16 March 2008

tempe



Tempe, sebuah panganan yang begitu melekat dengan image sebagai makanan pribumi, ternyata kedelainya, bahan utama pembuat tempe, tidak benar-benar tumbuh di tanah agraria Indonesia. Ternyata hampir 80% kedelai yang dipake tuk buat tempe disuplai oleh Amerika dan Australia. Sebuah ironi.
Bahkan para pengrajin tempe tau jika memakai kedelai Indonesia hasilnya akan jelek.


Bahkan pemegang hak paten untuk tempe adalah negeri seberang.

cat.
gambar diatas saya ikutkan lomba poster dengan beberapa perbaikan,
namun sayang ga menang....

2 comments:

Anonymous said...

designnya keren tuh, mang tema lombanya apa? jangan2 terlalu politis trus ga menang hehe...tapi...wah, antum ga up to date. hak paten tempe atas negeri sakura dah dicabut atuh,akh...

realita memang berbicara, fakta di di kampung ane membuktikan kedelai lokal emang menghasilkan tempe ataupun tahu yang berkualitas rendah alias gembus alias ga padat, tidak tahan lama,dan warnanya kurang menarik alias ga cerah. ini bukan asumsi, percaya deh... kalo ga percaya, tu calon sarjana pertaniannya Brawijaya minta aja bikin eksperimen hehehe...

Bambang Trismawan said...

ohhh... gitu ya.
maklum makannya tempe impor jd agak2 ga mudeng. hehehe

tema lombanya mungkin g cocok kali y. ya gimana lagi.

untuk kedelai lokal,
Konon kabarnya, kedelai adalah tanaman hari panjang, ia butuh lebih dari 12 jam sinar matahari per hari untuk dapat mengisi polongnya penuh. Hari panjang macam demikian jelas bukan privelese negeri tropis. Tanah dan iklim kita punya, tapi tanpa 'hari panjang', kedelai produksi lokal nggak maksimal ukuran dan kualitasnya.

nah kan. jadi klo nanem kedelai dipastikan ga bakalan untung...