26 August 2008

Terjagaku pada hampa


Malam menyelimut. Di luar gelap, dingin pula. Hari ini angin memeluk Malang sepanjang hari. Sudah sejak tadi Sholat Isya aku duduk di depan layar monitor yang berkedip-kedip. Pukul dua belas lebih sebelas menit sekarang. Tak penuh konsentrasiku hari ini. Tuts keyboard komputer sering tak tersentuh oleh jemariku. Mencoba membaca namun makna, pemahaman tak mampir di sudut tempatku duduk hari ini. Laporan-laporan skripsi, buku, paper, masih menumpuk tak tertata disekitarku.

Kubuka winamp.. random. Play. Intro nya here with me Dido segera memenuhi kamar...Tak menginspirasi. Tak ada makna dalam diamku. Kuburu makna dalam diriku. Sia-sia. Tak tercipta suatu dalam renungku. Kosong.

Benakku masih bermain kesana kemari. Bak burung kenari yang bermain-main di ranting tua. Burung kenari yang lembut bulu, indah warna, serta merdu suara seakan menginagatkanmu akan sesuatu. Sesuatu yang tak ada disini.

Di luar sana, daun-daun meliuk menyapa diterpa angin. Kuteguk segelas air putih. Makna masih belum singgah disadarku. Here with me nya Dido hampir selesai... ”And I won’t go. I wonn’t sleep. I can’t breathe..”
tetap tak menginspirasi.

Di taksbar, file word ”bab empat” menggoda, memaksa, minta di’maximize’. Tak kuhirau. Sebuah kerja besar terjadwalakan harus selesai sebelum liburan lebaran nanti, namun tak ada bara yang menyala demi mereka. Hampa.

Setelah empat jam lebih memaksakan diri duduk disini, aku sadar dan menyerah. Aku lelah.
Dan sebelum semuanya tunai. Biar kutuntaskan dan kunikmati dulu dingin sunyi malam ini.

Ya Allah,
My Lord...
Help me.




Malang sebelum Ramadhan


ilustrai di atas saya contek dari sini

25 August 2008

Pertamina untung, Bangsa Buntung


Ini tulisan lama yang belum sempat saya posting. Karena hari2 ini momen nya pas banget, makanya saya posting saja sekarang. Setelah di update tentunya!

Mahal dan langka. sudah mahal, langka pula!. Itulah yang kerap ditemui dari barang-barang yang diproduksi dan atau dijajakan oleh pertamina. Mulai dari Bahan bakar jenis minyak (BBM) seperti minyak tanah, bensin, solar, sampai Bahan bakar jenis gas macam elpiji.

saya (juga anda?, mungkin) bukan pengguna langsung produk yang diurus oleh pertamina seperti minyak tanah (mitan), elpiji atau bensin (soalnya kompor sy g punya, motor pun tiada). Tapi, yang pasti saya tahu, bahwa dari mitan dan elpiji tersebutlah puluhan juta dapur rumah tetap bisa ngebul, dan orang macam saya (anak kos-an yang tak punya kompor dan motor) masih bisa makan diwarung-warung kecil dengan harga murah.

Dahulu, pada sebuah titikmangsa, dengan rasionalisasi bahwa APBN kita banyak terserap pada minyak tanah yang jumlahnya signifikan, pemerintah meluncurkan program konversi minyak tanah ke gas. Tujuannya yaitu untuk mengganti pola konsumsi masyarakat dari mitan ke gas, dengan cara bertahap mengurangi distribusi minyak tanah bersubsidi sambil menyalurkan kompor gas dan tabung elpiji bersubsidi ukuran 3 kilo untuk masyarakat kecil.

Sekarang, setelah program konversi mitan ke gas berjalan (dengan sempoyongan), maka hampir dipastikan setiap rumah tangga di perkotaan menggunakan gas elpiji, bukan lagi minyak tanah. Dan setelah hampir semuanya tergantung kebutuhan akan gas elpiji, pertamina dengan seenak perutnya menaikkan harga gas elpiji ukuran 12 kg. (pinter banget nih pertamina, dasar otak monopoli VOC, otak bandar, otak penjajah!!)

Tentu bukan kapasitas saya untuk menganalisis baik apa buruk, berhasil apa tidak program konversi tersebut. Bukan kapasitas saya pula untuk membahas teori2 ekonomi makro ataupun mikro yang sering dijadikan tameng oleh pertamina untuk menaikkan harga BBM/elpiji (yang seenak udelnya). Untuk soal “meng-analisa” tersebut rasanya ga kurang pakar, wakil pemerintah, aleg kita, yang bisa membahasnya dan lebih kompeten. (meskipun saya ragu juga ama anggota2 DPR. kemarin rame2 ributin hak interpelasi yang akhirnya bikin pansus. Eh... Udah jadi pansusnya sampai sekarang ga kedengeran kerjanya.... apa udah kenyang y dicekoki duit minyak pertamina?? Atau Cuma akal2an DPR aja untuk keluarin dana anggaran kali y??). Saya cuma ingin menuliskan lintasan pikiran ketika membaca gas harga gas elpiji naik. Aku Cuma ingin menuliskan lintasan pertanyaan2 yang menghantam benak awamku melihat tingkah pertamina.

***

Mahal dan langka. Itu kata2 yang menghantam-hantam dalam kepalaku.
Dalam teori ekonomi (saya sempat mengenal) istilah demand and suply atau pasokan dan permintan. Barang yang harganya diserahkan dalam mekanisme pasar pasti akan terkena dampak teori ini. Pasokan yang tidak sebanding dengan permintaan akan berpengaruh terhadap harga. Jika pasokan lebih tinggi dari permintaan harga turun dan begitu sebaliknya.

Tapi berbeda ceritanya jika barang tersebut adalah barang yang dikelola sendiri (dimonopoli ?) oleh pemerintah tanpa campur tangan dari pihak lain serta kebal terhadap mekanisme pasar. Berbeda ceritanya bila dalam pendistribusinya-pun mendapatkan perlakuan khusus dari undang-undang. Maka hukum pasokan dan permintaan harusnya tidak berpengaruh terhadap harga barang tersebut.

Maka adalah aneh dan sangat-sangat aneh bila kemudian kita masih menemukan BBM/elpiji yang sudah mahal, justru kemudian menjadi langka. Padahal pertamina harusnya tahu berapa ancer-ancer jumlah pasokan agar tidak langka.

Bila itu masih terjadi, maka (bagi saya) itu adalah sebuah kegagalan. Kegagalan dari Pertamina (dan juga kegagalan dari Pemerintah). Dan dalam kasus ini “kegagalan” artinya bukan “keberhasilan yang tertunda” seperti yang sering diteriakkan sama trainer2 dalam pelatihan. Dalam hal ini kegagalan berarti kebodohan yang terpelihara. Karena bukan saat ini saja BBM menjadi langka. Bukan saat ini saja elpiji susah dicari.

Makanya ketika sering lihat iklan pertamina di tivi dan diakhiri dengan slogan
Kita untung Bangsa untung..
Aku ko jadi mikir. Dan Kayaknya memangnya harus dipikiir dulu.. .sebenarnya siapa sih yang untung?? Pantesnya juga slogannya gi ganti :
Pertamina untung Bangsa buntung.



::ya..begini ini jadi konsumen yang lemah di Idonesia. Mau ngadu, ngadu ke sapa? trus gimana cara ngadunya? klo udah ngadu...lalu apa..? akhirnya cuma bisa gerundel ambe mis*h2 di blog::


itu gambar diatas saya contek dari http://donnaisra.wordpress.com/2006/10/16/gedung-pertamina-yang-ironis/

19 August 2008

gelang

Di hadapan sebuah toko kecil itu tampak Ia kebingungan. Termangu Ia dalam tegaknya. Masih berpikir, haruskah Ia melangkah masuk kedalam, memilih dan memberikan pesan itu untuknya. Ataukah kembali melanjutkan langkahnya. pulang dan kembali melupakannya untuk sejenak, seperti biasanya. Semakin lama ia berdiam di depan toko itu, semakin tampak Ia kebingungan. Bingung. Harus memilih apa dan kapan mesti Ia berikan kepadanya. Jika bukan Ia sendiri yang memberikan mesti lewat siapa harus dititipkan pesan ini.
Sudah lama, bahkan teramat sangat lama, Ia menimbang-nimbang ide ini di kepalanya. Di bolak-balik rencana ini bersama dengan pertanyaan : masih pantaskah? Terlalu anehkah? Norakkah? Dalam rangka apakah? Terus Apa yang nanti akan Ia pikirkan tentang kau?

Pada akhirnya melangkah juga Ia kedalam. Saat masuk dan menyusuri etalase, suara dalam benaknya masih saja datang berkoar “Yang ini norak, yang itu juga”. “Semua yang kau pilih akan tampak norak dihadapannya”. “Ingat, bagaimanapun juga kau harus peduli apa yang Ia pikirkan tentang mu, jadi sudahlah... Jangan kau lanjutkan!”. “Kau terlalu banyak berharap padanya”. “Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri dihadapannya”.

Ia masih susuri deretan etalase dalam toko itu. Ia melangkah, mendekat, dan memilih apa yang dari sejak dulu Ia rencanakan. Dalam sudut lain dadanya terdengar halus juga suara-suara yang berkelebat: “Ah, apa sih yang norak dari hanya sekedar ngasih perhiasan ke seseorang yang kamu sayangi ?”.
“Emang sampai kapan kau akan tetap tinggal di sini? Jika bukan kau yang pergi sekarang, pasti Ia yang akan pergi. Dan sebelum semuanya pergi, tolong pastikan Ia tak lagi membencimu”. “Sampai kapan kau akan terus berharap pertemuan-pertemuan yang tak terencanakan dengannya”. “Bagaimanapun juga, Ia harus tahu apa yang kau pikirkan tentangnya”.

Akhirnya dipilihnya juga sebuah gelang perak dari deretan paling atas di sebuah etalase yang bening. Sebuah gelang dengan liontin berbentuk hati munggil.
Gelang ini adalah hadiah untuk sekian waktu yang tanpa sempat bersua ia dengannya, apalagi berucap. Untuk hadiah ulang tahun di awal September nanti. Gelang ini untuk cinta yang sederhana. Sederhana dan tak sempurna. Indah dalam pasrahnya untuk tak mencoba jadi sempurna.

Gelang ini untuk seseorang yang dulu pernah ia kenal dalam jenak kehidupannya. Walaupun tak pernah benar-benar ia mengenalnya.

***

Jikalau nanti suatu saat kau lingkarkan untaian ini di pergelangan tangan-mu dan memang terlihat norak, ya ... ini memang sekedar ungkapan rasa yang norak, yang nggak sempurna. Apa adanya.

10 August 2008

Guyonan Kartolo


Saya selalu ikut-ikutan senang bila melihat senyum tawa seorang teman yang mendengarkan acara humor Kartolo lewat radio mp3 nya. Malah sering saya tergoda untuk ikut mendengarkan dagelannya kartolo. Namun anehnya, pas dengerin, saya sering tak bisa tersenyum tawa lucu persis sebagaimana teman saya yang tertawa lucu karena urat gelinya tergelitik.

humornya Kartolo sering kali lolos, tak tertangkap oleh benak saya.
padahal kalo dipikir2 saya sudah cukup mengerti bahasa Jawa, baik mendengar maupun secara verbal, walau pada tingkat tertentu. Tapi toh tetap saja humornya terasa tak begitu lucu-lucu amat. Tetap saja saya sering ga tahu dimana titik lucunya. Tetap saja ga lucu.

perbedaan budaya kah? Ataukah saya yang ga punya akar budaya dengan budaya Jawa? Atau belum benar-benar bisa saya bahasa Jawa?

Saya percaya dan setuju, dalam hal definisi, lucu itu seperti cinta. Ia tak terdefinisikan tapi dapat diekspresikan. Lucu itu abstrak yang universal. (contohnya: kita tahu apa itu lucu, ya.. saat kita ngalamin sensasi lucu. bukan di saat mendengarkan penjelasan apa itu lucu. Bener kan?)

Anehnya, dalam kasus humor Kartolo, ke-universal-an lucu menjadi tidak berlaku. Ke ‘Universal’an lucu itu hilang. Ke-lucu-an itu hanya dapat di rasakan oleh sebagian orang, persisnya orang yang berakar budaya sama dengan Kartolo.
Apakah Humor Kartolo ini humor yang melokal? Bisa jadi iya.

Dan bila iya, hal tersebut menjadi semakin aneh. Aneh karena fenomena tersebut terjadi didunia sekarang ini. Terjadi di zaman ketika tengah gencar dan derasnya pertukaran informasi yang membanjiri (dan mengkontaminasi) tiap-tiap budaya di muka bumi. Dan ditengah hiruk pikuk pertukaran informasi tersebut justru humor Kartolo tetap awet dalam melokal. Ia tidak terkontaminasi. Ia tiddak tergerus oleh humor-humor impor atau humor-humor macam humor Tukul.

Apakah ia awet karena humor Kartolo ini merupakan hal-hal sepele dalam sebuah budaya, cuma sekedar masalah guyonan. Dan justru karena sepele tersebut humor Kartolo menjadi terawetkan dengan sendirinya ?

Atau apa mungkin, justru dalam hal-hal yang seremeh ini masih bisa kita temukan jejaknya 'geist', spirit-nya Heidegger yang membentuk keunikan masing-masing budaya? Bahkan dalam urusan ketawa sekalipun?

Ataukah saya saja yang terlampau bebas menterjemahkan kata ‘universal’ dalam adigium humor itu universal?
Bahwa saya lupa humor itu juga berkaitan dengan intelektual seseorang. Bahwa humor itu juga bisa merupakan kesepakatan tak tertulis antar individu dalam suatu komunitas. Bahwa humor itu juga bisa merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang

Entahlah. Yang pasti dari ketidaktahuan-ketidaktahuan macam itulah hidup jadi lebih kaya untuk dieksplorasi..
Dan karenanya saya jadi lebih semangat untuk belajar lagi budaya dan orang-orang Jawa, yang kata Thedore Friend, membingungkan.

Membingungkan, seperti dalam pengantar bukunya Indonesian Destinies, karena orang Jawa itu ‘menghidupi hidup yang sebagian berupa ungkapan tanpa emosi sementara sebagian lagi berupa emosi yang tak diungkapkan’.

Walaupun ungkapan itu rasanya cocok juga untuk orang-orang Indonesia.

::Nah, itu guyonan Kartolo menurut saya. Banyak tanya dan mengada-ada? Jelas iya, wong saya juga sekedar ngelantur bertutur kok. Yah, kaya ginilah inspirasi yang tertimba dari dengerin humornya Kartolo::

itu gambar saya contek dari frindsternya cak Kartolo http://profiles.friendster.com/user.php?uid=15360112