuhkan.

Adalah dua suporter American Football di Alabama, Auburn University (AU) dan University of Alabama (UA), yang mampu mengubah gelegak emosi perseteruan menjadi hal yang bermanfaat bagi sesama.

Sejak 18 tahun yang lalu, dua suporter rival abadi ini mengadakan kompetisi bertajuk Beat Bama Food Drive. Sebulan menjelang pertandingan di liga divisi dua, kedua suporter klub bertetangga ini bakal beradu dalam mengumpulkan makanan kalengan.

Suporter tim yang mengumpulkan total makanan kaleng terberat lah yang menjadi pemenang. Makanan kalengan yang terkumpul kemudian didonasikan ke Alabama Food Bank, yang bertugas menyalurkan makanan ke mereka yang membutuhkan atau menyimpannya sebagai cadangan di saat darurat.

Seperti dikutip oanow.com, Selasa (16/11/2011), tahun ini, kompetisi dimulai dari tanggal 10 Oktober sampai 20 November 2011.

Tahun lalu, kompetisi ini dimenangkan oleh Alabama University (AU) yang berhasil mengumpulkan makanan kaleng dengan total berat 234.116 pon atau setara dengan 117 ton. Sementara rival abadinya, University of Alabama, hanya mengumpukan 218.510 pon. Makanan yang dikumpulkan AU diperkirakan senilai 377.000 dollar amerika atau setara Rp 3,3 miliar rupiah.

Mengejutkan? Sebuah kota berpenduduk tak sampai 60 ribu ini bisa mengumpulkan makanan dari emosi perseteruan. Saya bilang, menakjubkan!

Di saat kita masih berkutat dengan emosi perseteruan tentang gengsi dan harga diri yang buta, jauh di ujung sana, ada yang sudah berhasil mentranformasikan perseteruan sehingga menjadi sesuatu yang positif.

Mengumpulkan makanan bagi yang membutuhkan.
Ah, entah kapan kita sampai ke sana.

No comments: