03 May 2007

tentang betapa subyektifnya kita (RMK KAMMI)

tafsir baru ?? boleh lah.
DM I dengan format 1 X 24 jam memang mungkin sudah terlaksana, mungkin juga ini dm i pertama yang pernah dilakukan di Indonesia siapa yang tahu. konon adalah komisariat UB dengan kadep kaderisasi yang ingin kreativ yang melaksanakan dm i dengan format 1 x 24 jam ini, yang tentu saja secara teriotori ub bertempat di Malang.

terlepas dari pelaksanaan dm 1 dengan format 1 x 24 jam, saya ingin sedikit bercerita tentang perjalanan bagaimana akhirnya dm 1 ini sampai terlaksana.

cerita ini akan saya awali dengan sebuah pertanyaan yang dateng kepada saya apakah benar ide orsinalitas nan kreativ dm i ini di create oleh ub?
jawabannya tentu saja adalah hanya satu kata yang dapat merangkun itu dan saya cukup jawab its "proces", terlepas itu akhirnya kreativ atau melanggar.

Namun bila akhirnya dm I harus yang bertanggung jawab komsat Ub. It’s not problem for me. Ub akan bertanggung jawab.

Cerita lalu berlanjut pada diskusi2 yang panjang dengan teman, di suatu malam, Tentang tafsir MRK. Dan tentu saja ada DM di dalamnya.
Disaat omong-omongan tersebut kami tiba disuatu titik. Di titik ini (kami) kemudian iseng gimana k-lo ternyata dm 1 hari ini memang cocok untuk di Malang. Dan tafsir RMK untuk DM 1 itu ternyata sesuai dan pas2 betul untuk UB. Dan akhirnya sayapun tak pernah membayangkan bahwa ada teman saya ini yg aga2 tersinggung.

Dm 1 satu hari...

bagi saya yang tak habis pikir adalah kenapa teman saya ini lantas marah-marah. tersinggung? Mungkin. Tersinggung ketika ada komentar dm I satu hari bisa jadi mejadi salah satu penafsiran yang kreatif dan futuristic, dan itu bisa diterapkan karena sesuai dengan kondisi di Malang. Lalu Dengan segenap hati beliau ini menjelaskan kenapa dm I format 1 hari ini nggak mungkin sesuai di Malang karena ada RMK, lalu menjelaskan lagi tentang loyalitas pengkaderan dan tentang rasa memiliki hasil dari dm format 1 hari.
Nah, disini saya mesti bilang, saya nggak setuju dengan teman saya. Sy bisa meraba2 dalam gelap kenapa mungkin dm i ini mungkin g sesuai bila dilakukan satu hari (dgn RMK), tapi saya juga g bisa menerima pernyataan kenapa dm I format 1 hari ini nggak mungkin sesuai dengan kondisi Malang dan berstatement ini melanggar penuh RMK apalagi mengatakan dm i 1 hari ini tidak akan pernah menghasilkan kader yang loyalitas dan rasa pemilikan K3 yang tinggi pada tiap kader tanpa riset lebih jauh.

Ada banyak kemungkinan untuk menerangkan kenapa dm i format satu hari itu sesuai dan layak untuk daerah Malang. Bila salah satu dm i ini adalah salah satu perangkat untuk pemenuhan kader terhadap IJDK tak masalah bila satu hari itu sudah akan dapat dalam pemenuhan IJDK. Atau seperti Jogya yang katanya DM nya perlu berhari-hari. Lha kebutuhannya khan jelas berbeda. RMK masih bisa banyak penafsiran.
So, memang ada banyak alasan untuk mengatakan kenapa dm format 1 hari tidak mungkin sesuai tapi untuk mengatakan sebaliknya. (bisa jadi dm i satu hari itu sesuai) ?
Yah, saya lebih baik tidak komentar dulu dan g ngomong pa pa.

Yang saya lihat di sini adalah temen saya ngerasa bahwa dm 1 format 1 hari nggak mungkin sesuai karena ia sendiri nggak setuju dengan format tersebut. Bagaimana pendapat saya tentang dm 1 satu hari? Yah..., kalau sistem kepercayaan dan kultur serta tafsir yang sampai sekarang masih jadi sumber penghargaan saya mengimplikasikan bahwa dm 1 ini hanya berbeda dari dm-dm yang ada sebelumnya. So, menolak pelaksanaan dm yang tidak sesuai dengan pendirian pribadi bukanlah sesuatu yang obyektif. Tapi saya nggak sampai ngotot2an soal ini. Ya. Tapi ini membuat saya berpikir cukup lama.

Entahlah. Mungkin pada akhirnya, obyektifitas adalah fatamorgana. obyektifitas hanyalah 'sekedar' kesadaran bahwa kita akan senantiasa subyektif. Bahwa bias adalah sesuatu yang inheren, dan per definisi dari setiap komentar, pendapat, bahkan cara berpikir. Pula, bahwa bias tidak harus selalu dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Yang kemudian menarik untuk dipertanyakan adalah, ketika kita dengan sadar berkomentar di bawah pengaruh bias tertentu, seberapa jauh kita kemudian jadi yakin akan kebenaran pendapat sendiri. Seberapa jauh kita kemudian berani menyatakan keyakinan diri akan hal-hal tertentu dan menyalahkan pendapat orang lain akan hal-hal tersebut. Atau mungkin, ketika kita sadar bahwa kita nggak akan pernah nggak bias, kita kemudian jadi lebih rendah hati di hadapan pendapat-pendapat yang berbeda dari pendapat sendiri?
entahlah.

No comments: