19 February 2009

mempertanyakan Seputar Indonesia dalam polemik puyer

Perbincangan mengenai boleh tidaknya, tepat tidaknya, penggunaan obat puyer atau serbuk dalam bidang medis semakin ramai terdengar. Hal ini memang tak lepas dari pihak RCTI –dalam hal ini seputar Indonesia, yang terus menerus dan gencar, empat kali dalam sehari selama, lebih dari seminggu, memberikan informasi bahaya dari penggunaan obat puyer.

Sampai hari ini, berbagai tanggapan pro dan kontra tentang penggunaan puyerpun terus bermunculan, baik melalui forum yang disediakan oleh pihak Seputar Indonesia (Sindo) maupun dengan hanya ikut mempublikasikan di weblog pribadi. Walaupun tampaknya semakin riuh, tapi tampaknya dalam perdebatan (pihak SI menyebutnya polemik) tersebut hanya terdengar nyaring pada satu sisi saja. Terutama bila menyimak berita-berita yang disiarkan di Seputar Indonesia, yang terdengar lantang hanyalah berita tentang bahaya penggunaan puyer. Sehingga terkesan Seputar Indonesia, yang terus menerus menayangkan berita tentang penggunaan bahaya puyer oleh sejumlah dokter, tidak ada pada posisi yang netral sebagaimana fungsi media massa sebagai wadah adu argumen dalam polemik.

Sehingga arti Polemik yang dalam bahasa Indonesia (lihat KBBI) diartikan sebagai perdebatan mengenai suatu masalah yang dikemukakan secara terbuka di media massa sesungguhnya tidak terjadi. Yang justru terjadi adalah intimidasi dan teror Seputar Indonesia terhadap dokter dan pasien yang menggunakan obat racikan berupa puyer tersebut.

Iklim polemik memang seyogyanya harus terus dikembangkan. Selain menumbuhkan iklim demokratisasi dan akedemisi adanya polemik juga membangun kesadaran informasi bagi para pihak yang berpolemik maupun yang mengikuti polemik. Akan tetapi apabila tidak ada netralitas media dalam mewadahi polemik secara fair, polemik justru akan mencederai orang ataupun pihak yang terlibat dalam polemik itu sendiri.

Hal yang sangat disayangkan adalah media sebesar Seputar Indonesia, sebagai media yang mengawali jurnalisme televisi dan telah menjadi koran nasional ketiga, bisa mengambil tema polemik yang remeh temeh. Remeh temeh bukan karena mengabaikan bahaya dari racikan puyer, tapi remeh temeh karena polemik puyer sebenarnya tidak menyentuh esensi masalah kesehatan di masyarakat Indonesia. Kasarannya orang tidak akan menggunakan obat puyer kalau ia sehat.

Sekali lagi, remeh temeh bukan dalam maksud untuk mengabaikan ancaman dari kesalahan dalam meracik puyer. Yang pada tataran teori, penggunaan obat puyer atau serbuk yang dibuat dengan tidak memperhitungkan sterilitas dan dosis yang tepat, pada akhirnya akan berdampak buruk pada pasien, yang baru akan terasa dalam jangka waktu yang lama, atau bahkan akan menyebabkan kematian. Ia remeh temeh karena tema polemik puyer tidak dibangun dalam realita masyarakat Indonesia. Ditengah realita masyarakat yang kesadaran akan pengobatan ilmiah masih rendah. Bukankah dengan menggempur habis-habisan obat puyer justru akan menambah keraguan masyarakat dalam berobat secara ilmiah.

remeh temeh karena tema tersebut dibangun pada saat masyarakat semakin susah dalam menjangkau fasilitas-fasilitas kesehatan. Puskesmas atau rumah sakit. Apalagi ditengah masyarakat yang semakin tidak rasional yaitu lebih memilih pengobatan alternatif macam bocah ‘dukun sakti’ Ponari dari jombang dari pada obat dari rumah sakit yang mahal.

Secara media (siapaun ia) Seputar Indonesia memang selakyaknya memberikan perhatian dan peringatan kepada masyarakat tentang adanya kemungkinan produk puyer yang diracik tidak steril. memang pada akhirnya penggunaan puyer atau serbuk yang dalam pembuatannya tidak memperhatikan kebersihan dan ketepatan dosis akan merugikan pasien itu sendiri. Pasien bukannya akan berangsur sehat malah bertambah parah sakitnya. Namun derasnya informasi yang terus mencekoki masyarakat secara tidak proporsional dan berimbang justru membuat orang bingung. Selain jadi malas mengikuti polemik itu, malah bertambah muak!



salam,
bambang trismawan

1 comment:

Ninis said...

Begitulah sebalnya sama media!
Bikin opini seenak udelnya sendiri, seolah2 ngasih info masyarakat tapi salah kaprah!
Seperti saat ini, dimana perusahaan tempat suamiku kerja lagi jadi pusat perhatian karena terancam bangkrut... yang dimuat di media tuh waduh waduhhh bikin enegh bin mau muntah, secara 80% mengada2 banget !!!
Bukannya situasi berkembang ke arah positif, malah makin terpuruk deh... udah gitu sok tauuuuu banget! Yang diwawancara cuma satu sumber, padahal kan belon tentu bener!
Tapi gimana lagi, tanpa media juga bakal ketinggalan info hehehehe.. Cuma ya, salah kaprahnya itu yang bikin pengen mentungin penulisnya hahaha..