Selepas tengah malam, aku selalu didatangi suara aneh yang menyebalkan. Aneh, karena suara itu datang setelah penghuni kost kamar lain terlelap. Menyebalkan, karena suara itu datang saat tubuh butuh istirahat setelah seharian didera pekerjaan.
“Berapa kau gadaikan telingamu?”
Nah, suara itu maksudku.
Dia datang lagi malam ini. Seperti tak pernah bosan, dia selalu datang ketika aku sendirian dalam kamar; Sehabis membayangkan perempuan-perempuan yang dulu pernah dekat denganku. Atau datang setelah memikirkan cara terbaik mendekati gadis manis yang kadang kebetulan bertemu di lapangan.
“Jangan pura-pura tak dengar kamu?,” suara itu terdengar lagi.
Menyela lamunan tentang si gadis manis yang sedang tersenyum dalam benakku.
Aku diam saja. Tak menyahut. Mungkin kali ini suara itu bukan bertanya padaku.
“Jadi sudah berapa kali kau gadaikan telingamu? Aku hanya ingin tahu saja,” masih suara itu.
Lama-lama dia mulai mengganggu ketenangan. Suaranya tambah lantang. Mulai lancang.
Tapi aku tetap diam. Acuh tak acuh.
“Jadi bagaimana ceritanya, sampai kasusnya bisa menghilang seperti ditelan bumi. Kamu tidak tahu, tidak dengar atau bagaimana?” suara itu lagi.
“Jadi di mana idealisme-mu yang dulu kau banggakan it.,”
Ah, dia sudah mulai kurang ajar.
Aku tetap diam. Seperti biasa.
Karena benar aku tak tahu apa yang dimaksudkan suara aneh itu tadi.
Kasus? Kasus apaan?
Aku benar-benar tak tahu apa yang dibicarakan suara itu. Satu-satunya orang yang membicarakan kasus hari ini adalah.. hanya perempuan cantik yang mengaku sekretaris dari pengurus partai yang aku lupa namanya. Namun selalu tersenyum kalau bicara.
Tentu saja selain cantik, montok, amplop yang dia berikan juga sangat tebal. Ah, kenapa tadi tidak ku ajak saja pergi ke Puncak..
“Jadi, berapa kau gadaikan telingamu?” suara itu terdengar lagi, membuyarkan rencana akhir pekan yang tengah kususun dengan si sekretaris.
Aku tutup telinga rapat-rapat. Kupejamkan mata kuat-kuat. Dan mengubur suara itu dengan suara musik entah apa.
Saat terbangun, hari sudah siang.
Aku bergegas, mandi dan meluncur ke sebuah kantor milik pemerintah. Takut terlambat bertemu dengan seorang sekretaris yang ingin kasusnya juga tak sampai jadi berita.
Aku sudah tak ingat lagi kejadian semalam. Pertanyaan apa saja yang dilontarkan oleh suara aneh yang entah siapa dan dari mana itu. Aku juga sudah tak peduli apakah suara itu berasal dalam mimpi atau dari suara sunyi.
1 comment:
Mbang, ini siapa lagi tokohnya??
Post a Comment