"Kemana kau nanti malam," kata bayang-bayang yang selalu menemaniku.
"Menemani kalender di detik-detik terakhir menghabiskan sisa waktunya."
Andai rindu juga seperti kalender. Bisa diganti yang rindu baru, bila rindu yang lama sudah habis.
Pagi ini kulihat kalender sudah dingin tergantung di dinding. Kaku.
Semalam, kematiannya pastilah disambut tiupan terompet dan tembakan kembang api. Kematian yang tragis.
Ah, maafkan aku, kalender. Aku tertidur semalam. Tak bisa mendampingi di saat-saat terakhir mu. Pastinya kau kesepian di detik-detik penghabisan mu.
Ku copot kalender dari dinding. Tak kubuang, ku simpan di lemari. Siapa tahu bisa untuk sampul buku keponakanku.
"Ada yang baru di Tahun Baru?" Bisik kalender baru saat kupasang.
Tidak. Dadaku masih mengeja nama yang sama. Masih bergetar rindu yang lama.
No comments:
Post a Comment