19 March 2008

Lampung : Mungkin Lain Kali

Sudah sejak dari kemarin dulu saya mencium bau sebuah petualangan yang panjang nan mendebarkan. Sebuah aroma kebebasan untuk menjelajahi lagi dunia yang luas. Tuk dapat belajar lagi tentang keindahan alam Indonesia, yang berbeda pemandangannya, adat istiadatnya, sukunya, kepercayaannya, keseniannya dan sebaginya dan sebagainya.

memang sudah waktunya lagi Keluar untuk berpetualang. Hanya tuk sekedar melepas penat, keluar dari semua rutinitas dan uniformitas yang tanpa sadar mencoba mengkondisikan dan memaksakan sebuah hidup yang rutin dan tertata sejak semula.


karena akan menjalani sebuah pengalaman baru, Tak heran mendekati hari H, andrenalin saya semakin terpacu, detak jantung semakin kencang. Sebuah reaksi yang wajar dari tubuh ketika akan menjalani sebuah perjalanan tak terpetakan, menakutkan menegangkan sekaligus menantang.


Lampung. Itulah kota yang membawa sebuah harapan akan petualangan baru. Lampung berarti juga sebuah kesempatan untuk beranjak keluar dari tempat tinggal, tempat dimana hampir setiap hari melihat alam sekeliling yang tak jauh berbeda. lampung berarti juga kesempatan datang ketempat dimana saya bisa mengukur suatu pemandangan tidak hanya dari tempat saya tinggal saja.

karena tak ingin selama hidup saya, saya hanya dapat mengukur sesuatu pemandangan dari sekitar tempat saya saja. Tak hendak saya mengukur dunia yang luas dari hanya tempat saya sering beraktifitas yang sempit. Makanya, ketika ada kesempatan dan peluang untuk meninggalkan pulau Jawa yang katanya sudah padat dan sesak, menuju pulau Sumatera, saya seperti anak kecil mendapatkan mainan baru: senang dan takkan mau dilepas.


Perlengkapan sudah semua dilengkapi, persyaratan hampir semuanya dipenuhi. perbekalan sudah diusahakan. rencana tlah disusun serapi-rapinya.
Namun
nyatanya harapan menjelajah pulau Sumatera, Pulau yang besarnya tigakali pulau jawa itu, tidak kesampaian. tidak terlaksana. alasanya teman saya tidak bisa ikut karena ada acara mendadak yang harus diikuti. sedangkan saya harus pulang ke rumah untuk menghadap umi yang telah tiada. seseorang yang pernah turut membesarkan saya dengan kasih sayangnya.

setelah pengalaman ini, diri ini menjadi lebih mengerti tentang posisi. tentang betapa lemahnya manusia. dan tentang masadepan, bahwa sematang apapun rencana. serinci apapun daftar perbekalan bahwa bila rencana yang kita ciptakan tidak bertemu dengan rencana Sang Maha Perencana maka masa depan yang kita harapkan tidak akan terwujud.
bahwa ada banyak hal yang tak sepenuhnya dikendalikan oleh manusia yang lemah ini.
dan dari sanalah memang manusia begitu lemah dihadapan Sang Pencipta.

Do’a.
mungkin itu yang saya lupakan.


Lampung.
Mungkin lain kali aku berkunjung.

No comments: