"...Tidak adakah yang mau bangkit menentang musuh-musuh yang telah
berjanji setia untuk menghancurkan dan menghukum kita?"
"Tidakkah umat ini malu terhadap dirinya yang dihina sedangkan
padanya ada kemuliaan? Tidak malukah negara-negara umat ini
membiarkan kami kepada penjahat zionis dan sekutu antarbangsanya,
tanpa memandang kami dengan pandangan yang mampu meredakan air mata
kami dan meringankan beban kami?" kira-kira begitulah petikan surat
yang di tulis oleh Syeikh Ahmad Yassin di masa2 sengitnya perlawanan
Palestina dengan Israel.
Ahmad Yassin, seorang ulama di Palestina, yang sejak awal memimpin
gerakan perlawanan atas penjajahan Israel terhadap negeri palestina.
Di Tahun 1987 di Jalur Gaza, dua tahun setelah dibebaskan dari
penjara Rezim Imperialisme Israel, bersama para aktivis Islam
palestina Ahmad Yassin mendirikan Gerakan Perlawanan Islam "Hamas"
(Harakatul Muqowammah Al-Islamiyah). Dari gerakan ini Ahmad Yassin
mengorganisir pemuda-pemuda Palestina untuk melawan pasukan-pasukan
penjajah Israel.
Gerakan yang dipimpinya ini benar-benar menjadi sebuah gerakan yang
besar dan segera menyebar keseluruh daerah di Palestina. Kelumpuhan
yang dideritanya tidak membuatnya menjadi lemah apalagi menyerah.
Justru dari atas kursi rodanya itulah Ahmad yassin mampu menggerakkan
pemuda-pemuda palestina untuk berjuang melawan Zionis. Ahmad Yassin
mampu mengumpulkan jemari tangan perlawanan di Palestina menjadi
sebuah kepalan tinju.
Tak ayal kepemimpinannya di Hamas serta ketegasannya menolak
berdirinya negara Israel mengantarkan Ia ke penjara seumur hidup dan
ditambah lagi 15 tahun penjara. Namun penjara zionis hanya mampu
menahannya selama 6 tahun di penjara, setelah kemudian bebas dengan
pertukaran seorang serdadu milter Israel.
Keluar dari penjara Ahmad Yassin menderita beberapa penyakit lain
akibat penyiksaan selama di penjara. Selain kelumpuhan, kebutaan mata
kiri akibat penyiksaan selama dipenjara Israel, radang telinga,
alergi paru-paru dan gangguan organ dalam ia derita selama mendekam
di penjara. Namun segala penyakit yang dideritannya tidak
menghentikan tekadnya untuk terus berjuang, melawan dan melawan.
Sampai akhirnya Israel butuh menembakan tiga rudal
ketubuhnya untuk menghentikan perlawanan dari seorang yang lumpuh
total.
Banyak sudah esai yang menceritakan kepahlawanan Ahmad
Yassin. Banyak buku yang ditulis tentang jalan yang ditempuhnya
melawan Zionis. Dan bagaimana keimanannya banyak mewarnai strategi
perlawanannya sudah banyak bertebaran.
Namun, sekarang yang ingin saya soroti disini adalah petikan
surat dari ahmad Yassin awal dari tulisan saya ini. Surat yang
ditulis ditengah daerah jemput maut dan zona berbahaya.
Surat yang mengingatkan kepada kita masih ada izzah Islam di tengah
komunitas yang terhipnotis akan kebesaran yahudi. Saya percaya
kekuatan Ahmad Yassin sebagai pemimpin yang tangguh dan organisatoris
yang ulung punya arti yang tidak sedikit. Setidaknya beliau
menunjukkan bahwa di tengah daerah yang begitu terlingkupi dengan
kekuatan zionis, nurani, keimanan masih membara.
Saya percaya Syahidnya Seikh Ahmad Yassin adalah bagian dari
rencana Allah dalam hidupnya. Dan petikan surat yang terasa keras
kepada semua umat muslim adalah posisi beliau sebagai sahabat bagi
semua umat muslim diseluruh dunia.
Bahwa menjadi seorang sahabat dalam muslim bukan hanya mengusahakan
kenyamanan semata, namun juga saling mengingatkan akan panggilan
Allah ... biarpun itu berarti membawa sang sahabat ke situasi yang
tidak menyenangkan.
Dan suara sahabat yang sudah memanggil...
No comments:
Post a Comment