Adalah sikembar identik Laleh Binjani dan Laden Binjani, dua
perempuan asal Iran, rela mempertaruhkan nyawanya untuk operasi
pemisahan kepalanya. Padahal mereka selama lebih dari seperempat abad
mampu hidup sukses dengan kepala berdempet. Padahal mereka telah
sukses hidup untuk membagi dunianya masing-masing. Mereka telah
sukses untuk menjalani hidupnya berdua bersama-sama. Bermain,
belajar, dan bekerja. Semua Bersama-sama.
Kenyataan mereka bisa hidup sukses bersama-selama lebih dari
25 tahun ternyata bukan alasan bagi mereka untuk tidak berpisah.
Fakta mereka juga dilahirkan dari kandungan yang sama. Di kandung
dalam rahim yang sama. Diasuh oleh ibu yang sama. Dibesarkan oleh
orang tua yang sama. Dan dalam lampau waktu yang sama bukan alasan
bagi mereka untuk menjalani hidup bersatu terus menerus bersama-
sama.
Mereka akhirnya tetap bersikukuh untuk melakukan operasi. Walaupun
alasan untuk melakukan operasi pemisahan kepala, yang resikonya
terrenggut nyawa, terbilang sangat sederhana. Sangat-sangat
sederhana. Alasannya mungkin tidak sebanding dengan resiko yang akan
terjadi. Mereka hanya ingin bisa menyetir mobil sendiri, Simpel dan
terlampau sederhana. Alasan lain yang diungkapkan adalah mereka
ingin melihat wajah saudaranya langsung, tanpa harus melihat dengan
bantuan cermin.
Alasan yang disampaikan memang sederhana namun dibaliknya tersimpan
makna yang terlampau rumit apabila hanya bisa diucapkan dengan kata-
kata saja. Sendiri.
Kesadaran akan ada dunia yang tidak bisa dinikmati bersama. Ada ruang
yang harus mereka isi sendiri tanpa kehadiran orang lain. Ada
wilayah yang tidak bisa mereka bagi –bahkan saudara kembarnya
sekalipun-. Ada waktu yang ingin mereka habiskan sendiri walaupun
hanya sekedar untuk melamun sendirian (emang ada melamun bersama-
sama?). Ada rahasia yang ingin mereka simpan sendiri tanpa orang lain
mengetahui.
Sendiri. Sendiri. Sendiri. Maka pilihannya adalah berpisah. Walaupun
hanya bisa dinikmati dengan jalan kematian.
Teringat-terngiang puisi yang entah saya dengar kapan dan dimana.
Jangan sampai ada dua matahari-
walau bulan redup cahayanya.
No comments:
Post a Comment