25 July 2011

Suara yang Datang Tengah Malam

Selepas tengah malam, aku selalu didatangi suara aneh yang menyebalkan. Aneh, karena suara itu datang setelah penghuni kost kamar lain terlelap. Menyebalkan, karena suara itu datang saat tubuh butuh istirahat setelah seharian didera pekerjaan.

“Berapa kau gadaikan telingamu?”

Nah, suara itu maksudku.

Dia datang lagi malam ini. Seperti tak pernah bosan, dia selalu datang ketika aku sendirian dalam kamar; Sehabis membayangkan perempuan-perempuan yang dulu pernah dekat denganku. Atau datang setelah memikirkan cara terbaik mendekati gadis manis yang kadang kebetulan bertemu di lapangan.

“Jangan pura-pura tak dengar kamu?,” suara itu terdengar lagi.
Menyela lamunan tentang si gadis manis yang sedang tersenyum dalam benakku.
Aku diam saja. Tak menyahut. Mungkin kali ini suara itu bukan bertanya padaku.

“Jadi sudah berapa kali kau gadaikan telingamu? Aku hanya ingin tahu saja,” masih suara itu.

Lama-lama dia mulai mengganggu ketenangan. Suaranya tambah lantang. Mulai lancang.
Tapi aku tetap diam. Acuh tak acuh.

“Jadi bagaimana ceritanya, sampai kasusnya bisa menghilang seperti ditelan bumi. Kamu tidak tahu, tidak dengar atau bagaimana?” suara itu lagi.

“Jadi di mana idealisme-mu yang dulu kau banggakan it.,”

Ah, dia sudah mulai kurang ajar.
Aku tetap diam. Seperti biasa.
Karena benar aku tak tahu apa yang dimaksudkan suara aneh itu tadi.
Kasus? Kasus apaan?

Aku benar-benar tak tahu apa yang dibicarakan suara itu. Satu-satunya orang yang membicarakan kasus hari ini adalah.. hanya perempuan cantik yang mengaku sekretaris dari pengurus partai yang aku lupa namanya. Namun selalu tersenyum kalau bicara.

Tentu saja selain cantik, montok, amplop yang dia berikan juga sangat tebal. Ah, kenapa tadi tidak ku ajak saja pergi ke Puncak..

“Jadi, berapa kau gadaikan telingamu?” suara itu terdengar lagi, membuyarkan rencana akhir pekan yang tengah kususun dengan si sekretaris.

Aku tutup telinga rapat-rapat. Kupejamkan mata kuat-kuat. Dan mengubur suara itu dengan suara musik entah apa.

Saat terbangun, hari sudah siang.

Aku bergegas, mandi dan meluncur ke sebuah kantor milik pemerintah. Takut terlambat bertemu dengan seorang sekretaris yang ingin kasusnya juga tak sampai jadi berita.

Aku sudah tak ingat lagi kejadian semalam. Pertanyaan apa saja yang dilontarkan oleh suara aneh yang entah siapa dan dari mana itu. Aku juga sudah tak peduli apakah suara itu berasal dalam mimpi atau dari suara sunyi.

12 July 2011

SMS Dari Kawan, Suatu Pagi

Sudah lama saya tak menulis tentang teman-teman dekat atau cerita yang terliwat sesehari. Mungkin karena telah menjauh dari diri sendiri. Telah begitu terdera oleh rutinitas. Sehingga kebas oleh cerita-cerita sederhana. Entahlah..


Hari Kamis kemarin, kira-kira jam 9 pagi, saya dapat SMS dari Malang. Dari kawan saya yang ada di sana. Sebut saja, Mbah Jiwo. Bukan nama sebenarnya. Tapi nama itu lebih terkenal dari nama sebenarnya. Beliau teman saya semasa kuliah, dan sama-sama terlibat di Teater Langit.

“Mohon doa dan dukungannya, siang ini jam 1 Humor Ganas akan tampil di Malang property Expo di MX Mall Malang,” begitu isi pesannya.

Saya tak bisa langsung membalas. Jam segitu saya masih belum pulih benar dari keadaan terlelap.
Masih terbaring.

Sekitar jam 11, sebelum berangkat ke luar saya balas. Mendoakan sekaligus mencandai.

Saya mengetik, “Sukses, mbah. Perlu bakar dupa atau kemenyan di sini?”

Cukup lama menunggu handphone saya kembali berbunyi. Balasan dari MJ.

“Sholat gaib saja,” begitu isi pesan yang saya baca. .

Tadinya saya mau bales lagi. Namun kayaknya, saat itu, Mbah Jiwo dan teman-teman butuh waktu tenang tanpa digoda dan dicandai siapapun. Tak perlu bayak berpikir untuk sampai ke pemikiran seperti itu. Pasalnya, Ini pentas Teater Langit pertama di Mall.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Maka pesan “Sholat gaibnya entar kalau pertunjukkannya gagal,” yang sudah saya ketik urung saya kirimkan.

Selamat buat teman-teman Teater Langit.