08 February 2009

Hal yang sederhana itu...

Hal-hal kecil, yang sederhana, yang membahagiakan yang tak ternilai.

Seringkali manusia itu tak perduli pada hal kecil yang sederhana. Mungkin karena memori dan indera manusia yang dibentuk dan dilatih hanya untuk merekam kebahagiaan, keterkejutan, atau keperihan yang luar biasa, yang ekstrim. Pada hal-hal kecil,-yang sederhana, yang terlalui di tengah rutinitas, memori kita seringkali tidak bekerja.

Tapi saya punya keyakinan bahwa kebahagiaan itu juga terselip di tengah situasi kehidupan sesehari. Di episode-epiosode hidup kita yang sederhana dan tidak istimewa. Tapi justru karena sederhana itu, ia menyimpan rasa, aura, yang tak bisa didapat dari situasi yang istimewa.

Ia bukan kaget, kegembiraan ataupun perih yang luar biasa. Ia hanya hal sederhana yang ada diseputar pijakan kaki sesehari...

Dan hal-hal sederhana itu ialah seperti sekarang ini. Saat musim hujan yang dingin dan menemukan diri duduk di depan komputer dengan ditemani secangkir kopi panas. Membiarkan benak berkeliar dikejar jemari yang menari di atas keyboard. Menyelusuri serat-serat pikir sambil menyeruput kopi dari cangkir.

Atau saat berlama-lama di toko buku. Memilih dan memilah buku. Mengambilnya, membacanya sekilas.. lalu meletakkannya kembali sebelum beralih ke buku lain. Lalu menimbang-nimbang harga buku yang akan dibeli dengan uang yang dimiliki.

Hal sederhana itu saat terus mengetahui tempe menjes yang tidak bergizi namun tetap laris. Mendengar teriakan penjaja sate madura yang khas.. atau saat membaca satu, dua SMS dari teman, imel, yang sekedar menanyakan kabar atau melepas kangen. Atau bercengkrama dengan teman tentang film yang sudah ditonton.

Hal yang sederhana itu saat pagi hari di Pasar Minggu. Sendiri, berdua ataupun beramai. Berkeliling dari stan ke stan. Terjebak di tengan hiruk pikuk dan riuh penjual dan pembeli. Lalu duduk di stan makanan sambil melihat keluar mengamati manusia yang berlalu lalang.

Kebahagiaan sederhana itu setelah Subuh atau selepas Isya saat mengobrol di telepon dengan ibu, ayah, atau adik. Bicara tentang hal-hal seputar rumah. tentang Pak De yang masih di rumah sakit habis dioperasi. Tentang lagu yang bisa dimainkan dari gitar yang baru di beli adik. Tentang kucing rumah yang semakin besar. Tentang nilai rapor...

Kebahagiaan yang sederhana itu bisa juga berupa ... saat dimana malam semakin larut, di mana hari semakin senyap, namun menemukan diri masih terjaga sendirian di dalam kamar. mencoba membuka hati, dan diri pada Allah atas apa yang terjadi selama sehari, seminggu, sebulan yang telah dilalui. Lalu menemukan tempat kembali, bahwa segala solusi dari segala beban studi, pekerjaan, hubungan personal, yang terus mendera adalah kembali pada pangkuan Yang Maha Pemberi Solusi.


Hal-hal yang kecil, yang sederhana, yang tak ternilai.
Betapa sebenarnya kebahagiaan itu tersebar disekitar kita pada hal yang sederhana.
pada keping-keping hidup sesehari.

Syukur kembali untuk teman dan sahabat yang walaupun tak banyak namun sangat berharga. Keluarga sebagai sumber inspirasi yang terus mencintai.

1 comment:

Ninis said...

Semakin kita mensyukuri setiap detik hidup kita dan berbahagia menjalaninya, semakin berartilah diri kita yang kecil ini...

*kangen suasana sederhana di Indonesia seperti itu.. kangen baca2 di gramedia, menikmati malam2ku sendirian sebagai anak kos... semua kenangan itu begitu indah dan kubawa kemanapun kakiku melangkah*