16 September 2010

nasihat si buta tentang lafadz Allah yang menggantung di langit




Malam itu, terjadi keajaiban. Ketika malam mulai menyelimutkan gelapnya, tiba-tiba di langit yang biru, gumpalan awan putih, membentuk lafadz Allah.

Hanya satu lafadz. Lafadz yang kadang, demi toleransi hidup bersama, sering berganti nama menjadi ‘tuhan’ atau ‘yang di atas’. Kini lafadz tersebut menggantung tepat di atas bulan sabit langit Sumatera.

Manusia terpana. Ternganga.

Malam berikutnya keajaiban kembali terjadi. Lafadz Allah kembali terukir tepat di tempat sebelumnya.

Manusia terpana. Ternganga. Gempar.

Meteorolog dari berbagai penjuru negeri memeriksa fenomena tersebut. Prakiraan dipaparkan. Perhitungan dirumusakan. Model X, Y, Z dikontruksi. Namun tak ada yang bisa menjelaskan keajaiban tersebut.

Tergesa-gesa diskusi digelar, talk show diadakan, foto dan video didokumentasikan dan di upload ke ranah maya. Di koran-koran menjadi berita utama. D twitter menjadi trending topics. Gempita.

Di masjid, mereka yang telah lama beriman pada seutas rambut dibelah tujuh bersyukur. Bersujud. Allah?

Di jalan-jalan, orang berkerumun takjub menyaksikan keajaiban tersebut. Di tanah lapang mereka berkumpul membagikan Al-Qur’an.

Malam demi malam keajaiban tersebut terjadi. Tiap malam, awan putih seolah mengerti tugas mereka : membentuk lafadz Allah.

Sampai suatu malam seorang buta yang hanya berjalan lewat tuntunan tongkat melewati mereka yang berkerumun. Ia menyeret kakinya dan mengacuhkan segala decak kagum manusia di sekitarnya.

Orang-orang heran. Melihat si buta tak menjadi bagian dari mereka yang terkagum-kagum.

“Hai buta, tidakkah kau rasakan keajaiban ini?” tukas seorang.

“Ada lafadz Allah di langit sana. Tidakkah kau rasakan,” sahut yang lain.

“Berhentilah di sini. Biar kuceritakan padamu bagaimana indahnya lafadz Allah yang terlukis di langit sana,” tambah yang lain di antara kerumunan.

Si buta yang tak pernah terperdaya oleh indah warna-warna dan tak pernah terpukau oleh rupa, menjawab.

“Emang kenapa kalau Allah ada. Terus kenapa kalau Allah hidup dan menciptakan langit bumi dan seisinya”.

“Tapi, sudahkah kita menjalani hidup sehari-hari seolah Allah ada?” tandasnya.

Semua diam.



Selamat I’dul Fitri semuanya.

Mohon maaf lahir dan batin.

::

cerita di atas terinspirasi dari berita tentang lafadz Allah.

Beritanya ada di sini: http://www.jpnn.com/read/2010/09/15/72220/Lafadz-Allah-Muncul-di-Langit

No comments: