13 July 2007

Jualan Mimpi di republic mimpi



Entah sejak kapan penduduk negeri ini berubah menjadi materialisme dan semakin serakah menjadi-jadi. Hubungan pribadi di eksploitasi. Persahabatan dilanjutkan ketika ada peluang bisnis. Keramahan, senyum, sapa, menjadi tidak tulus lagi. Semua yang kira-kira menghasilkan uang di jual, di obral tanpa kecuali termasuk mimpi.

Coba deh sekali-kali nonton tivi, dan lihat iklan-iklan yang silih berganti memborbardir prnonton menawarkan barang dagangannya. Menawarkan hadiah yang seabreg-abreg. Dengan berbagai brand-nya. Mulai dari ‘Banjir’ hadiah, ‘Hujan’ rejeki, durian ‘Runtuh’, whatever ‘Beliung’dan lain sebagainya. Atau iklan yang menawarkan hadiah mobil, liburan, rumah gedong, emas yang kesemuanya menghadirkan sebuah tawaran yang telanjang kepada kita untuk menjadi matre dan serakah.
Belum lagi kalau punya HP (handphone). Berapa kali sehari pesan singkat datang menawarkan liburan, HP, pulsa, dan uang jutaan.

Nafsu-nafsu kita yang paling mendasar di ekspos habis-habisan. Berbagai mimpi kita telah terhidang di tivi, majalah, brosur, menunggu pembeli yang lugu.
Dan anehnya setiap hari model iklan dengan gaya menawarkan hadiah semakin hari semakin banyak. Acara-acara meraih mimpi dengan cara instan ko semakin laku.
Kuiz-kuiz dengan hadiah miliaran dengan mudah semakin di gemari.

Ga.. Ga ada yang salah ko dengan kaya raya. Tapi ada ada batas sekedipan mata antara kaya raya dan bermewah-mewah. Ada batas setipis rambut antara bereuntung dengan mengadu keberuntungan.

Kalau bukan di republic mimpi. dimana lagi mimpi laku dijual.

Entah seberapa lama lagi otak yang membuat kita kritis menjadi majal.





1 comment:

Anonymous said...

Garin benar2 memahami manusia dan kemanusiaan. pantas menang.