tulisan ini adalah karya setahun yang lalu. tapi entah kenapa saya ingin meng-post kannya di blog ini hari ini.
Harold D. Laswell dalam Propaganda (1937) mendefinisikan propaganda sebagai teknik mempengaruhi aktifitas manusia dengan memanipulasikan representasinya. Dalam propaganda, semata-mata terus dijalankan kontrol terhadap doktrin, ide, opini, yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyamakan pendapat yang konkrit dan akurat melalui sebuah cerita, rumor, gambar-gambar dan medium lainnya yang dapat digunakan sebagai komunikasi sosial. Propaganda adalah salah satu aktifitas sadar, sebuah cara sistematis, prosedural dan perencanaan yang mantap melalui pengguanaan media tertentu.
Huuuhhh…
Mitos dan propaganda
Memisahkan satu dari dua kata tersebut seperti membicarakan singa tanpa taring dan cakar. Menjadikannya Tidak berbahaya. tidak mengancam siapapun.
Namun kenyataannya bila propaganda kemudian menghasilkan sebuah mitos, dan mitos terus dipropaganda menjadi semakin mitos maka kekuatan dahsyatlah yang muncul. Ia telah menjadi singa yang menguasai rimba. Menjadi pemenang.
Kita lihat bagaimana kaum nazi menyadari kekuatan propaganda. Mereka berhasil memanfaatkan seperangkat pengeras suara, tata2 lampu sorot dan diiringi track komposer klasik Richard Wegner, mampu mengkontruksi pertemuan politik menjadi sebuah peristiwa teaterikal yang megah. Begitupun pemimpin agen propaganda Nazi, Josef Goebels sangat memperhitungkan efektifitas penggunaan simbol sebagai representasi mitos tradisional yang berpengaruh dalam masyarakat untuk mengobarkan emosi dan menguasai massa.
Sama saja dengan pemimpin mereka Hitler, yang dengan se-maunya menafsirkan filsafat Nietzsche –will to power- ‘kehendak untuk berkuasa’ sebagai konsep kekuasaan yang hanya terkait dengan kekerasan. Kekuasaan diartikan sebagai sebagai kekuasaan dirinya atas rakyatnya. Hitler, dalam aksi propagandanya, menggunakan teori Darwin, bahwa yang kuat yang akan menang dalam setiap persaingan dan akan selalu mampu mempertahankan hidupnya dari ancaman apapun, sebagai mitos. Dan akhirnya sehabis Hitler orasi, selalu diakhiri dengan pembunuhan atau penagkapan terhadap bangsa yahudi.
Israel pun sangat pintar menggunakan mitos sebagai strategi dalam aksi propagandanya. Mitos ‘tanah yang dijanjikan’, sebagai bangsa yang terpilih, terjadinya peristiwa Houlucast. Mereka Israel telah memanfaatkan mitos tersebut menjadikan pembenaran setiap aksi zionis (seperti mengusir bangsa palestina, membantai dll) yang dilakukan.
Jepang dalam pendudukan wilayah Asia, tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan mereka menebar mitos tentang kekerabatan negeri tersebut sebagai saudara tua Asia. Dengan propgandanya yang terkenal 3A, Nippon pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, dan Nippon pemimpin Asia.
Di tanah air tercinta mitos PKI menjadi sangat mengerikan sampai sekarang bagi sebagian orang. Ini tak lain keberhasilan orde baru dalam aksi propaganda dalam memberikan label yang ‘buruk’ terhadap pihak yang mempunyai ‘kekuatan tertentu’ kepada publik. (di mes tempat PKL saya sekamar dengan marinir-AL- ia berpendapat HMI dulu dan Persis atau Masyumi adalah tunggangan PKI. Kemudian beliau memperingatkan kepada saya untuk hati-hati ikut organisasi, salah masuk nanti kena ciduk katanya….wuihhh ngerii..) PKI menjadi mitos yang sangat menyesatkan dalam bangsa ini. Kemudian mitos ‘pembangunan’ juga dijadikan celah untuk mencaplok tanah-tanah rakyat.
Kini yang paling sibuk membuat mitos baru adalah –tentu saja kita semua tahu- Amerika. Sebagai icon imperialisme, Amerika berhasil menjadikan demokrasi dan globalisasi sebagai sebuah mitos untuk menjalankan semua kepentingannya di seluruh dunia. Propaganda Dengan menggunakan simbol-simbol dan kode-kode tentang demokrasi, globalisasi, telah menginvasi hampir semua negeri. Dengan propaganda HAM, bermacam produk konsumerisme dan tentu saja gaya hidup telah mulai menjajah tak hanya negeri namun juga individu-individu.
Sekarang Amerika (Bush) sedang sibuk membangun mitos baru tentang ‘memerangi teroris’. Hasil mitosnya ia telah menjajah irak, afganistan. Dan sekarang ia sibuk membuat propaganda memerangi teroris… (tentu saja lawatannya ke Indonesia tidak lepas dari misi ini. Sepertinya)
Atas nama memerangi teroris, Amerika telah menebar invasi kekuasaan baru. yang sepenuhnya tidak kita sadari sesungguhnya Amerika telah menjalankan aksi kediktatoran yang ekstrem.
No comments:
Post a Comment