“Cepat ke sini. Saya lagi sakit, sekarat,” pinta saya kepada teman saya, lewat sambungan
telepon. Teman saya itu sebut saja namanya Bujang.
Setelah bertele-tele menanyakan alamat kosan saya, ia berjanji akan datang “secepatnya”. Dan itu artinya dia akan datang lima jam kemudian atau bahkan esok lusa. Saya bilang, saya gak punya waktu selama itu. Bisa saja saya sudah membusuk di kamar jika dia cuma datang “secepatnya”. Saya jelaskan lagi kondisi saya sekali lagi. Barulah ia menjawab dengan jawaban yang sedikit lebih baik dari sebelumnya, “Iya, ini berangkat.”
Empat puluh lima menit kemudian Bujang tiba di kosan dengan tawa lebar di wajah. Seolah tak ada yang dirisaukannya. Bujang ini memang mirip aktor Hollywood, Jack Black. Wajah dan badan sama-sama tembem dengan selalu memamekan senyuman. Karakternya juga mirip-mirip Jack Black di film Gulliver’s Travels. Mengesalkan tapi lucu. Saat saya meringis kesakitan, ia malah cengangas-cengenges di depan saya.
Setelah bertele-tele menanyakan alamat kosan saya, ia berjanji akan datang “secepatnya”. Dan itu artinya dia akan datang lima jam kemudian atau bahkan esok lusa. Saya bilang, saya gak punya waktu selama itu. Bisa saja saya sudah membusuk di kamar jika dia cuma datang “secepatnya”. Saya jelaskan lagi kondisi saya sekali lagi. Barulah ia menjawab dengan jawaban yang sedikit lebih baik dari sebelumnya, “Iya, ini berangkat.”
Empat puluh lima menit kemudian Bujang tiba di kosan dengan tawa lebar di wajah. Seolah tak ada yang dirisaukannya. Bujang ini memang mirip aktor Hollywood, Jack Black. Wajah dan badan sama-sama tembem dengan selalu memamekan senyuman. Karakternya juga mirip-mirip Jack Black di film Gulliver’s Travels. Mengesalkan tapi lucu. Saat saya meringis kesakitan, ia malah cengangas-cengenges di depan saya.
Saya jelaskan
kembali kondisi saya. Sejak sejam lalu, saya sudah 3 kali muntah, dan lima
kali BAB. Kepala saya pening dan perut saya seperti cucian diperas. Melilit. Perih. Dan
ia membalas penjelasan saya dengan komentar yang membuat perut saya semakin
kejang.
“Yaelah, biasa saja. Selow. Gak usah digitu-gituin mukanya,” katanya, berkomentar soal wajah saya yang terus meringis. Saya sadar sudah sia-sia memberikan penjelasan panjang lebar. Saat itu saya tak bisa berpikir apakah dia memang coba menenangkan saya atau berusaha melucu. Yang pasti perut saya semakin kejang.
“Yaelah, biasa saja. Selow. Gak usah digitu-gituin mukanya,” katanya, berkomentar soal wajah saya yang terus meringis. Saya sadar sudah sia-sia memberikan penjelasan panjang lebar. Saat itu saya tak bisa berpikir apakah dia memang coba menenangkan saya atau berusaha melucu. Yang pasti perut saya semakin kejang.
Saya lalu minta
tolong diantarkan ke rumah sakit terdekat dengan dibonceng naik motor. Karena tak
mampu duduk tegak, saya tumpukan berat badan saya semuanya pada punggung si
Bujang. Baru lima meter jalan, dia komentar lagi. "Jangan nyender gitu.
Gila lu,” protesnya. “Entar gua disangka homo lagi."
Komentarnya itu hampir membuat saya mimisan. Sekitar jam 11 saya sampai di sebuah rumah sakit di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Dan si Bujang dengan polosnya tidak langsung membawa saya ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), dia malah membawa saya ke ruang pendaftaran untuk dokter umum.
Komentarnya itu hampir membuat saya mimisan. Sekitar jam 11 saya sampai di sebuah rumah sakit di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Dan si Bujang dengan polosnya tidak langsung membawa saya ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), dia malah membawa saya ke ruang pendaftaran untuk dokter umum.
Jam 12, saya terbaring
di IGD dan sudah menghabiskan satu kantong cairan infus. Sementara Bujang sudah
membereskan semua administrasi dan memberi saya sekantong roti, sebotol minuman
sebagai bekal selama saya menginap di rumah sakit.
Lusanya saya
didiagnosa oleh dokter tiga penyakit oleh dokter. Radang usus, maag, dan diare.
Tiga penyakit ini saya pikir kombinasi maut seperti kombinasi segitiga di
Barca, Messi, Iniesta dan Xavi. Bikin lawan Barca kejang-kejang. :D
***
Saat melawan rasa nyeri di perut, saya sebenarnya terpikir menelpon orang lain yang sudah lama tak pernah saya temui. Seseorang yang sudah lama ingin saya telpon, tapi tak pernah berani. Seperti dalam film, saya pikir mungkin romantis juga jika saya menelpon orang yang saya sayangi di saat-saat terakhir. Tapi akhirnya urung juga. Bagaimana kalau dia mengaku tak mengenal atau menjawab dengan jawaban yang bikin saya semakin meringis, “terus kenapa kalau sakit.” Bekerja di Jakarta tanpa memiliki saudara memang seperti anak ayam di tengah ladang. Siap dimangsa elang tanpa ada yang menolong. :(
Akhirnya saya menelpon Bujang untuk saya repoti karena beberapa alasan. Pertama karena faktor pertemanan. Kedua, secara tidak langsung dia ikut bertanggung jawab dalam membuat kondisi saya sekarat. Sebelum saya tepar, malamnya dia mengajak saya makan bebek pedas di kawasan Rawa Belong. Saya pikir itu yang bikin saya kondisi saya drop. Jadi paling tidak, si Bujang harus ikut beertanggung jawab. Saya menelpon dia bukan karena dia memiliki naluri pembantu. :D
Saat melawan rasa nyeri di perut, saya sebenarnya terpikir menelpon orang lain yang sudah lama tak pernah saya temui. Seseorang yang sudah lama ingin saya telpon, tapi tak pernah berani. Seperti dalam film, saya pikir mungkin romantis juga jika saya menelpon orang yang saya sayangi di saat-saat terakhir. Tapi akhirnya urung juga. Bagaimana kalau dia mengaku tak mengenal atau menjawab dengan jawaban yang bikin saya semakin meringis, “terus kenapa kalau sakit.” Bekerja di Jakarta tanpa memiliki saudara memang seperti anak ayam di tengah ladang. Siap dimangsa elang tanpa ada yang menolong. :(
Akhirnya saya menelpon Bujang untuk saya repoti karena beberapa alasan. Pertama karena faktor pertemanan. Kedua, secara tidak langsung dia ikut bertanggung jawab dalam membuat kondisi saya sekarat. Sebelum saya tepar, malamnya dia mengajak saya makan bebek pedas di kawasan Rawa Belong. Saya pikir itu yang bikin saya kondisi saya drop. Jadi paling tidak, si Bujang harus ikut beertanggung jawab. Saya menelpon dia bukan karena dia memiliki naluri pembantu. :D
Hari itu tanggal
14 Februari. Artinya bagi sebagian orang saat untuk merayakan Hari Valentine yang biasa dirayakan dengan memberi hadiah kepada orang yang disayangi. Teman, sahabat, orangtua, istri,
suami, atau kekasih. Saya tak pernah punya pengalaman memberi hadiah atau menerima hadiah di Hari Valentine.
Meski tidak pernah ikut merayakan, saya selalu senang jika diberi hadiah. Sebuah pemberian yang tulus, saat merayakan sesuatu atau tidak, saya kira wajib disyukuri dan dibalas minimal dengan ucapan terima kasih.
Meski tidak pernah ikut merayakan, saya selalu senang jika diberi hadiah. Sebuah pemberian yang tulus, saat merayakan sesuatu atau tidak, saya kira wajib disyukuri dan dibalas minimal dengan ucapan terima kasih.
1 comment:
ciee, bambang dan Bujang :P
Post a Comment