Sastra yang kecil apa yang bisa kau perbuat.
Merubah masyarakat. Itu impian sekarat.
Saat ini seni sastra adalah salah satu seni yang paling
termarginalkan/pinggiran oleh perhatian generasi muda saat ini. Di
banding seni rupa, seni musik, teater atau film, seni sastra adalah
seni yang paling tidak diperhatikan dan semakin lama sepertinya
menjadi makin tidak diperhatikan. Bukan saja oleh generasi muda.
Seni sastra sepertinya termasuk kategori yang boleh tidak ada
sementara celana jeans, pin, sepatu, HP, mutlak harus ada. Bahkan
sering muncul kondisi dimana lokalisasi wanita tuna susila (WTS)
memperoleh kemerdekaan untuk beroperasi, sementara itu, seni sastra
sangat diragukan oleh masyarakat baik secara politis maupun kultural
ia sebaiknya ada.
Seni sastra sekarang ini menjadi relatif tidak termasuk
daftar kebutuhan prioritas masyarakat. sabun; shampo, kitek kuku,
kaset, TV, jelas dianggap lebih penting dibanding karya sastra.
Kalaupun pada suatu hari ada buku kumpulan puisi (atau sebuah
buku ) yang tiba-tiba laris secara mendadak atau ada pemanggungan
pembacaan sajak yang menjadi pusat perhatian sesungguhnya bukanlah
karena sastranya melainkan karena tokoh atau figur yang membawakannya.
Lalu kenapa seni sastra sekarang ini menjadi seni yang pinggiran?
---------- baca dicatatan selanjutnya.
pertengahan Januari
Oleh-oleh dari SMA 9
Merayakan ide, makna, rasa dalam bahasa. Sebelum terperangkap dalam ketidaktahuan dan ketidakmampuan mengungkap.
05 February 2007
Antara Takdir dan GM
Dalam sejarah sastra Indonesia (kira-kira tahun 80-an) pernah terjadi
sebuah perdebatan yang bergejolak diantara para ponggawa-pongawa
sastra saat itu.
Perdebatan itu bergejolak dan menjadi sangat penting karena Orang-
orang besar di kesusastraan angkat bicara. Yaitu Sutan Takdir
Alisyahbana yang dikenal sebagai `pejuang tanggung jawab seni' yang
meskipun dalam ide-ide karyanya banyak terkandung paradoks. Dan yang
lain adalah Gunawan Muhammad (GM) sebagai seorang `warga negara yang
demokratis' yang gigih memperjuangkan hak-haknya dalam memilih suatu
sikap dan idealisme keseniannya.
Sengitnya perdebatan itu Berawal dari ceramah Sutan Takdir
Alisyahbana yang berkjudul "sastra yang bertanggung jawab pada
permulaan kebudayaan manusia yang baru". Yang kemudian di tanggapai
oleh Gunawan Muhammad secara ngotot.
Takdir berpijak pada suatu sikap kesenian yang mengharuskan dirinya
bertanggung jawab terhadap proses pengendalian kebudayaan manusia,
dan karena itu menolak jauh-jauh setiap kesenian yang escapism (karya
yang kecenderungan untuk meninggalkan jauh-jauh alam realita dan
lebih asyik dengan dunia khayal-nya sendiri) dari kebudayaan dan
masyarakat seperti yang ditunjukkan oleh gejala keras sikap
individualisme seni modern. Dan Takdir mengharuskan tanggung jawab
itu ada pada kesenian.
Sementara itu GM berangkat dari ketidakpercayaannya bahwa
kesusastraan bisa mempengaruhi perubahan masyarakat (dan ia optimis
dengan itu)- memilih suatu sikap kesenian yang menitikberatkan pada
ekspresi itu sendiri, lebih dari konsep atau ide belakang. Walaupun
diungkapkan tidak secara eksplisit. Sedangkan untuk tanggung jawab
sosial `dilimpahkan kepada perjuangan yang bukan kesenian melainkan
yang bersifat politik atau sosial. Hal ini karena ketakutan GM akan
sebuah sistem kesenian yang akan tanpa batas maka GM berhak untuk
membatasi sistem forma keseniannya dalam nilai dan disiplin ilmu itu
sendiri.
Keduanya sebenarnya tidak saling mengkutub. Benar dan sah-sah saja.
Benturan tersebut mungkin terjadi ketika masing-masing nampak kurang
berusaha untuk memahami kebenaran lain yang ada di luar dirinya.
sebuah perdebatan yang bergejolak diantara para ponggawa-pongawa
sastra saat itu.
Perdebatan itu bergejolak dan menjadi sangat penting karena Orang-
orang besar di kesusastraan angkat bicara. Yaitu Sutan Takdir
Alisyahbana yang dikenal sebagai `pejuang tanggung jawab seni' yang
meskipun dalam ide-ide karyanya banyak terkandung paradoks. Dan yang
lain adalah Gunawan Muhammad (GM) sebagai seorang `warga negara yang
demokratis' yang gigih memperjuangkan hak-haknya dalam memilih suatu
sikap dan idealisme keseniannya.
Sengitnya perdebatan itu Berawal dari ceramah Sutan Takdir
Alisyahbana yang berkjudul "sastra yang bertanggung jawab pada
permulaan kebudayaan manusia yang baru". Yang kemudian di tanggapai
oleh Gunawan Muhammad secara ngotot.
Takdir berpijak pada suatu sikap kesenian yang mengharuskan dirinya
bertanggung jawab terhadap proses pengendalian kebudayaan manusia,
dan karena itu menolak jauh-jauh setiap kesenian yang escapism (karya
yang kecenderungan untuk meninggalkan jauh-jauh alam realita dan
lebih asyik dengan dunia khayal-nya sendiri) dari kebudayaan dan
masyarakat seperti yang ditunjukkan oleh gejala keras sikap
individualisme seni modern. Dan Takdir mengharuskan tanggung jawab
itu ada pada kesenian.
Sementara itu GM berangkat dari ketidakpercayaannya bahwa
kesusastraan bisa mempengaruhi perubahan masyarakat (dan ia optimis
dengan itu)- memilih suatu sikap kesenian yang menitikberatkan pada
ekspresi itu sendiri, lebih dari konsep atau ide belakang. Walaupun
diungkapkan tidak secara eksplisit. Sedangkan untuk tanggung jawab
sosial `dilimpahkan kepada perjuangan yang bukan kesenian melainkan
yang bersifat politik atau sosial. Hal ini karena ketakutan GM akan
sebuah sistem kesenian yang akan tanpa batas maka GM berhak untuk
membatasi sistem forma keseniannya dalam nilai dan disiplin ilmu itu
sendiri.
Keduanya sebenarnya tidak saling mengkutub. Benar dan sah-sah saja.
Benturan tersebut mungkin terjadi ketika masing-masing nampak kurang
berusaha untuk memahami kebenaran lain yang ada di luar dirinya.
ketakutan Penulis
Apa ketakutanmu ketika kau nanti menjadi seorang penulis?
Dalam dunia kepenulisan yang sepi, tanpa riuh. ternyata bukan
berarti alam ini bebas dari sosok yang menakutkan. Bukan berarti
dunia ini sepi tanpa bayang-bayang yang mengejar di tiap-tiap mimpi
para penulis. Ternyata dunia ini pun penuh dengan wujud-wujud yang
menakutkan yang membayangi setiap para penulis.
Ketakutan-ketakutan itu pun berbeda bagi setiap penulis dan tentu
saja banyak hal yang melatar belakangi munculnya sosok yang
menakutkan seperti itu. selain pemaknaan terhadap tulisan pengalaman
pribadi ikut merumuskan sosok yang menakutkan tersebut.
Seorang Gunawan Muhammad beranggapan bahwa musuh sastra nomor satu
adalah salah cetak (dan ia mungkin takut akan hal itu). ketakutan ini
mungkin dikarenakan terwadahinya tulisan-tulisan GM di catatan
pinggirnya majalah Tempo tanpa harus diseleksi oleh tim redaksi.
sehingga tulisannya jelas tak akan kena banyak seleksi untuk laik
cetak, karena GM sendiri salah satu pembesar Tempo.
Berbeda dengan ketakutan seorang Emha. ketakutan seorang penulis
menurut Emha adalah ketika berkas tulisan yang Anda kirimkan ke
majalah sastra hanya tertumpuk di samping meja redaksi tanpa pernah
dibuka amplopnya (k-lo jaman sekarang mungkin kiriman imel yang terus
menumpuk di inbok tanpa pernah dibuka) . Dan menurut Emha itu nasib
yang paling buruk bagi seorang penulis dibandingkan ketakutan seorang
Gunawan Muhammad bagi seorang penulis –musuh sastra nomor satu- yaitu
salah cetak.
Ketakutan seorang Emha tersebut mungkin adalah akibat
pengalaman pribadi atau pengamatannya terhadap penulis muda yang
sering menulis puisi ke majalah sastra tanpa pernah dimuat atau
jarang dimuat. Disamping pengamatan Emha terhadap majalah sastra yang
selalu memuat sastra dikarenakan subyektivitas redaktur, dan media
massa itu sendiri.
Berbeda dengan GM dan Emha seorang Pipiet Senja dan Dewi –
dee- Lestari menganggap ketakutan ia sebagai penulis adalah
kehilangan tulisannya tanpa pernah terdokumentasikan. Hal ini
diungkapkan Pipiet karena pengalaman traumanya kehilangan tulisan
yang sudah berjumlah 100 lembar lebih di komputer tanpa ter-save.
Sedangkan menurut dee –yang disampaikan salah satu tokoh supernovanya-
(entah buku yang mana k-lo g salah `Akar') kehilangan data
seperti itu seperti kehilangan kepala. Dan Anda tak ingin merasakan
bagaimana rasanya kehilangan kepala tentunya.
Lain pula dengan penulis Mencari Pahlawan Indonesia, Anis
Matta, yang menurutnya kesuksesan penulis itu bukan dari jumlah
tiras buku yang tercetak atau terjual maka, dan mungkin yang menjadi
ketakutannya adalah tidak adanya orang yang tergerak setelah membaca
tulisannya.
Sedangkan…
Bagiku yang karya tulisnya masih sedikit dan berusaha
menembus media, salah cetak ataupun karya tulis yang tidak dibaca
oleh pemred masih bukan menjadi ketakutan. Saat ini menulis bagiku
adalah seperti pembuatan Horcrux (dalam Harpot, Horcrux adalah
pembelahan2 jiwa yang disimpan dalam sebuah benda dengan tujuan jiwa
tetap berada di dunia sehingga tetap abadi-tak pernah mati). proses
menulis adalah proses penyimpanan bagian-bagian jiwa pada tulisan,
agar ketika penulis sudah mati karya-karyanya tetap hadir. Maka
kehilangan sebuah tulisan tanpa terdokumentasikan adalah berarti
kehilangan bagian-bagian jiwa bukan hanya kepala -seperti yang
dituturkan dee-.
pandangan kecil dr tris
Karena seringnya kehilangan tulisan
Dalam dunia kepenulisan yang sepi, tanpa riuh. ternyata bukan
berarti alam ini bebas dari sosok yang menakutkan. Bukan berarti
dunia ini sepi tanpa bayang-bayang yang mengejar di tiap-tiap mimpi
para penulis. Ternyata dunia ini pun penuh dengan wujud-wujud yang
menakutkan yang membayangi setiap para penulis.
Ketakutan-ketakutan itu pun berbeda bagi setiap penulis dan tentu
saja banyak hal yang melatar belakangi munculnya sosok yang
menakutkan seperti itu. selain pemaknaan terhadap tulisan pengalaman
pribadi ikut merumuskan sosok yang menakutkan tersebut.
Seorang Gunawan Muhammad beranggapan bahwa musuh sastra nomor satu
adalah salah cetak (dan ia mungkin takut akan hal itu). ketakutan ini
mungkin dikarenakan terwadahinya tulisan-tulisan GM di catatan
pinggirnya majalah Tempo tanpa harus diseleksi oleh tim redaksi.
sehingga tulisannya jelas tak akan kena banyak seleksi untuk laik
cetak, karena GM sendiri salah satu pembesar Tempo.
Berbeda dengan ketakutan seorang Emha. ketakutan seorang penulis
menurut Emha adalah ketika berkas tulisan yang Anda kirimkan ke
majalah sastra hanya tertumpuk di samping meja redaksi tanpa pernah
dibuka amplopnya (k-lo jaman sekarang mungkin kiriman imel yang terus
menumpuk di inbok tanpa pernah dibuka) . Dan menurut Emha itu nasib
yang paling buruk bagi seorang penulis dibandingkan ketakutan seorang
Gunawan Muhammad bagi seorang penulis –musuh sastra nomor satu- yaitu
salah cetak.
Ketakutan seorang Emha tersebut mungkin adalah akibat
pengalaman pribadi atau pengamatannya terhadap penulis muda yang
sering menulis puisi ke majalah sastra tanpa pernah dimuat atau
jarang dimuat. Disamping pengamatan Emha terhadap majalah sastra yang
selalu memuat sastra dikarenakan subyektivitas redaktur, dan media
massa itu sendiri.
Berbeda dengan GM dan Emha seorang Pipiet Senja dan Dewi –
dee- Lestari menganggap ketakutan ia sebagai penulis adalah
kehilangan tulisannya tanpa pernah terdokumentasikan. Hal ini
diungkapkan Pipiet karena pengalaman traumanya kehilangan tulisan
yang sudah berjumlah 100 lembar lebih di komputer tanpa ter-save.
Sedangkan menurut dee –yang disampaikan salah satu tokoh supernovanya-
(entah buku yang mana k-lo g salah `Akar') kehilangan data
seperti itu seperti kehilangan kepala. Dan Anda tak ingin merasakan
bagaimana rasanya kehilangan kepala tentunya.
Lain pula dengan penulis Mencari Pahlawan Indonesia, Anis
Matta, yang menurutnya kesuksesan penulis itu bukan dari jumlah
tiras buku yang tercetak atau terjual maka, dan mungkin yang menjadi
ketakutannya adalah tidak adanya orang yang tergerak setelah membaca
tulisannya.
Sedangkan…
Bagiku yang karya tulisnya masih sedikit dan berusaha
menembus media, salah cetak ataupun karya tulis yang tidak dibaca
oleh pemred masih bukan menjadi ketakutan. Saat ini menulis bagiku
adalah seperti pembuatan Horcrux (dalam Harpot, Horcrux adalah
pembelahan2 jiwa yang disimpan dalam sebuah benda dengan tujuan jiwa
tetap berada di dunia sehingga tetap abadi-tak pernah mati). proses
menulis adalah proses penyimpanan bagian-bagian jiwa pada tulisan,
agar ketika penulis sudah mati karya-karyanya tetap hadir. Maka
kehilangan sebuah tulisan tanpa terdokumentasikan adalah berarti
kehilangan bagian-bagian jiwa bukan hanya kepala -seperti yang
dituturkan dee-.
pandangan kecil dr tris
Karena seringnya kehilangan tulisan
Perjalanan Waktu
Salah satu hal yang paling mendasar dalam sains adalah keberadaan waktu dan selanjutnya adalah ruang.
Konsep waktu memaksa orang untuk berpikir berapa lamanya lintasan masa lalu menuju ke arah masa kini dan terus melaju ke masa depan. Mungkin Hal seperti ini pasti sudah terpikirkan sejak manusia ingin mengenali dirinya, yang lahir kedunia menjalani kehidupan dan akhirnya menemui kematian, walaupun dalam beberapa kebudayaan (seperti cina dan budha) dikenal konsep lahir kembali dan reinkarnasi.
Pada awalnya manusia menghitung pergerakan waktu melalui arah fase-fase pada bulan, cahaya matahari, pasang surut air laut, gugurnya daun atau mulai berseminya pepohonan.
Sampai kemudian sekitar tahun 3100 Sebelum Masehi pada Dinasti Pertama dari sebuah mesir yang bersatu di bawah Menes Ditemukannlah sebuah Kalender Astronomi yang menghitung kedatangan bintang yang bercahaya cemerlang yang disebut matahari dari Sotis atau Sirius. Dari kalender inilah kemudian para ilmuwan menentukan masa awal sejarah. para ilmuwan sepakat awal mulainya sejarah ditetapkan pada tahun 4241 SM dan masa sebelum itu disebut masa pra sejarah.
Dan pada kira-kira 1500 SM dikembangkanlah sebuah jam matahari, atau Sundials, dengan menggunakan bayangan yang bergerak. Jam ini diberi nama Thoth, dewa kebeijaksanaan dan pencerahan mesir. Namun kebutuhan manusia akan ketepatan pengukur waktu semakin besar dan kebutuhan mengetahui waktu itu tidak hanya pada siang hari saat kebanyakan aktivitas dilakukan. Sekitar tahun 1501 sampai tahun 1447 SM jam yang dapat dibawa-bawa mulai diciptakan meskipun dengan periode yang tidak sama dengan jam matahari. Kemudian jam air diciptakan untuk kebutuhan manusia mengetahui waktu pada malam hari.
Dengan perkembangan-perkembangan tersebut resolusi waktu menjadi periode tahun, bulan, hari dan jam terkukuhkan dan dipergunakan selama kurang lebih selama tiga milennium.
Pada sekitar tahun 1000 M, peradaban Islam memberikan sumbangsih terbesar dalam kemajuan pembuatan jam. (Sebagai selingan, awalnya dibuat kalender Hijriyah adalah pada masa Khalifah Umar bin khattab yang ketika itu menerima surat dari Gubernurnya yang isinya kurang lebih seperti ini: telah saya terima surat dari khalifah yang tanpa tanggal, bulan dan tahun. Mulai dari kejadian tersebut disepakati kalender Hijriyah. yang diawali pada tahun hijrahnya Rosulullah ke Madinah.) jam air dibangun pada tahun 1085 di pinggir sungai Tagus di Toledo Spanyol dan sampai sekarang beberapa diantaranya masih bisa dilihat. Pengukur waktu Hidrolik semakin banyak jumlahnya maka ditulislah buku-buku masalah jam-air dan alat-alat pengukur waktu yang lain. Seperti misalnya, penulis yang terkenal yaitu Ridwan ibn al-Sa’ati dengan karyanya kitab ‘amal al-‘saat at wa-l-‘amal biha (terjemahannya kurang lebih Buku Tentang Pembuatan Jam dan Penggunaannya’) yang mempunyai tahun 1023 M.
Jam-jam mekanik berhasil dibuat di Eropa pada tahun 1300 M, jam mekanik semakin bertambah maju sehingga menimbulkan suatu revolusi dalam ketepatan dan kekecilannya. Mencapai puncaknya pada penggunaan jam atom cesium. Sejak tahun 1967, satu detik telah ditentukan dengan suatu waktu ketika atom cesium itu tepat membuat 9.192.631.770 goyangan (gimana ngitungnya y?). dengan suatu toleransi kira-kira jam itu akan bertambah atau berkurang satu detik hampir pada setiap juta tahun.
Tak hanya sampai disitu keingintahuan manusia akan lintasan waktu dan kejadian dalam lintasan waktu terus bertambah seiring kemajuan jaman. Adalah Eadweard Muybridge (1978) dapat mengambil gambar-gambar penghentian dari seekor kuda yang berlari kencang, Etiene Jules Marey (1894) dari seekor kucing yang sedang jatuh dan Harold Edgerton (1931) dari sebuah pelluru yang menembus buah apel dan objek-objek lainnya, merupakan contoh dari segala perkembangan ini dengan jarak waktu milisecond sampai dengan mikrosecond.
Akhirnya pada tahun 1999 seorang ilmuwan asal mesir, Ahmad Zewail, dapat mendapatkan gambar dari pergerakan atom dan molekul yang skala waktunya tak pernah terbayangkan sebelumnya, satuannya adalah Femtosecond. Satu Femtosecond adalah seperjuta dari seperbiliun dari satu detik, suatu quadrillionth dari sebuah detik. Lebih gampangnya satu detik dibagi dengan 10 pangkat (-15) atau 0,000 000 000 000 001. kalau dibandingkan satu femtosecond dengan detik sama dengan satu detik dengan 32 juta tahun. Fantastik!.
dari semua uraian diatas sebenarnya semakin memperjelas dan mengokohkan bahwasanya waktu tak bisa dihentikan oleh apapun dan siapapun. Meskipun hanya satu femtosecond (satuan waktu terkecil untuk saat ini). Waktu terus melaju melesat kedepan tak bisa dihentikan. Mendapatkan gambar dari lintasan waktu mungkin bisa tapi menghentikan waktu?
Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Konsep waktu memaksa orang untuk berpikir berapa lamanya lintasan masa lalu menuju ke arah masa kini dan terus melaju ke masa depan. Mungkin Hal seperti ini pasti sudah terpikirkan sejak manusia ingin mengenali dirinya, yang lahir kedunia menjalani kehidupan dan akhirnya menemui kematian, walaupun dalam beberapa kebudayaan (seperti cina dan budha) dikenal konsep lahir kembali dan reinkarnasi.
Pada awalnya manusia menghitung pergerakan waktu melalui arah fase-fase pada bulan, cahaya matahari, pasang surut air laut, gugurnya daun atau mulai berseminya pepohonan.
Sampai kemudian sekitar tahun 3100 Sebelum Masehi pada Dinasti Pertama dari sebuah mesir yang bersatu di bawah Menes Ditemukannlah sebuah Kalender Astronomi yang menghitung kedatangan bintang yang bercahaya cemerlang yang disebut matahari dari Sotis atau Sirius. Dari kalender inilah kemudian para ilmuwan menentukan masa awal sejarah. para ilmuwan sepakat awal mulainya sejarah ditetapkan pada tahun 4241 SM dan masa sebelum itu disebut masa pra sejarah.
Dan pada kira-kira 1500 SM dikembangkanlah sebuah jam matahari, atau Sundials, dengan menggunakan bayangan yang bergerak. Jam ini diberi nama Thoth, dewa kebeijaksanaan dan pencerahan mesir. Namun kebutuhan manusia akan ketepatan pengukur waktu semakin besar dan kebutuhan mengetahui waktu itu tidak hanya pada siang hari saat kebanyakan aktivitas dilakukan. Sekitar tahun 1501 sampai tahun 1447 SM jam yang dapat dibawa-bawa mulai diciptakan meskipun dengan periode yang tidak sama dengan jam matahari. Kemudian jam air diciptakan untuk kebutuhan manusia mengetahui waktu pada malam hari.
Dengan perkembangan-perkembangan tersebut resolusi waktu menjadi periode tahun, bulan, hari dan jam terkukuhkan dan dipergunakan selama kurang lebih selama tiga milennium.
Pada sekitar tahun 1000 M, peradaban Islam memberikan sumbangsih terbesar dalam kemajuan pembuatan jam. (Sebagai selingan, awalnya dibuat kalender Hijriyah adalah pada masa Khalifah Umar bin khattab yang ketika itu menerima surat dari Gubernurnya yang isinya kurang lebih seperti ini: telah saya terima surat dari khalifah yang tanpa tanggal, bulan dan tahun. Mulai dari kejadian tersebut disepakati kalender Hijriyah. yang diawali pada tahun hijrahnya Rosulullah ke Madinah.) jam air dibangun pada tahun 1085 di pinggir sungai Tagus di Toledo Spanyol dan sampai sekarang beberapa diantaranya masih bisa dilihat. Pengukur waktu Hidrolik semakin banyak jumlahnya maka ditulislah buku-buku masalah jam-air dan alat-alat pengukur waktu yang lain. Seperti misalnya, penulis yang terkenal yaitu Ridwan ibn al-Sa’ati dengan karyanya kitab ‘amal al-‘saat at wa-l-‘amal biha (terjemahannya kurang lebih Buku Tentang Pembuatan Jam dan Penggunaannya’) yang mempunyai tahun 1023 M.
Jam-jam mekanik berhasil dibuat di Eropa pada tahun 1300 M, jam mekanik semakin bertambah maju sehingga menimbulkan suatu revolusi dalam ketepatan dan kekecilannya. Mencapai puncaknya pada penggunaan jam atom cesium. Sejak tahun 1967, satu detik telah ditentukan dengan suatu waktu ketika atom cesium itu tepat membuat 9.192.631.770 goyangan (gimana ngitungnya y?). dengan suatu toleransi kira-kira jam itu akan bertambah atau berkurang satu detik hampir pada setiap juta tahun.
Tak hanya sampai disitu keingintahuan manusia akan lintasan waktu dan kejadian dalam lintasan waktu terus bertambah seiring kemajuan jaman. Adalah Eadweard Muybridge (1978) dapat mengambil gambar-gambar penghentian dari seekor kuda yang berlari kencang, Etiene Jules Marey (1894) dari seekor kucing yang sedang jatuh dan Harold Edgerton (1931) dari sebuah pelluru yang menembus buah apel dan objek-objek lainnya, merupakan contoh dari segala perkembangan ini dengan jarak waktu milisecond sampai dengan mikrosecond.
Akhirnya pada tahun 1999 seorang ilmuwan asal mesir, Ahmad Zewail, dapat mendapatkan gambar dari pergerakan atom dan molekul yang skala waktunya tak pernah terbayangkan sebelumnya, satuannya adalah Femtosecond. Satu Femtosecond adalah seperjuta dari seperbiliun dari satu detik, suatu quadrillionth dari sebuah detik. Lebih gampangnya satu detik dibagi dengan 10 pangkat (-15) atau 0,000 000 000 000 001. kalau dibandingkan satu femtosecond dengan detik sama dengan satu detik dengan 32 juta tahun. Fantastik!.
dari semua uraian diatas sebenarnya semakin memperjelas dan mengokohkan bahwasanya waktu tak bisa dihentikan oleh apapun dan siapapun. Meskipun hanya satu femtosecond (satuan waktu terkecil untuk saat ini). Waktu terus melaju melesat kedepan tak bisa dihentikan. Mendapatkan gambar dari lintasan waktu mungkin bisa tapi menghentikan waktu?
Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin.
04 February 2007
KepeKaAN
salah satu kunci untuk meletupkan daya imajinasi-imajinasi adalah
dengan semakin tajamnya kepekaan.ya!. semakin tajam kepekaan
seseorang semakin berkelebatanlah imajinasi. begitu pula semakin
tumpul kepekaan -acuh- seseorang maka imajinasi akan tidur dan
kemudian mati.
kepekaan adalah kemampuan untuk melihat dan menembus dunia yang tidak
terlihat, tidak terasa dan tidak terpikirkan sama sekali oleh orang
lain. bahkan kepekaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
tidak terpikir oleh kebanyakan orang.
namun terkadang tajamnya kepekaan adalah bukan sesuatu yang
menyenangkan memang. kadang dengan kepekaan itu rasa bersalah, rasa
dungu, perasaan tidak berguna datang menghantui. dan kadang mereka
datang tanpa di minta. apalagi ketika tingginya kepekaan tidak
barengi dengan kekuatan menjawab masalah.
kepekaan setiap orang pasti berbeda dan akan semakin berbeda dengan
orang-orang yang seing mengasahnya. saya sering merasa dungu dengan
teman saya yang mengetahui ancar-ancar pembuatan gedung, berapa
banyak semen, berapa banyak batu, bata, pasir, keramik, uang yang
digunakan untuk membangun sebuah gedung mewah tingkat tiga.
begitu pula dengan teman yang lain yang mengetahui berapa banyak
jumlah anak jalanan di kota malang. berapa yang ga bisa baca, ngaji.
berapa yang g sekolah. berapa yang jarang makan.
berbeda dengan kepekaan seorang -paman- yang politisi. ia (harus)
tahu berapa orang penumpang di angkot yang kira-kira akan memilih
partainya. atau berapa warga di tiap desa yang akan memilih calon
walikota yang diusung partainya. (pengalaman jd surveyor :) )
kepekaan sebenarnya adalah pertarungan antara yang nampak dengan apa
yang tidak tampak. apa yang seharusnya ada dengan apa yang sebenarnya
ada. dan dari celah sempit antara keduanyalah imajinasi berkelejatan
meminta wujud.
hanya pandangan kecil
bambang trismawan
dengan semakin tajamnya kepekaan.ya!. semakin tajam kepekaan
seseorang semakin berkelebatanlah imajinasi. begitu pula semakin
tumpul kepekaan -acuh- seseorang maka imajinasi akan tidur dan
kemudian mati.
kepekaan adalah kemampuan untuk melihat dan menembus dunia yang tidak
terlihat, tidak terasa dan tidak terpikirkan sama sekali oleh orang
lain. bahkan kepekaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
tidak terpikir oleh kebanyakan orang.
namun terkadang tajamnya kepekaan adalah bukan sesuatu yang
menyenangkan memang. kadang dengan kepekaan itu rasa bersalah, rasa
dungu, perasaan tidak berguna datang menghantui. dan kadang mereka
datang tanpa di minta. apalagi ketika tingginya kepekaan tidak
barengi dengan kekuatan menjawab masalah.
kepekaan setiap orang pasti berbeda dan akan semakin berbeda dengan
orang-orang yang seing mengasahnya. saya sering merasa dungu dengan
teman saya yang mengetahui ancar-ancar pembuatan gedung, berapa
banyak semen, berapa banyak batu, bata, pasir, keramik, uang yang
digunakan untuk membangun sebuah gedung mewah tingkat tiga.
begitu pula dengan teman yang lain yang mengetahui berapa banyak
jumlah anak jalanan di kota malang. berapa yang ga bisa baca, ngaji.
berapa yang g sekolah. berapa yang jarang makan.
berbeda dengan kepekaan seorang -paman- yang politisi. ia (harus)
tahu berapa orang penumpang di angkot yang kira-kira akan memilih
partainya. atau berapa warga di tiap desa yang akan memilih calon
walikota yang diusung partainya. (pengalaman jd surveyor :) )
kepekaan sebenarnya adalah pertarungan antara yang nampak dengan apa
yang tidak tampak. apa yang seharusnya ada dengan apa yang sebenarnya
ada. dan dari celah sempit antara keduanyalah imajinasi berkelejatan
meminta wujud.
hanya pandangan kecil
bambang trismawan
02 February 2007
tentang harrpot dan TLOTR
Aku tak berkeberatan (setuju) dengan pernyataan bahwa apa yang kita baca akan mempunyai andil dalam membentuk bagaimana cara berpikir seseorang. Mungkin dari premis itulah yang menyebabkan beberapa orang berkeberatan membaca buku-buku yang berkategori rekaan atau malah-malah penuh fantasi sama juga dengan film-filmnya.
Tapi kalau mau benar-benar konsisten dengan logika tersebut maka kita harus siap-siap pasang kuda-kuda dengan buku-buku komik eM Qi (komik dan film-nya karya anan2 DT), atau komik-komik dari Mizan (tentang palestina ataupun kisah 1001 malam) yang jelas-jelas penuh rekaan dan penuh ‘Magi fantasi.
Aku jadi g bisa untuk ga berpikir kenapa anti magi mulai berkembang dan mulai menjadi generalisasi yang kelewat luas. Yang ku takutkan adalah kemudian munculnya semacam fobi yang kebablasan.
Adalah Harry Potter (HP) karangannya J K. Rowling dan The Lord of the Ring (LOTR) karyana JRR Tolkien adalah buku-buku yang paling mendapatkan tatapan aneh ketika membacanya (disamping buku novel-novel lain).
Tak seperti cerita-cerita lain kedua buku (yang saya tahu Cuma dua ini) tersebut ditulis dengan benar-benar berbeda.
Kelebihannya adalah, Tolkien menulis 'mitologi' rekaannya sebagai karya literatur serius. Dalam biografi beliau yang ditulis Humphrey Bogard, diceritakan bagaimana tiap 'ras makhluk' yang muncul dalam bukunya punya 'sejarah' sendiri-sendiri ... bukan cuma itu, Tolkien juga 'me-reka' kultur (bahasa, stereotype, arsitektur, langgam puisi, laras lagu, kostum, bahkan alfabet) yang berbeda-beda dan spesifik untuk tiap ras. dan sebagaimana banyak penulis besar lain, nilai-nilai keimanan dan perenungan hidup Tolkien mengalir deras mewarnai karyanya.
Buku LOTR Tolkien mungkin hanya baru disaingi oleh J k Rowling dengan HP nya. Dalam cerita HP diceritakan mulai dari bagaimana satu sekolah di bagi menjadi empat kelas (tepatnya mungkin asrama) yang semuanya mempunyai sejarah dan karakter yang berbeda-beda. Dan bukan Cuma itu Rowling juga mereka mata pelajaran dengan nilainya, permainan bola ”Quiditch”, satwa-satwa, mantra, buku dll.
Ada satu hal Bagiku, yang mudah diambil pelajaran dari LOTR : adalah sebuah tragedi dalam pemenuhan hasrat manusia yang senantiasa mengalir dalam kehidupan manusia. ’Cincin’ (yang menjadi tema central dalam cerita ini) sebagai fasilitas pemenuhan seluruh hasrat kebutuhan manusia, sebagai pemenuh dalam bentuk apapun akibat dr ketidaksempurnaan manusia, itu ternyata bukan sesuatu yang jinak. Akhirnya cincin –sebagai fasilitas pemenuhsegala sesuatu- bukanlah hamba sahaya yang dapat diperintah tapi justru manusialah yang diperbudak oleh cincin. dalam kehidupan sekarang pemenuh hasrat (meminjam temen2 kubik) adalah: 4 Ta (harta, tahta, kata, cinta).
So, hal yang mudah sebenarnya (maaf kalo tulisannya jadi gelambyar) : magi dan fantasi hanyalah bumbu dari karya-karya tadi. Ia bukanlah pesan utama yang bakal melekat kuat bahkan di benak pembaca kecil mereka. Kita mungkin sudah baca atau dengar cerita pinokio waktu kecil? Kita cukup cerdas untuk tidak mempercayai sebuah kayu (boneka) untuk menjadi organisme yang punya akal dan hati.
Dari cerita-cerita di atas hal terakhir yang menjadi cara berpikir para pembaca kecil adalah: bukan bagimana cara membuat kayu agar hidup. tapi kejujuran adalah hal yang penting untuk seseorang dapat hidup.
Tidak penting bagimana labu dapat menjadi kereta bagus dalam sinderella, tapi kerendahan hatilah yang diperlukan agar hidup bahagia. Atau peter Pan, tujuan utama yang empunya tulisan adalah bukan bagaimana seorang anak kecil bisa terbang dan punya peri tapi ternyata keberanianlah yang menjadikan anak2 bisa melawan tiran.
Jadi argumen yang sama dapat diterapakan dalam membaca karya2 tolkien ataupun Rowling. Jadi bukan lah sihir atau ramuan yang menjadi pesan utama dalam Harry Potter? Apa itu...? silahkan baca sendiri dan temukan pesan utamanya. Di tanggung g nyesel!!.
Jangan underestimatte terhadap kecerdasan saudara2 kecil mu.
semoga bukan sebuah pembenaran.
Awal februari
teropong kecil dari
B Trismawan
Tapi kalau mau benar-benar konsisten dengan logika tersebut maka kita harus siap-siap pasang kuda-kuda dengan buku-buku komik eM Qi (komik dan film-nya karya anan2 DT), atau komik-komik dari Mizan (tentang palestina ataupun kisah 1001 malam) yang jelas-jelas penuh rekaan dan penuh ‘Magi fantasi.
Aku jadi g bisa untuk ga berpikir kenapa anti magi mulai berkembang dan mulai menjadi generalisasi yang kelewat luas. Yang ku takutkan adalah kemudian munculnya semacam fobi yang kebablasan.
Adalah Harry Potter (HP) karangannya J K. Rowling dan The Lord of the Ring (LOTR) karyana JRR Tolkien adalah buku-buku yang paling mendapatkan tatapan aneh ketika membacanya (disamping buku novel-novel lain).
Tak seperti cerita-cerita lain kedua buku (yang saya tahu Cuma dua ini) tersebut ditulis dengan benar-benar berbeda.
Kelebihannya adalah, Tolkien menulis 'mitologi' rekaannya sebagai karya literatur serius. Dalam biografi beliau yang ditulis Humphrey Bogard, diceritakan bagaimana tiap 'ras makhluk' yang muncul dalam bukunya punya 'sejarah' sendiri-sendiri ... bukan cuma itu, Tolkien juga 'me-reka' kultur (bahasa, stereotype, arsitektur, langgam puisi, laras lagu, kostum, bahkan alfabet) yang berbeda-beda dan spesifik untuk tiap ras. dan sebagaimana banyak penulis besar lain, nilai-nilai keimanan dan perenungan hidup Tolkien mengalir deras mewarnai karyanya.
Buku LOTR Tolkien mungkin hanya baru disaingi oleh J k Rowling dengan HP nya. Dalam cerita HP diceritakan mulai dari bagaimana satu sekolah di bagi menjadi empat kelas (tepatnya mungkin asrama) yang semuanya mempunyai sejarah dan karakter yang berbeda-beda. Dan bukan Cuma itu Rowling juga mereka mata pelajaran dengan nilainya, permainan bola ”Quiditch”, satwa-satwa, mantra, buku dll.
Ada satu hal Bagiku, yang mudah diambil pelajaran dari LOTR : adalah sebuah tragedi dalam pemenuhan hasrat manusia yang senantiasa mengalir dalam kehidupan manusia. ’Cincin’ (yang menjadi tema central dalam cerita ini) sebagai fasilitas pemenuhan seluruh hasrat kebutuhan manusia, sebagai pemenuh dalam bentuk apapun akibat dr ketidaksempurnaan manusia, itu ternyata bukan sesuatu yang jinak. Akhirnya cincin –sebagai fasilitas pemenuhsegala sesuatu- bukanlah hamba sahaya yang dapat diperintah tapi justru manusialah yang diperbudak oleh cincin. dalam kehidupan sekarang pemenuh hasrat (meminjam temen2 kubik) adalah: 4 Ta (harta, tahta, kata, cinta).
So, hal yang mudah sebenarnya (maaf kalo tulisannya jadi gelambyar) : magi dan fantasi hanyalah bumbu dari karya-karya tadi. Ia bukanlah pesan utama yang bakal melekat kuat bahkan di benak pembaca kecil mereka. Kita mungkin sudah baca atau dengar cerita pinokio waktu kecil? Kita cukup cerdas untuk tidak mempercayai sebuah kayu (boneka) untuk menjadi organisme yang punya akal dan hati.
Dari cerita-cerita di atas hal terakhir yang menjadi cara berpikir para pembaca kecil adalah: bukan bagimana cara membuat kayu agar hidup. tapi kejujuran adalah hal yang penting untuk seseorang dapat hidup.
Tidak penting bagimana labu dapat menjadi kereta bagus dalam sinderella, tapi kerendahan hatilah yang diperlukan agar hidup bahagia. Atau peter Pan, tujuan utama yang empunya tulisan adalah bukan bagaimana seorang anak kecil bisa terbang dan punya peri tapi ternyata keberanianlah yang menjadikan anak2 bisa melawan tiran.
Jadi argumen yang sama dapat diterapakan dalam membaca karya2 tolkien ataupun Rowling. Jadi bukan lah sihir atau ramuan yang menjadi pesan utama dalam Harry Potter? Apa itu...? silahkan baca sendiri dan temukan pesan utamanya. Di tanggung g nyesel!!.
Jangan underestimatte terhadap kecerdasan saudara2 kecil mu.
semoga bukan sebuah pembenaran.
Awal februari
teropong kecil dari
B Trismawan
Subscribe to:
Posts (Atom)