17 August 2010

Terjajah di momen kemerdekaan

Hari Selasa. 17 Agustus. Perempatan belakang Kejagung tampak begitu tenang hari ini. Tak terlalu macet. Mungkin karena hari libur batinku.

Tapi, tiba-tiba raungan serine memecah kesunyian jalanan. Satu motor menghadang lalu lintas di lajurku. Lalu dengan cepat belasan mobil melintas dengan kecepatan tinggi. dengan klakson menghentak dan menghardik. dengan seenaknya menerobos lampu merah yang sedari tadi menyala.

Saya coba ikuti. Ingin tahu siapa punya ulah di hari kemerdekaan sekarang ini. tak ada identitas. Namun dari beberapa mobil terpasang sticker yang sama di kaca belakangnya. Selintas terbaca Low Brain. Siapa pula low brain ini, pikirku.

Sampai di Jalan Asia-Afrika konvoi mobil bergabung dengan puluhan konvoi sepeda motor. Beberapa pemuda berseragam sekolah SMA terlihat menghentikan arus lalu lintas dengan kibaran bendera.

Serine terus meraung dari beberapa mobil. Klakson-klakson terus menghardik motor atau mobil yang menghalangi jalan mereka. Puluhan motor dengan penumpang berpenampilan seragam tampak sumringah sembari mengibar-ngibar bendera. Tak ada helm. Hanya berbekal atribut merah putih dan bendera. Merah putih begitu semarak. Terus dikibarkan untuk menghadang laju mobil dari simpang yang lain.

Inikah saat yang tepat untuk merasa bangga? Momen kemerdekaan yang nyata? Ketika sang saka begitu digdaya ditinggikan? Lalu kenapa perasaan yang spontan muncul dalam benakku justru umpat dan despise?

3 comments:

mochammad zamroni said...

ketika sebuah kesalahan/pelanggaran dianggap wajar, dan tanpa tindakan yg tegas dari aparat. maka hukum hnyalah sebuah wacana saja. dan keteraturan hidup tidak akan pernah tercapai didalamnya. didedikasikan utnuk semua pelanggaran yang di"maklumkan" oleh aparat negeri ku ini (he2)

mbah jiwo said...

dipaksa komen.

Arvie Rivanno said...

Baru liat nih. Keren bahasanya bro. Saya mau ketemuan dong. Mau minta tanda tangan. Minta alamat ya bro