07 February 2008

bertanya cinta

Cinta..?

Setiap orang boleh bertanya – aku, juga kamu. hari ini, atau entah nanti disuatu waktu- tentang cinta, dan tentu, setiap orang boleh juga merumuskannya. Manusia boleh bertanya. Manusia boleh merumuskan. tapi manusia tak akan pernah menemukan definisi yang paling pas. Yang paling tepat dan paling seksama. Pasti selalu ada yang lemah, dan tidak setara, dalam setiap definisinya. Ada yang tak sepenuhnya bisa ia ungkapkan ketika berbicara cinta. sebab itu mungkin manusia membuat media-media abstrak: puisi, alegori, lagu, lukisan, mitos, untuk menggambarkan cinta, menggambarkan seluruh fenomena emosi dan stimultan yang tengah mereka rasakan, namun tak sepenuhnya bisa diungkapkan. Bukan dengan prosa kering ala koran pagi.

Mungkin ketidakberdayaan menggambarkan cinta itu pula yang dialamai Chairil Anwar dalam bicara cinta :

Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti.

***
Apakah engkau mengerti, cinta?
Apakah engkau mengerti cinta? Begitu tanya seorang teman dalam blog-nya.

Jawabannya bisa bermacam-macam. Sebanyak jumlah kepala yang akan menjawab.
Untuk menjawab dan mengerti (sebuah fenomena, seperti) cinta setidaknya manusia mempunyai dua metode yang digunakan untuk mengeja sebuah fenomena. Pertama yaitu dengan cara membedah satu fenomena (cinta) jadi pecahan kecil-kecil, dianalisa, dideskripksikan, lantas dikategorisasi. Kedua adalah dengan cara menjawabnya dengan hanya sekedar menceritakan apa yang pernah dialamai. Apa yang dirasakan dari fenomena tersebut. Jelas tentu dari kedua jawaban tersebut akan terasa jauh perbedaan. Dua jawaban dari satu pertanyaan tersebut kadang tidak seiring berjalan. Bahkan kadang saling mereduksi, karena nggak sesuai apa yang dialami dengan apa yang didefinisikan.
Seperti kata Morpheus, salah satu tokoh dalam matrix, mengetahui berbeda degan mengalami.

***
Saya percaya cinta itu laksana kandil prastika dengan banyak sisi, yang dari masing-masing sisinya memantulkan cahaya, tergantung dari arah mana cahaya mentari menyinari. Saya pun berharap mendapatkan cinta yang sering dikatakan orang itu. Cinta sebagai cahaya kehidupan...

ah, andai engkau mengerti
memahami apa yang aku tanya
bukan untukku




Tulisan ini adalah lanjutan komentar dari tulisan yang dipajang oleh saudara-ku Suaidi di blog-nya beberapa waktu yang lalu. Dan pun sekaligus lanjutan tulisan terdahulu yang ngomongin cinta.







2 comments:

Anonymous said...

(ini tulisan tentang cinta yang ke tiga ato ke empat yg saya baca di hari yang sedang hujan deras ini)

hehehehe..

ah cinta ya
paling indah kalau berada di tempat yang seharusnya..
kepada yang tidak akan membalas dengan pengkhianatan..

Bambang Trismawan said...

jikapun berbalas pengkhianatan, semoga akan menjadi pelajaran yang mahal. pelajaran yang akan membentuk sebuah karakter yang kuat. ya... semoga saja.

(tapi banyaknya tulisan cinta ga ada hubungannya dengan hujan deras kan....-banjir...kali!!)