Merayakan ide, makna, rasa dalam bahasa. Sebelum terperangkap dalam ketidaktahuan dan ketidakmampuan mengungkap.
12 July 2007
Rindu Kami Pada Mu
Selalu saja ada jalan yang tak terduga untuk menemukan sesuatu yang baru.
Kemarin, benar-benar tanpa disengaja, saya pulang tepat disaat seorang teman sedang menonton film Rindu Kami PadaMu. Arahan Garin Nugroho. Karena penasaran saya ikut nonton. Film yang dibuat tahun 2004 dengan ide cerita yang sangat sederhana. Kisah tentang sebuah masjid di tengah pasar yang belum memiliki kubah. Dalam rentang waktu pemasangan kubah tersebut banyak kisah dihadirkan.
Ada Bimo, bocah kecil ,adik penjual telor, tanpa kasih sayang orang tua. Ada Rindu gadis bisu yang gagap berkomunikasi dengan orang. Ada Asih yang berharap, ibunya yang pergi, datang kembali lewat sajadah.
Jangan berharap special efek. Jangan berharap mendapatkan gambar pemandangan alam yang hijau, gunung yang perkasa atau gedung yang kokoh. Atau jangan pula berharap suara latar dari orkestra ternama.
Dari awal sampai akhir film, penoton disuguhkan gambar pasar yang kumuh, padat dan rapuh. Suara latar pun kadang hanya suara berita radio, yang mengiringi dialog yang diucapkan tanpa intonasi berlebihan. Kamerapun tidak terlalu banyak bergerak.
Namun, Garin mampu menampilkan sisi-sisi kemanusiaan, dengan daya sensitivitas sangat tinggi, tanpa maksud menggurui namun berbagi.
Dan ari awal sampai akhir film, tanpa ampun diri saya dilucuti satu persatu. Lembar per lembar. Bukan seperti bawang yang berisi lembar-lembar lapisan namun tanpa isi. Namun ketika lembar per lembar penutup dirimu hilang anda akan menemukan isi makna. Kesederhanaan yang lugu.
beberapa kali pula saya melihat diri saya sendiri ditampilkan disana melalui berbagai karakter. Akhirnya sulit rasanya diri ini untuk tidak jatuh cinta tanpa syarat.
Di saat film2 Indonesia yang tren-nya tema horor atau percintaan ABG film ini mungkin asing namun film ini Begitu menyentuh dan relevan. Film ini bagaikan cermin bening yang memantulkan diri setiap orang yang menyaksikannya. Begitu bening sampai borok atau bahkan jerawat kecil begitu terlihat dengan jelas.
Sebelum saya kebanykan ceramah dan omong mendingan anda nonton. Dan mungkin faham maksud saya.
“Setan kini tidak bisa lewat di samping Asih karena ada ibu di sampingnya....!!”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment