Dalam hidup yang sebentar ini, terkadang dalam perjalanannya mendapatkan mimpi, cita-cita, sering menemui persimpangaan pilihan yang sama sekali tidak di duga. Tiba-tiba saja menjalani kehidupan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Ujug-ujug saja rencana yang telah kita buat tidak berjalan sesuai dengan harapan. Atau mendadak saja jalan hidup kita berputar 180 derajat dari semula.
Waktu dulu, saya sering kaget atau shock tak terhingga jika dalam perjalanan besar, yang bernama hidup ini, menemui tikungan tajam tanpa rambu. Atau mendadak ada turunan curam saat berjalan dalam kecepatan cahaya (ngayal). Namun yaaa, waktu akhirnya memberi pelajaran bahwa hal seperti itu yang bikin hidup ini nendang! Ga datar2 saja. Ga biasa-biasa saja. Walaupun emang kadang menyisakan setitik kekecewaan… ga ikhlas mungkin gw y.?
Ceritanya, Semalam saya ditelpon dari rumah oleh Ibu, seperti biasa obrolan lalu dilanjutkan dengan adek tersayang. my First love nanyain ko udah lama saya ga say hallo ke rumah? Kemana az? Deng..!! nah Lho...! padahal saya g nelpon k rumah baru 2 minggu lho…
(dua minggu atau sebulan y?)
Aslinya sy bukan g pengen bincang2 lama sama ibu atau siapapun orang rumah… tapi sering mendadak malas kalau tiba-tiba ditanya hal yang bikin saya sensi: kapan skripsi? udah sampai mana? Kapan wisuda/lulus? Nikah..? *alah*
Apalagi saya lagi g banyak ngapa-ngapin. PKL lagi mentok. Kuliah nggak. Skripsi macet. akibatnya sering mikir yang nggak2, banyak2, dan aneh2. inget tangan ibu yang udah semakin bertambah keriput…inget ayah yang banting tulang...(udah g usah di lanjutin bikin sedih)
Dan sang anak di sebrang telepon sana (saya maksudnya) sedang sibuk sendiri karena ngerasa kalo dua minggu kebelakang ini hidupnya ko biasa-biasa saja. Lagi mikir apa yang salah dengan dirinya. krena Ga ada lagi semangat power ranger ktika mau nyelamatin dunia melawan monster jahat. Atau kseriusan Conan jika menghadapi kasus sulit. Hidup ko seperti sayur hambar tanpa garam tanpa bumbu atau lada. Hambar tenan!! Datar. Biasa.
:Mungkin karena aktivitas sehari-hari ini yang biasa2 saja: Bangun, lalu mencoba mendekat kepada Sang pemilik Jagad untuk bersyukur, makan, main komputer dan terakhir berbaring mnuju kematian sesaat.
Tak ada “rasa” yang baru dalam menjalani hidup, ditemani sayur. Ada sensasi yang ilang saat merasakan sayur, teman perjalanan mencicipi hidup.
Tragedi sayur hambar dalam hidup mungkin karena saya “iya-iya” saja pada hidup, pada semua yang terjadi. Tanpa menawar realistis dengan ideal2. nurut-nurut saja pada keadaan. Bahkan mungkin tanpa sadar saya belajar untuk down-sizing impian saya sendiri. Walaupun dalam di ujung sel-sel kelabu saya masih ada terselip sinar yang ngingetin diri bahwa ada yang jauh antara impian yang dulu dengan kenyataan sekarang. Sesuatu yang mengemuka jadi rasa bosan (dan mungkin hampa?) akan rutinitas sesehari.
Mungkin di situ letak solusinya: saya perlu belajar bermimpi lagi. Dan bersama dengan itu, menebus hidup yang mulai terasa sebagai sayur hambar ini. Menolak menjalani hidup yang ‘realistis2’ saja. Hidup nan mudah diprediksi tanpa keliaran mimpi. Belajar untuk berani bermimpi bermuluk-muluk lagi. Mengentalkan hidup kembali. Dan kembali makan ditemani sayur sedap nan wangi.
Mak nyuss... !!!
seph, coba lo ada di Malang.
No comments:
Post a Comment