Punya blog itu kadang merepotkan. Bila tak terurus dan tak
terupdate, kadang datang rasa bersalah. Seperti mengabaikan sebuah rumah. Mengabaikan
tempat yang pernah menjadi tempat tumbuh dan berkembang. Mengabaikan
asal-usul.
Bagi saya, blog memang sangat personal. Menjadi nara
blog telah melatih saya untuk terus menulis. Meski jika membaca tulisan-tulisan
lama, saya kadang malu sendiri. Banyak tulisan-tulisan setengah matang, tak lengkap, tak komprehensif.
Belum lagi dalam tulisan-tulisan tersebut berleleran tata bahasa
dan ejaan yang amburadul. Dulu, saya abai dengan tata bahasa dan ejaan
karena menurut saya jungkir balik ejaan adalah sebuah kreatifitas. Saya keliru.
Ketidakberesan dalam tata bahasa
menunjukkan bahwa kecakapan berbahasa orang itu babak belur.
Berapa bulan ini saya memang malas menulis di blog. Saya
lebih aktif berkicau di Twitter. Sifatnya yang sangkil dan ringkas membuat saya
lebih tertantang untuk berkicau lewat Twitter. Di sana saya berlatih memeras dan memadatkan kalimat tak lebih dari 140 karakter.
Namun, seperti social media lainnya, Twitter juga kadang terlalu hectic dan berisik.
Setelah lama hibernasi, saya putuskan balik lagi. Menjadi nara blog. Entah sampai
kapan. Kembali menulis di blog meski tak ada yang baca? Mungkin. Toh, menulis buat saya latihan untuk mengingat peristiwa
dan menata benak.
Mudah-mudahan ke depan bisa terus rutin. Syukur-syukur kalau
ada yang menyimak. :D
No comments:
Post a Comment