31 August 2007

merdeka = setiap orang bisa beli minyak tanah

beberapa hari lewat saya pernah melihat di teve, sebuah barisan
panjang dari rakyat untuk mengantri membeli minyak tanah. beberapa
hari lewat saya pernah membaca koran tentang kesulitan 'rakyat
kecil' untuk mendapatkan minyak tanah.

di akhir agustus ini, disaat banyak orang terhipnotis dengan gempita
kemerdekaan, saya mencoba kembali melihat arti kemerdekaan bagi
"rakyat kecil". sebelum terlampau mabuk dengan 'cekokan' kemerdekaan
yang mewah.

seorang tua, dengan kerut berlipat diwajahnya, tampak mengantri
panjang hanya untuk mendapatkan jatah 2 liter minyak tanah. dari
usianya mungkin ia adalah bagian dari tumbal perjuangan masa
kemerdekaan. dari keriputnya jelas ia telah hidup di masa orde lama.
dari rambutnya yang tlah memutih, ia telah menghabiskan rezim orde
baru. namun jelas! semua masa sejak Indonesia merdeka sampai kini ia
tetap rakyat jelata. tetap bagian dari rakyat yang menjadi tumbal.

yang jelas, di saat perayaan kemerdekaan riuh di mana-mana dan
berbicara macam-macam tentang makna kemerdekaan ia mungkin akan
menjawab. merdeka berarti semua orang bisa membeli minyak tanah.

Sederhana, dan karena kesederhanaanya itu bikin hati jadi terenyuh.
karena wa-lau-pun sudah lebih dari 60 tahun indonesia merdeka namun
tidak semua orang bisa hidup layak.
masih banyak kisah di potongan pulau-pulau Indonesia,
tentang mereka yang terpinggirkan. tak ada rumah untuk berlindung dikala malam,
istirahat di saat lelah, atau rebahan disaat capek. apalagi minyak tanah...

kedengaran sederhana namun menjadi sangat sulit.
karena ada tuntutan persamaan kesempatan disana.
ada tuntutan hidup layak yang sejahtera. yang entah sampai kapan
akan bisa dinikmati semua orang di negeri tercinta ini.
sesuatu yang semakin suram karena banyak ketimpangan kesempatan disana-sini.
kesempatan sekolah hanya menjadi bagian dari 'si kaya', kesempatan mendapakan keadilan
-di dunia peradilan yang memegang peluit peri kehidupan- semakin keruh.
kesempatan mendaptkan kesehatan semakin ringkih.
kesempatan keamanan semakin langka karena banyak pungli dimana2. perlindungan hukum ga ada.


Kata Goenawan Mohamad,
orang ingin merdeka karena ia tahu apa artinya tidak merdeka.
Tidak merdeka berarti: tiap saat siap ditempeleng, dilucuti, dibentak-
bentak, diusir, dihina, diserobot, didiskriminasi, dilempar ke dalam sel,
dan/atau dibunuh. Anehnya retorik Agustusan yang sekarang tak banyak
bicara soal kesakitan itu bahkan sering terdengar kata “mengisi kemerdekaan”,
seakan kemerdekaan adalah “sebuah ruang kantor yang kosong,
yang necis, gratis dan tinggal diberi perabotan.”


kemerdekaan adalah barisan perjuangan.
deretan pengorbanan di masa lalu.
semua orang bisa beli minyak tanah.....
adalah sebuah impian yang layak dan harus terus dikejar.

merdeka kata yang sering
diucapkan namun mulai lupa untuk dihayati

27 August 2007

rindu rumah

Ada energi yang tak bisa diukur bila kau membicarakan rumah. Ada suasana yang tak ada yang bisa diungkapkan bila kau bercengkrama dengan keluarga.
Sampai sekarang tak ada yang bisa (ini kasus untuk saya) menterjemahkan dinding perlindungan, kenyamanan dari sebuah rumah.
Mungkin kau tak mendapatkan fasilitas-fasilitas yang bisa membuatmu bersantai-santai. Tapi kehadiran keluarga sungguh membuatmu akan melupakan semua beban yang berada di bahumu. Mungkin kau tak punya cukup bekal untuk melakukan perjalanan jauh, tapi akan ada tangan yang menggemgammu disaat kau mulai ragu dan goyah akan perjalanan kehidupan. Teduh, nyaman, akrab, kangen semua terdefinisi dalam “Rumah”.
Saat kau kembali ke rumah, rumah mampu menampung semua kehidupanmu. tentang janji, cerita, cinta dan harapan.

Terhenyak oleh waktu, hampir satu tahun saya ga bertemu dengan ia.

Ada panggilan yang sangat untuk mudik ketika kau tak di rumah. Katanya kerinduan pulang persis seperti bandul, yang ketika jauh berayun kesisi lain, maka semakin kuat tarikan untuk kembali. Semakin jauh kau pergi semakin besar tarikan untuk kembali pulang.
Itulah mungkin alasan kenapa Wendi, Dalam kisah Peter pan, memutuskan untuk pulang kerumah bersama keluarga. Semua keajaiban Neverland tidak ada bandingannya dibanding kehangatan dalam rumah keluarga.
Itulah mungkin kenapa Dumbledore tetap memulangkan Harry Potter kerumah keluarganya, mr. Dudley, walaupun Harry Enggan. Sehebat apapun kekuatan Dumbledore di Hogwarts untuk melindungi Harry tetap masih lemah dibandingkan kekuatan perlindungan cinta sebuah keluarga.

Kemaren-kemaren ketika musim liburan. Ketika lagi musim pertanyaan “pulang nggak?” Atau pertanyaan “kapan pulang?” .
“jangan lupa oleh-olehnya y!?”
Aku menggeleng pelan seraya tersenyum. “enggak lagi ujian PKL, lagian tanggung entar aza liburan lebaran” padahal dalam hati yang paling ujung, pengen banget pulang. Menyapa kembali semua yang akrab. Mendefinisikan diri kembali berdasar asosiasi yang sudah terjalin.


Saat-saat seperti ini
Pintu telah terkunci
Lampu telah mati
Ku ingin pulang
Tuk segera berjumpa denganmu.
.....
Ku ingin kau tahu
Ku Bergetar merindukanmu
Hingga pagi menjelang
....
(SOS, Pulang)


26 August 2007

menuju matahari

kutahu sudah lama
sayap ini tidak mengepak
menjelajah langit
meniti awan

ku tahu  sudah lama
butir air meng-embun dan menguap dalam bulu-bulunya
helai mimpi mulai rapuh
bahu terasa payah menopang sayap

ayo jangan pernah menyerah
hilangkan dahagamu dan terbang kembali
angin tak cukup kencang untuk menghentikan kepakanmu
badai tak cukup kuat merubah arahmu
hujan terik tak punya hak  atas mimpimu

kepakkan sayapmu lagi
menuju matahari
menjadi berarti

kutahu helai mimpi mulai rapuh
namun biar kuputuskan kapan saatnya berhenti

malang, 25 agustus 2007
tentang mimpi yang keras kepala.
ayo terbang lagi. begitu indahnya sensasi terbang
yang pasti tak akan kau lupakann.

Ramadhan Sebentar Lagi….

Selalu ada kerinduan yang sangat saat-menanti kehadiran bulan Ramadhan. Mungkin rasa rindu itu ga hanya milik saya juga. Entah… tapi bagi saya selalu saja ada aroma khas yang mengemuka dalam hati saya saat menunggu kehadiran Ramadhan. Aroma khas antara ada kerinduan karena ingin segera bertemu bercampur dengan kekhawatiran karena takut tidak akan dipertemukan lagi dengan Ramadhan. kehilangan atau bahkan tidak pernah mendapatkannya.

Ramadhan memang mempunyai segala kelengkapan untuk menjadi sesuatu yang indah untuk dinantikan kehadirannya. Ramadhan memang memiliki segala keutamaan untuk menjadi sesuatu yang sangat dirindukan. Mungkin juga karena banyak hal penting dalam hidup saya, terjadi di bulan Ramadhan. Apalagi bila mengingat Ramadhan sebelumnya, yang ada begitu banyak kekurangan dalam menjalankannya dan akhirnya menyisakan penyesalan setelah Ramadhan berlalu (apalagi bila ingat harapan ortu, yang mengharapkan kelulusan kuliah anaknya Ramadhan ini, “I’m Sorry Mama. I Never Realy heart you…”).

Ramadhan saat ini terasa begitu “kena” disaat saya butuh banyak waktu jeda dari bergulat dengan dunia. Disaat perlu banyak untuk berpikir dan sedikit rehat dari keduniaan. Jalaluddin Rahmat pernah menulis, alasan rasional yang membuat Ramadhan seharusnya begitu dinanti adalah karena dengan segala pernak-perniknya bulan itu menyediakan pemuas bagi dahaga kebutuhan spiritual. Kebutuhan yang justru terpuaskan ketika pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah kita dipangkas sedemikian rupa selama sebulan. Lanjutnya bahwa sebagian orang justru perkembangan pribadinya berhenti pada pemenuhan kebutuhan jasmani, dan tidak pernah tahu apa sih kebutuhan spiritual itu. Makanya Allah menggunakan panggilan “Orang beriman” untuk kewajiban berpuasa.

Ramadhan sekarang adalah Ramadhan ke 4 di masa kuliah saya. Masa di mana saya tidak terlalu disibukan dengan perkuliahan, praktikum, tugas dll. ini artinya masa sekarang adalah masa sibuk-sibuknya saya sebagai pembuat TA. (namun nyatanya saat ini justru masa yang terasa begitu berat tekanannya. k-lo dulu beban hanya sebatas nilai mata kuliah tapi sekarang tuntutan harus lulus…). Dan saya cukup beruntung karena bisa lebih meikmati Ramadhan di masa akhir-akhir kuliah saya dengan tidak terlalu disibukkan perkuliahan. Ramadhan di kampus memiliki ruh-tersendiri dibanding ketika saya ber-Ramadhan di rumah. Setidaknya saya bisa mendengarkannya kajian gratis ba’da Ashar di MRP, ifthar gratis, sahur gratis (sangat penting menemukan yang gratis2 ketika menjadi mahasiswa). Di akhir Ramadhan juga saya bisa I’tikaf, yang tidak saya dapatkan di kampung halaman. Dan paling penting target-target kuantitas ibadah, taraweh, tilawah dll, kurang lebih bisa tercapai ketika di kampus.

Satu hal yang kudu di ingat pesan Nabi saw. bahwa banyak orang yang berpuasa akhirnya hanya menghasilkan ganjaran lapar dan haus. Karena memang kebanyakan orang tidak bisa bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ramadhan dan menahan nafsunya atau lalai memanfaatkan momentum ramadhan sebagai sekolah takwa.

Yang di takutkan olehku seperti apa yang di ungkapkan dokter yang merawat John nash - dalam film Beatiful Mind - saat John nash dalam terapi Scrizofenia. (tentu saja kalimatnya g tumplek sama)
“Apabila mengetahui semua yang kita miliki dan kita cintai bukan hanya hilang atau mati tapi sebenarnya ga pernah ada,” “ neraka macam apa itu?”
sekarang coba rubah.
Apabila kita akhirnya mengetahui amalan puasa kita bukan hanya hilang untuk menebus dosa kita ke orang lain atau untuk membayar dosa kemaksiatan kita, tapi sebenarnya amalan puasa kita ga pernah ada.
“neraka macam apa itu?”

Ramadhan. Marhaban yaa Ramadhan

EMPAT HARI DI BLITAR

Blitar, mulanya saya mengenal hanya sebagai sebuah kota tempat dimana bung Karno di makamkan. Tidak lebih. Namun setelah lama tinggalku di Malang memaksaku mengenal Blitar lebih dari sekedar tempat dimakamkannya seorang Presiden. Lebih dari sekedar kota yang terkenal dengan rambutan dan blimbing. Lebih dari hanya tanah Blitar, tanah yang agak berpasir dan ber-abu.

Tahun ini, saya berada lagi di Blitar selama 4 hari. Jika tahun sebelumnya saya tinggal di Blitar sebagai seorang peserta DM 2, tahun ini saya beralih menjadi seorang penitian penyelenggara DM2. (aslinya bukan benar-benar Blitar. Tempat saya bermukim selama 4 hari di pesantrean Al-Aqso, tepatnya 25 km ke utara dari pusat kota Blitar).
Al-Aqso, tempatnya begitu sepi, sunyi. Namun terlihat kuat ada kehidupan yang sedang berjalan, kehidupan yang sedang diperjuangkan.

Memang tak ada mobil besar yang berjalan mengangkut sayur ke pasar ditengah malam. Tidak ada Bis malam yang lewat. Kehidupan terasa mati ketika sinar mentari termakan gelap.
Disitulah eksotiknya tempat yang bernama Selopuro ini. Tak ada lampu yang gerlap-gemerlap. Tak ada deru mesin hilir mudik. Ga ada internet. Sunyi dan sepi.

Jadilah tempat yang pas untuk kembali melihat kehidupan diri sendiri yang sudah ku tempuh. Di tempat ini saya jadi leluasa bercermin. Membuka lembaran yang sudah kugoreskan dalam kehidupan. Dan Kembali bertanya... siap seorang bambang ini? Lagi ngapain? Apa kesukaannya? Apa impiannya? Sampai mana kau kejar mimpimu? Dan mau kemana?

Sudah 4 tahun saya kuliah di Brawijaya...
(Angka yang cukup banyak untk ukuran kuliah di brawijaya).
terenyak waktu yang sudah dilewati.
Banyak tanya yang bermunculan di kepala. Tanya tentang diri sendiri
Tanya tentang masa lalu, pakah emua sudah dilewati dengan bijak. Sudahkah mendapatkan pelajaran dari jatuh bangunnya selama 4 tahun di kampus UB.


Pertanyaan yang bikin saya mikir tentang perjalanan selama hampir empat tahun di rantau (padahal sama2 di pulau jawa). Menghadapi mimpi2 selama kuliah yang belum terwujud dan kesampaian....ini. hidup kadang menjadi gelap ketika melihat jalan yang akan kutempuh masih berupa jalan tanpa cahaya dan rambu. berjalan hanya memegang peta impian dengan tuntunan Ilahi. Ah.. mungkin disana sensasinya menjalani hidup. Kau tak akan pernah tahu jalan seperti apa yang akan kau lewati

Tentang mimpi yang belum terwujud, menarik untuk menyadari, bahwa kita nggak selamanya mendapat apa yang kita impikan. Walaupun itu bukan berarti kita selalu berada dalam kondisi yang selalu tidak memuaskan. Menarik juga bahwa menyadari ada banyak orang dibelahan dunia lain di sisi lain, yang menurut kita berada dalam keadaan yang baik, ternyata punya impian yang tidak terwujud untuk berada di posisi tersebut.

Dan yang tersisa adalah semangat kembali membuat rencana kehidupan selanjutnya. Setelah sadar dan belajar bahwa tidak semua didunia ini sesuai dengan rencana yang kita buat. Ada banyak hal yang sebenarnya diluar pengendalian kita. Ada Sang Pemilik Rencana yang telah membuat rencana untuk semua makhluk di dunia ini termasuk rencana terhadap impian kehidupan saya. Hal ini bikin hati menjadi bersyukur dengan segala capaian yang telah diraih dan bersabar terhadap segala impian yang telah direncanakan. Karena semua posisi kita saat ini tak lain dan tak bukan adalah pilihan dan keputusan  Allah swt. Allah yang telah memutuskan di posisi mana dan apa yang sedang kita kerjakan. Adakah yang lebih baik dari keputusan Allah?


Nyatanya sekarang saya rindu rumah.

15 August 2007

Mitos dan Propaganda

tulisan ini adalah karya setahun yang lalu. tapi entah kenapa saya ingin meng-post kannya di blog ini hari ini.

Harold D. Laswell dalam Propaganda (1937) mendefinisikan propaganda sebagai teknik mempengaruhi aktifitas manusia dengan memanipulasikan representasinya. Dalam propaganda, semata-mata terus dijalankan kontrol terhadap doktrin, ide, opini, yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyamakan pendapat yang konkrit dan akurat melalui sebuah cerita, rumor, gambar-gambar dan medium lainnya yang dapat digunakan sebagai komunikasi sosial. Propaganda adalah salah satu aktifitas sadar, sebuah cara sistematis, prosedural dan perencanaan yang mantap melalui pengguanaan media tertentu.
Huuuhhh…

Mitos dan propaganda
Memisahkan satu dari dua kata tersebut seperti membicarakan singa tanpa taring dan cakar. Menjadikannya Tidak berbahaya. tidak mengancam siapapun.
Namun kenyataannya bila propaganda kemudian menghasilkan sebuah mitos, dan mitos terus dipropaganda menjadi semakin mitos maka kekuatan dahsyatlah yang muncul. Ia telah menjadi singa yang menguasai rimba. Menjadi pemenang.

Kita lihat bagaimana kaum nazi menyadari kekuatan propaganda. Mereka berhasil memanfaatkan seperangkat pengeras suara, tata2 lampu sorot dan diiringi track komposer klasik Richard Wegner, mampu mengkontruksi pertemuan politik menjadi sebuah peristiwa teaterikal yang megah. Begitupun pemimpin agen propaganda Nazi, Josef Goebels sangat memperhitungkan efektifitas penggunaan simbol sebagai representasi mitos tradisional yang berpengaruh dalam masyarakat untuk mengobarkan emosi dan menguasai massa.

Sama saja dengan pemimpin mereka Hitler, yang dengan se-maunya menafsirkan filsafat Nietzsche –will to power- ‘kehendak untuk berkuasa’ sebagai konsep kekuasaan yang hanya terkait dengan kekerasan. Kekuasaan diartikan sebagai sebagai kekuasaan dirinya atas rakyatnya. Hitler, dalam aksi propagandanya, menggunakan teori Darwin, bahwa yang kuat yang akan menang dalam setiap persaingan dan akan selalu mampu mempertahankan hidupnya dari ancaman apapun, sebagai mitos. Dan akhirnya sehabis Hitler orasi, selalu diakhiri dengan pembunuhan atau penagkapan terhadap bangsa yahudi.

Israel pun sangat pintar menggunakan mitos sebagai strategi dalam aksi propagandanya. Mitos ‘tanah yang dijanjikan’, sebagai bangsa yang terpilih, terjadinya peristiwa Houlucast. Mereka Israel telah memanfaatkan mitos tersebut menjadikan pembenaran setiap aksi zionis (seperti mengusir bangsa palestina, membantai dll) yang dilakukan.
Jepang dalam pendudukan wilayah Asia, tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan mereka menebar mitos tentang kekerabatan negeri tersebut sebagai saudara tua Asia. Dengan propgandanya yang terkenal 3A, Nippon pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, dan Nippon pemimpin Asia.

Di tanah air tercinta mitos PKI menjadi sangat mengerikan sampai sekarang bagi sebagian orang. Ini tak lain keberhasilan orde baru dalam aksi propaganda dalam memberikan label yang ‘buruk’ terhadap pihak yang mempunyai ‘kekuatan tertentu’ kepada publik. (di mes tempat PKL saya sekamar dengan marinir-AL- ia berpendapat HMI dulu dan Persis atau Masyumi adalah tunggangan PKI. Kemudian beliau memperingatkan kepada saya untuk hati-hati ikut organisasi, salah masuk nanti kena ciduk katanya….wuihhh ngerii..) PKI menjadi mitos yang sangat menyesatkan dalam bangsa ini. Kemudian mitos ‘pembangunan’ juga dijadikan celah untuk mencaplok tanah-tanah rakyat.

Kini yang paling sibuk membuat mitos baru adalah –tentu saja kita semua tahu- Amerika. Sebagai icon imperialisme, Amerika berhasil menjadikan demokrasi dan globalisasi sebagai sebuah mitos untuk menjalankan semua kepentingannya di seluruh dunia. Propaganda Dengan menggunakan simbol-simbol dan kode-kode tentang demokrasi, globalisasi, telah menginvasi hampir semua negeri. Dengan propaganda HAM, bermacam produk konsumerisme dan tentu saja gaya hidup telah mulai menjajah tak hanya negeri namun juga individu-individu.

Sekarang Amerika (Bush) sedang sibuk membangun mitos baru tentang ‘memerangi teroris’. Hasil mitosnya ia telah menjajah irak, afganistan. Dan sekarang ia sibuk membuat propaganda memerangi teroris… (tentu saja lawatannya ke Indonesia tidak lepas dari misi ini. Sepertinya)
Atas nama memerangi teroris, Amerika telah menebar invasi kekuasaan baru. yang sepenuhnya tidak kita sadari sesungguhnya Amerika telah menjalankan aksi kediktatoran yang ekstrem.




11 August 2007

Ujian PKL___---

Akhirnya setelah hampir delapan bulan menunggu, saat itu datang juga. Setelah menanti sekian lama hari ini tiba juga. Ribuan ayunan langkah kaki akhirnya sampai juga. Do’a-do’a akhirnya terkabul juga. Banyaknya rintangan dan hambatan akhirnya terlewati juga. : Ujian PKL.

Yaa... mungkin bagi sebagian orang (mahasiswa), terutama yang sudah melewatinya, ujian PKL adalah hal yang biasa-biasa saja. Tidak terlalu istimewa mungkin. Tapi bagi saya ini adalah momen besar yang berpengaruh dalam peta utuh seluruh kehidupan saya. Kejadian yang hanya terjadi seumur hidup lo (kecuali harus ngulang hehe..). Makanya menjadi pantas untuk dirayakan. Bayangin aza delapan bulan menunggu....dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. pa ga seneng bahagia tuh... kata orang, yang tidak pernah memiliki tidak akan pernah merasa kehilangan. yang tidak pernah berbuat salah tidak akan pernah menghargai kebenaran.

Bukan hanya perasaan seneng campur bahagia yang berkecamuk dalam hati saat udah tahu kapan ujian (hari kamis siang). Emosi yang bercampur antara bahagia, khawatir, cemas, seneng, takut, pengen cepet2 usai tapi juga waktu ingin lambat dan macam-macam emosi bergumpal dalam dada. Perasaan seperti kamu dulu mau di sunat atau pas saat mo jadi penganten pertama kali (yang ini bener-bener g ngerti, tapi paling juga sama  ). Dan setelah semua proses itu usai akhirnya bebas. Beban yang ada di pundakmu seakan hilang. Jalan menjadi begitu enteng.


Memanjakan diri sendiri.

Memang dan mudah-mudahan tidak berlebihan sejak 2 hari yang lalu saya terus memanjakan diri sendiri untuk persiapan ujian PKL. Mulai dari makan yang bergizi dan berimbang terus-terusan, Tidur cukup, sholat malam lebih banyak, belajar lebih lama, bengong, mikir-mikir, ke kampus naik angkot –orang mo ujian ko biar tidak percuma hasil belajarnya-, dan lain-lain. Kegiatan yang biasanya jarang-jarang saya kerjain pada hari biasa2. semuanya untuk mempersiapkan ujian PKL. dan pada akhirnya Alhamdulillah. Puji syukur pada-MU ya Allah saya bisa melewati semuwanya.

Ujian yang tidak seperti ujian pada umumnya.
Ada beberapa kejadian yang menurut aku seeh ini keajaiban. Dan aku yakin ini adalah pertolongan dari Sang Pemilik Hidupku. Tak ada di dunia ini satu pun yang luput dari pengawasanNya. Makanya ketika banyak ujian dan hambatan aku yakin udah ada yang merancanakan dan rencana itu yang terbaik buat ku. Segala kesulitan yang dulu seperti benteng yang tinggi tak terjangkau seakan mudah saja saya lewati. Mulai dari dosen yang meng-cancel, ruangan ujian yang penuh, ga ada lcd in focus, ga punya laptop, belum bikin power point presentasi, sepatu, konsumsi dan lumayan banyak lainnya. Tapi toh akhirnya bisa aku lewati dan memang ini yang terbaik.


Ada yang lucu di saat hari ujianku. Ujian saya di mulai jam delapan.
7.45 saya datang dan mempersiapkan perangkat
8.00 belum ada dosen pembimbing dan penguji
Jam 8.05 saya telepom dosen pembimbing. Hasilnya, beliau masih dirumah... DengK...!! nah lo!
lupa kalo ujiannya jam 8 kirain jam 10.00 (jauh banget anatar d-elapan dengan se-puluh)

Jam 8.10 dosen penguji datang (karena blm datang dosen pembimbing blm datang sarapan Fak.
dipertania
8.30 dosen penguji datang lagi (cuap-cuao bentar)
8.48 di putus kan ujian dimulai tanpa dosen pembimbing
8.55 aku presentasi
9.08 dosen pembimbing datang
9.10 selesai presentasi dan tanya jawab
10.05 selesai.....

06 August 2007

mejadi sesuatu

menjadi sesuatu dan terus menjadi sesuatu.

terus menjadi sesuatu. terus menjadi baik karena toh kita tak pernah benar-benar
baik. menjadi sholeh, karena toh kita tak pernah benar-benar sholeh.

"menjadi sesuatu" menandakan masih adanya kehidupan dalam daging
manusia ini. hidup yang berusaha mengisi dunia ini untuk tidak
sekedar menjadi tubuh yang berjalan tanpa makna tanpa manfaat.

"menjadi sesuatu" mengisyaratkan masih ada semangat yang mengharuskan
terus bergerak. seperti angin yang tak pernah berhenti bergerak untuk
menjadi angin. karena ketika ia berhenti sejenak untuk mengambil
nafas, ia sudah tidak menjadi angin.

"menjadi sesuatu" memaksa kita untuk, mau tidak mau, harus mempunyai
impian. memaksa kita harus terus bangun ketika jatuh menghadapi
kegagalan. memaksa kita harus terus berusaha meraih mimpi. dan
memaksa kita harus percaya pada mimpi sendiri dan bertekad untuk
tidak "bisa" menyerah

kejadiannya hari ini saya seharusnya saya  ujian pkl. tapi  karena sesuatu hal, PKL ku akhirnya tertunda entah sampai kapan: pertama hari ini dosen pembimbing yang tidak bisa, kemudian diganti hari rabu. eh..,hari rabu dosen penguji yang tidak bisa karena harus menghadiri seminar di Blitar sampai hari kamis.
jadilah aku sendiri..kebingungan.... dalam diam.
seperti ilalang yang dungu
disaat semesta berirama
marah iya, dongkol emang, sedih juga...tapi buat gw ini ujian dan ini emang yang terbaik buat gw. 
dan gw harus sabarrrr da ss-aa-a-ab-b-ba-a-ar-r-rrr-r dan teru berdo'a. 
jadi bingung kapan gw mo ujian....tapi mau ga mau gwbertekad. tekad yang lebih keras dari baja bahwa pekan ini gw harus ujian PKL. mau ga mau... mudah-mudahan hari jum'at ini ya Allah.

karena aku tak bisa menyerah
jangan pernah memaksaku untuk melakukan
apa yang tidak mungkin aku lakukan


yang menolak hidup pasif.
yang berusaha mengubah semua awalan di--
dengan me---

aku mo LULUS...

AKU MAU LULUS...............................!!!!

aslinya bukan bener-bener akan lulus tapi ya....masih hanya keinginan untuk lulus...haha..53x
tapi serius...lingkungan kampus sepertinya sudah rada2 ga pas dengan tipikal/gaya hidup ku....
sudah lama dan beberapa kali dalam hari-hari terakhir ini aku coba pikir bahwa aku harus lulus cepat...
emang tak ada yang tahu kehidupanku setelah aku lulus cepat...
begitu pula tak akan ada yang tahu jika  aku lulus nanti...
tapi aku yakin kehidupanku akan lebih baik jika aku lulus cepat.
dan benak ini sering mikir, pasti akan ada banyak peluang yang menanti jika aku lulus cepat nanti.
peluang yang tidak akan pernah hadir jika aku menunda kelulusanku.
peluang tidak akan pernah menjadi peluang jika kita tidak pernah bear-benar siap...