28 June 2007

untukmu pembuat virus !


ada beberapa type orang di muka bumi ini yang memuakkan,
menyebalkan. satu diantaranya adalah saya sematkan kepada para
pembuat virus. para pembuat kerusakkan.

gimana bukan pembuat kerusakan? sudah berapa computer rusak gara2
virus!
sudah berapa USB flash disk ga bisa dipake karena diserang virus.
dan sudah berapa file2 penting ilang, lenyap karena diganggu virus.

dan sekarang (tepatnya kemaren) saya sudah telah memperpanjang
daftar korban karena virus. mungkin korban yang ke 1.564.682.
kemarin file PKL dan beberapa file saya ilang oleh virus.
yahh... anda ngerti kan gimna rasanya kehilangan sesuatu yang
benarberharga terutama file-file penting yang bikinnya lebih dari
tiga bulan.(kata dee-rasanya seperti kehilangan kepala. dan tentu
saja siapapun orang tak mau kehilangan kepala)

saya kok ga habis pikir ngapain juga orang ko ada yang tega buat
kayak (virus) gitu. dari pada buat program virus yang ngerugiin
banyak orang kan mendingan buat program yang bermanfaat. program
yang bisa nolongin orang. kepintaran tuh dipake tuk nolongin orang
bukan tuk ngerugiin orang!!

untukmu pembuat virus :
1000 BADAI TOPAN UNTUKMU !!!!

27 June 2007

Buku bagus?


Tulisan ini Berawal dari dialog kecil yang sangat menarik dengan seorang teman. (Mungkin ini terlalu egosentris)

Terus terang sudah lama banget saya ga nemuin buku yang benar2 bagus. (entah mungkin karena minat dan daya baca yang menurunkah). Sebagai contoh aza, Awal bulan kemarin di book fair dan pekan kemarin ke toga mas yang begitu banyak bukunya dengan berbagai macam judul dari penerbit yang berbeda ko ga ada satu pun buku yang benar-benar bikin saya tertarik dan saya bilang bagus.
ko semakin jarang saja Buku yang bisa menjawab rasa ingin tahu. Buku yang bisa bikin munculnyaa rasa penasaran.

dan sepertinya isi buku udah ketahuan apa isinya hanya dengan baca sinopsis atau sekilas skiming.



Sepertinya buku-buku yang ada ditulis malah bikin saya terasing. Buku-buku yang diterbitkan sepertinya bukan untuk saya dan malah tak jarang buku yang ada malah mengucilkan. Dan bikin saya merasa sangat kecil dan measa bersalah :
belum lagi buku dengan gaya penulisan yang kering ala berita pagi semakin lengkaplah.
"bukan-bukan kayak gini buku yang gw mau... "

Sampai Sekarangpun saya massih mencari buku yang bagus itu. Buku yang ketika baca kamu bergumam. “Iya bener nih .... bukuny gw banget !!”. hahaha...!!"

buku yang ketika baca Ga bikin kita terasing, dan terasa menjadi pribadi manusia seutuhnya. Bukan malaikat yang suci bukan pula syaitan yang terkutuk.

Buku yang jadi cerminan, pendapat dan kata hati pribadi. Tidak menipu dan tidak memonopoli. Buku yang memantulkan cermin pribadinya ketika orang yang baca.

saya yakin setiap orang punya definisi sendiri2 tentang buku yang baik. Dan setip orang boleh mendefinisikannya.
Dan bukan tidak mungkin pendapat saya tentang buku yang bugus suatu saat bisa berubah.

12 June 2007

premanisme disekitar kita

rutinitas saat membaca koran seperti biasanya kali ini (kemaren)
terhenti lama ditengah jalan. bila pada biasanya rutinitas membaca
koran itu diawali dengan membaca headline dengan foto besar dihalaman
utama, kemudian baca sekilas ulasan headline lalu scanning halaman
depan untuk cari berita menarik, sebelum beralih ke rubrik favorit
di halaman selanjutnya.

tapi kemaren aktifitas harian membaca surat kabar itu lama terhenti
di awal. di saat melihat foto besar seorang anak tertembak terpampang
di halaman muka.
dan tiba-tiba saja rasa marah, sedih datang menghentikan rutinitas,
sehingga untk beralih ke rubrik selanjutnya senyum itu sehat (JP)
terasa hambar dan bertambah getir.

kemarin entah untuk yang keberapa kalinya terjadi (lagi) bentrokan
(sepertinya kata yang cocok adalah penyerangan) yang melibatkan
anggota marinir dan warga alastlogo, lekok Pasuruan. Bentrokan
berdarah yang menewaskan empat orang warga Alastlogo itu ditengarai
berpangkal pada sengketa tanah yang sudah puluhan tahun.

Kejadian-kejadian seperti ini (perang, bentrokan, tawuran, dan semua
hal yang melibatkan massa) walaupun mungkin sudah sering terjadi di
keseharian kita di Indonesia, selalu saja membuat aku marah dan
sedih.
kenapa bangsa ini selalu gagal menyelesaikan permasalahanya lewat
hukum? kenapa kita selalu gagal membebaskan diri dari budaya
premanisme? dan kenapa justru para aparat negara yang katanya negara
hukum ini yang menggunakan gaya premanisme.

lalu impian datangnya zaman ketika semua urusan manusia diserahkan ke
hakim yang adil semakin menjadi angan2 saja. yang datang justru zaman
dimana alasan sudah tidak mendapat tempat dan keadilan menjadi barang
langka. karea logika yang bermain adalah siapa yang kuat dia yang
menang. logika sederhana ini yang menterjemahkan bahasa: seberapa
tajam pedang yang kau pakai; seberapa canggih senjata yang digunakan;
dan seberapa banyak peluru yang kau miliki.
saat bahasa premanisme digunakan kata-kata menjadi sia-sia karena
kepal tinju lebih efektif.

kenyataan bahwa gaya premanisme itu dilakukan oleh para (sebagian)
TNI semakin bikin aku marah dan semakin bertambah jijik. karena
perbuatan meraka semakin memperjelas watak aslinya. watak munafik.
dan menegaskan identitas kemiliteran itu dipakai hanya sebagai
topeng. (semakin pas-lah lagu topeng-nya peterpan sekarang ini)

jikalau Jendral Sudirman masih ada entah akan diapakan semua prajurit
seperti mereka. dulu J.Sudirman berani berjuang mempertaruhkan nyawa
bersama rakyat untk mengusir penjajah untuk membebaskan rakyat dari
penindasan. lha, mereka yang sekarang harusnya melindungi rakyat dari
penindasan malah menjajah rakyat sendiri. sudah kurang susah apa
rakyat sekarang. selagi didera kemiskinan masih saja harus berhadapan
dengan moncong senjata. semakin lengkaplah penderitaanya.

aku dukung republik Indonesia ini untuk memberantas semua budaya
premanisme.

obituari 1

Dan kematian makin akrab --- Sepotong sajak Subagio Sastrowardoyo.

Potongan sajak ini pernah dikutip oleh GM untuk menggambarkan semakin
banyaknya orang dekat dengan kita menemui kematian. dalam sekejap
beratus orang mati akibat berbagai banyak musibah: tanah longsor,
kecelakaan kereta api dan makin banyak lagi.

"Dan kematian makin akrab" terasa sangat "kena", cocok ketika begitu
banyak kita menemui kematian bahkan orang2 terdekat dengan kita. Maut
menjadi terasa semakin dekat menghampiri. Walaupun secara sadar semua
orang tahu Cepat atau lambat kematian akan datang. Senang atau tidak,
ajal akan datang mencabut nyawa. Namun kadang bawah sadar sering
menguasai dan tanpa sengaja telah mewjudkan maut adalah sesuatu yang
jauh dari diri dan merasa akan bebas dari sang maut.
padahal Datangnya maut adalah keniscayaan dan terberi dalam kehidupan
manusia. Mati adalah pasangan dari hidup. Tak mungkin menefinisakan
"hidup" tanpa menjelaskan "mati".


Walaupun pada dsarnya kematian adalah peristiwa yang lazim, namun
kematian tetaplah sebuah kenyataan yang (kadang) sulit diterima. Ia
membawa paradoks, ia datang tanpa permisi, datang dengan deras serta
hadir dalam bentuk diktator. Kematian terasa menggelisahkan,
mencemaskan, menakutkan dan bahkan mengerikan.

Kematianpun berdampak besar bagi mereka yang masih hidup. Begitu sang
maut hadir mencabut nyawa menyemburatlah rasa sedih dan kehilangan
bagi yang hidup, karena begitu banyaknya ikatan kenangan yang harus
putus antara si mati dengan yang belum mati. Karena pertemuan tidak
akan lagi melepas rindu.

Betapapun wajar dan lumrahnya, kematian tetap tidak pernah menjadi
fakta yang gampang untuk dihadapi. Ia telah membentangkan jarak ruang
dan waktu yang sepertinya tak pernah terjembatani. Sehingga layak
untuk ditangisi.

Namun kematian tidak selalu bermakna tunggal: perpisahan, putus.
Kematian bisa menjadi pertemuan,

Tidak selamanya pula kematian adalah kehilanagan. Karena ternyata
(mudah-mudahan) maut bisa ditebus oleh cinta. Almarhum tidak akan
pernah mati bagi mereka yang mencintainya.
Kehadiran mendiang adalah kekal bagi mereka yang mengenangnya dengan
cinta dan mencintainya. Kehadirannya kekal dalam hidup orang-orang
yang mencintainya, melintasi ruang dan waktu.
Sang tercinta bisa mati, namun ia tak bisa pergi atau menghilang.
Bayangan almarhum tetap seperti semula bagi orang-orang yang
mencintainya.

Cinta tak pantas berakhir setelah seseorang meninggal
(seandainya aku memahami debu. F. Nadjira)

kusampaikan do'a
lewat sayap2 malikat
untukmu
nenekku

presidenku selamat datang..(kembali)

Saat menmpel pamflet di papan pengumuman di gelap tengah malam, mata
ini tertumbuk pada pamflet warna orange (agak kecoklatan, agak jelek,
agak tidak artistik dan agak tidak jelas pesan yang ingin
disampaikan). Namun setelah diteliti secara seksama ternyata pamflet
ini dikeluarkan oleh panitia pemira-UB.

Benar-benar waktu terasa berjalan begitu sangat cepat. Ternyata Ga
terasa sudah hampir setahun kepemimpinan Presiden EM-UB berjalan, dan
sekarang sudah hampir tiba (lagi ) waktunya untuk memilih presiden
yang baru.

Secara pribadi dulu aku menaruh banyak harapan dalam kepemimpinan DS,
dan berharap pula akan banyak perubahan yang dituntaskan selama
kepemipnannya. Makanya ketika pemira berjalan lancar dan aman-aman
saja, aku lumayan lega dan tenang. Artinya selama kepengurusan
kepemimpinannya tidak akan terlalu bayak digoyang. Mungkin ini
saatnya mahasiswa akan melihat kinerja presiden yang dipilih oleh
banyak mahasiswa dan tanpa konflik. Seluruh mahasiswa akan melihat
sebuah kepemimpinan yang beda.

Namun setelah hampir setahun kepengurusan berjalan, mimpi
tetap mimpi dan kenyatan tetap kenyataan. Dua-duanya masih belum bisa
menyatu. Memang Setahun adalah waktu yang tidak terlalu lama untuk
menuntaskan semua perbaikan. Tapi, dalam setahun cukup untuk dapat
melihat hasil dan semua proses yang sedang berjalan. Faktanya bahwa
tidak ada terobosan yang baru dan efektif yang dilakukan pimpinan DS
untuk perbaikan. Aku tak berharap muluk-muluk seperti dilarangnya
promosi rokok masuk kampus atau berkurangnya acara konser musik. Atau
diberlakukannya istirahat di waktu2 sholat.

Aku hanya bicarain masalah yang kecil namun ada isyarat
disana bahwa roda perbaikan sedang berputar, bahwa pendulum mulai
berbalik arah. Misalnya, bagaimana isu BHPMN mulai menjadi
perbincangan para mahasiswa. Bagaimana agar EM bisa benar-benar
terasa dimiliki oleh seluruh Mahasiswa. Atau bagaimana sinergitas
gerakan mulai terbangun baik di dalam kampus maupun luar. maka maaf-
maaf saja kalau kemudian benak ini berpikir orang-baik dan jujur itu
tidak berarti efektif dan berorientasi hasil.

Ada yang beralasan ketidakefektifan kinerja EM dikarenakan
selama setengah kepengurusan masih harus membenahi para pengurus EM.
Dan diawal harus mulai meng-orientasi pengurus Baru yang masih awam
berorganisasi. Alasan lain adalah adanya goyangan dari DPM dan sampai
sekarangpun kepemimpinan masih digoyang.

Lha, emang dulu pas nyalonin g terpikir masalah seperti itu
ta. Pasti sudah ada dong itung-itungan masalah itu terjadi dan
bagaimana cara memnyelesaikannya. Emang sih ga mudah, tapi mahasiswa
mah ga mau tahu, lo udah dipilih dan silahkan bekerja. Yang
mahasiswa tahu DS harus bisa nunjukin semua hasil kerja EM. K-lo
banyaknya dana yang turun dari rektorat itu ngga bisa dihitung
sebagai hasil kerja. Af1 y.

Tulisan pribadi ini tentu saja bukan bersumber dari benci
atau sentimen. Aku cuma pengen DS dan semua pendukungnya tahu k-lo
DS punya modal kepercayaan yang besar di UB dan seharusnya bisa
berbuat lebih baik untuk menjawab kepercayaan itu. Buat para aktivis2
pendukung DS, jangan Cuma semangat saat kampanye dong atau saat jadi
panitia. Kita juga harus bisa memainkan peran sebagai mahasiswa yang
cerdas dan kritis, untuk bisa mendorong pemimpinya untuk berbuat
lebih banyak dan lebih baik?
Terlambatkah….?

Tentunya….
Ya..selamat datang PRESIDEN

creativity is out there !

Ketika melihat kondisi pendidikan Indonesia sekarang maka harapan dan
ke khawatiran muncul bersama.

Khawatir...jelas dong! Gimana ga khawatir jika anak2 sekolahan kita
(termasuk Mahasiswa) hanya duduk di ruang kelas dan mendengarkan guru
yang sok bijak dan sok pintar (ada juga memang guru yang pintar dan
bijak) mengoceh. Lalu di akhir tahun ujian dengan berbagai mata
mempertanyakan kelayakan ujian.
Gimana ga khawatir jika anak-anak pergi sekolah berarti membiarkan
terkurung dalam ruangan kelas dngan berbagai teori dan rumus yang
hanya ada dalm khayal yang g tau dari mana datangnya yang terus
dicekoki oleh guru yang galak.

Tulisan ini sungguh bukan untuk mengajak pembaca untuk tidak masuk
sekolah /kuliah (aku toh masih kuliah ko) tapi waktu menceritakan
kreativitas tidak bertempat diruang2 kelas atau lab. Kita hidup dengan
mengingat masa lalu dan bukan masa depan...dan masa lalu mengingatkan
kepada kita creativitas ada diluar sana.

Jadi Teringat filmnya the beautiful Mind. Si jenius John Nash yang
diperankan dengan fantastis oleh Russel Crow diceritakan selama dia
menjadi Mahsiswa ia tidak pernah masuk kuliah... "kuliah dan ruangan
kelas hanya memenjarakan pikiran" begitu kira2 ucapnya ketika sedang
meneliti pergerakan burung merpati di taman!.

Namun secara fantastis ternyta ia mampu menemukan rumus baru dan pada
akhirnya menerima nobel di bidang matematika.
Namun disaat

Sekarang tidur dlam kekhawatiran
Besok Bangun matahari bersinar terang


02 mei
Obituari Hardiknas

bermain tradisional

Disaat tenaga sudah terkuras habis dan ketika tubuh tidak bisa lagi
diajak bekerja. maka berbaring di kasur dengan tak berdaya atau
duduk layu sambil memandang anak2 yang sedang bermain riang di depan
rumah sering menjadi pilihan.

Lalu waktu tiba saja ketika melihat anak2 kecil bermain, terpikir
kapan sebenarnya pandangan terhadap dunia sebagai tempat bermain yang
besar itu hilang?
Kapan tepatnya antusiasme yang meluap dan tak pernah habis dalam
menghadapi hari-hari ini mulai lenyap?
Kapan sebenarnya energi yang tanpa batas untuk aktifitas seharian full
itu tidak kita dapatkan lagi?
Kemana hilangnya karakter "scientist" untuk masuk daerah yang belum
pernah diinjak sama sekali , mencoba sesuatu hal yang baru,
bereksperimen dengan listrik, api (bahan berbahaya)?
Kemana lenyapnya keberanian untuk melompat ke sungai, memanjat pohon,
hujan-hujanan, kotor-kotoran dan kadang berantem (contoh yang g usah
di tiru)?

Pertanyaan itu datang ketika beberapa hari yang lalu secara periodik
melihat (dan Baru sadar) anak2 bermain permainan Tradisional depan
rumah (enggklak, atau entah apa namanya; melompat-lompat dengan satu
kaki di alas yang sudah di beri gambar garis tertentu …susah memang
jelasinnya!) tanpa beban dan penuh energi. Mungkin seperti ini
kehidupan semua kita pada saat kecil.

Walaupun sungguh miris ketika anak2 sekarang tidak tahu banyak tentang
permainan2 tradisional yang dulu mungkin dimainkan bapak ibunya waktu
kecil. Kian hari permainan tradisional semakin termarginalkan saja,
Mungkin akibat gempuran modernisme dengan game 2 individu yang melatih
jari tangan dan mungkin ditambah semakin sempitnya lahan untuk bermain
tradisional. Apalgi tuntutan dunia pendidikan sekarang untuk menjadi
seorang bocah yang berprestasi semu.

Sayang dan sungguh sayang ketika suatu nanti anak-anak kita tidak tahu
gimana caranya gambreng. Main congklak, bentengan, boy-boy-an, gatrik,
kucing kup, enggrang, dan masih banyak yang lupa-lupa ingat untuk saya
sebutkan. Untuk anak2 sekarang, Minjam kata-kata ulama mesir dulu...
begitu sedikit waktu yang kita punya sementara itu begitu banyak
permainan yang harus dicoba....

Lha terus apa hubungannya dengan pertanyaan diatas? Nyambung kah?
Entah nyambung pa ga tapi saya pikir mungkin akan da korelasi
permainan tradisional dengan lenyapnya antusiasme dan pertanyaan2 di
awal. ( klo nggak akan saya sambung-sambungkan saja).

Selamat hari pendidikan
Kapan pendidikan murah dan berkualitas?

hardiknas iya sich!

Besok ini tanggaal 02 Mei. Yang berati dalam tanggalan Indonesia besok adalah Hari Pendidikan Nasional yang kemudian dikenal dengan singkatan hardiknas. Yang kalau tidak salah dipilihnya tanggal 2 Mei ini menjadi hardiknas ini adalah bertepatan dengan lahirnya pahlawan indonesia pendiri Taman Siswa : Ki Hajar Dewantoro. Yang terkenal dengan petuahnya tut wuri handayani bla…bla…

Tapi ko anehnya serasa tak ada yang spesial dan persiapan khusus dalam hidup ini untuk menyambut Hardiknas . biasa-biasa saja , adem ayem. Nothing special. Padahal klo dipikir-pikir lebih dalam lagi pendidikan kan (salah satu) kunci utama untuk memperbaiki bangsa yang reyot ini. Tapi to yah… ko ga ngaruh ..gitu.

Apakah hilang kepedulian? bisa jadi. Apakah karena banyaknya masalah? Mungkin juga. Tapi saya pikir lebih dari itu, mungkin karena semakin sedikitnya lulusan pendidikan Indonesia yang bisa diandalkan..(dan mungkin juga termasuk para lulusan PT , bahkan PT dan sekolah yang mewah2). Padahal dulu (Jamannya Taman Siswa) di sekolah yang reyot dengan atap yang bocor jika hujan banyak yang lahir lulusan yang benar2 bisa diandalkan. Lalu apa yang salah?
Disaat yang lain sibuk mempersiapkan aksi besar-besaran. Di balik benak ini malah terpikirkan hal yg malah nyeleneh. Aksi= berkumpul, berkerumun , berorasi, jalan bentar kemudian diakhiri do’a lalu pulang dilanjutkan dengan istirahat kalo tidak tidur. Hasilnya, tetap saja tak ada perubahan terhadap pendidikan kita. Masih saja tidak kreatif, menakutkan dan mahal. (harus ngulang lagi materi fiqh aksi sepertinya)

Lalu…lama berselang… saya
membuka file2 lama di flashdisc saya temukan lagi catata n tentang pendidikan yang sudah lama tersimpan. Lumayan cukup panjang tapi tak ada salahnya jika saya bagikan juga di forum ini.
Silahkan dibaca! (sedikit edisi revisi)

Selamat Hari Pendidikan
Pendidikan untuk semua

pendidikan untuk semua

Besok ini tanggaal 02 Mei. Yang berati dalam tanggalan Indonesia besok adalah Hari Pendidikan Nasional yang kemudian dikenal dengan singkatan hardiknas. Yang kalau tidak salah dipilihnya tanggal 2 Mei ini menjadi hardiknas ini adalah bertepatan dengan lahirnya pahlawan indonesia pendiri Taman Siswa : Ki Hajar Dewantoro. Yang terkenal dengan petuahnya tut wuri handayani bla…bla…

Tapi ko anehnya serasa tak ada yang spesial dan persiapan khusus dalam hidup ini untuk menyambut Hardiknas . biasa-biasa saja , adem ayem. Nothing special. Padahal klo dipikir-pikir lebih dalam lagi pendidikan kan (salah satu) kunci utama untuk memperbaiki bangsa yang reyot ini. Tapi to yah… ko ga ngaruh ..gitu.

Apakah hilang kepedulian? bisa jadi. Apakah karena banyaknya masalah? Mungkin juga. Tapi saya pikir lebih dari itu, mungkin karena semakin sedikitnya lulusan pendidikan Indonesia yang bisa diandalkan..(dan mungkin juga termasuk para lulusan PT , bahkan PT dan sekolah yang mewah2). Padahal dulu (Jamannya Taman Siswa) di sekolah yang reyot dengan atap yang bocor jika hujan banyak yang lahir lulusan yang benar2 bisa diandalkan. Lalu apa yang salah?
Disaat yang lain sibuk mempersiapkan aksi besar-besaran. Di balik benak ini malah terpikirkan hal yg malah nyeleneh. Aksi= berkumpul, berkerumun , berorasi, jalan bentar kemudian diakhiri do’a lalu pulang dilanjutkan dengan istirahat kalo tidak tidur. Hasilnya, tetap saja tak ada perubahan terhadap pendidikan kita. Masih saja tidak kreatif, menakutkan dan mahal. (harus ngulang lagi materi fiqh aksi sepertinya)

Lalu…lama berselang… saya
membuka file2 lama di flashdisc saya temukan lagi catata n tentang pendidikan yang sudah lama tersimpan. Lumayan cukup panjang tapi tak ada salahnya jika saya bagikan juga di forum ini.
Silahkan dibaca! (sedikit edisi revisi)

Selamat Hari Pendidikan
Pendidikan untuk semua

cengengesan dan temperamen

berhadapan dengan masalah2 yang sepertinya tak ada jalan keluar. yang
tak ada titik terang. apalagi jalan keluar. buntu. gelap.

saya yakin kita pernah mengalami hal semacam itu. melalui jalan
hhidup yang tidak selalu sesuai dengan rencana. apalagi jalan yang
dilalui tidak selalu lurus dan datar. kadang ada belokan mendadak
yang kadang tiba-tiba saja didepan mata tanpa rambu.

ketakutan, kengerian, akan muncul tiba-tiba ketika kita akan
berhadapan (lagi)dengan masalah yang pernah terjadi dimasa lalu dan
dianggap sebagai pengalaman yang super mengerikan.

disaat berhadapan dengan hal seperti ini mungkin kita bisa
menghadapinya sambil dengan cengengesan. banyak memang orang yang
mengannggap cengengesan itu berarti tidak serius. tapi saya pikir
kita tetap bisa tetap serius dengan tetap mnjaga humor diri. ini
hanya masalah sudut pandang. kelapangan dada untuk mengganti
kendaraan di jalan besar bernama hidup memang sering mengijinkan kita
melihat sesuatu yang baru yang dulu terhalang, entah oleh ego, atau
emosi sendiri.

disaat cengengesan pun tidak banyak membantu dalam menghadapi
kesulitan mungkin sikap temperamen akan membantu. walaupun tetap
kebanykan orang mengannggap temperamen adalah bengis dan menakutkan.
saya pikir ini pun hanya masalah sudut pandang.

Selalu ada humor dalam setiap tragedi. Seperti halnya ada tragedi
dalam tiap humor.
cengengesan temperamen adalah cara memahami dan menikmati hidup yang
kompleks ini. dan melalui pemahaman itu memilih melanjutkan hidup
seperti apa adanya: campuran tragedi, drama dan komedi.

LA Berjaya !!

Menyusuri jalan kampus Brawijaya sekilas tampak memang seperti tidak
ada yang berubah. Tak ada yang salah dan tak ada yang aneh. Semua
tampak biasa-biasa saja. Normal.

Malam tadi, saya menemani teman mengunjungi teman yang tinggal di
kampus Brawijaya. Ngobrol-ngobrol cukup lama tentang banyak hal,
makan makanan lebih dalam sebuah acara yang dibawa pulang (aslinya
seeh makanan sisa), jalan-jalan bentar lihat2 gedung, lalu kemudian
pulang.

Dalam perjalanan pulang..., lho kok!?

Malam di Brawijaya ko bukan bertambah sepi dan sunyi, malah terasa
Hingar bingar yang semakin malam semakin meriah. Eh....ternyata
Panggung megah konser musik sudah kokoh berdiri. Pengunjung dan
penonton terus bertambah. Heran acara seperti ini masih saja ada dan
semakin banyak saja pengunjungnya. Yang paling bikin heran adalah
(dan mulai ngeh) sepanjang jalan di kampus umbul-umbul sebuah rokok
berjajar dari mulai pintu gerbang depan Braijaya. (belum lagi klo
lewat jalan yang ke SC)

Dan kok tiba-tiba saja teringat sebuah lagu "Is not easy (superman)-
nya" five for fighting. rasa skeptis mulai muncul. Ya, skeptis.
Terkadang memang skeptis adalah strategi terbaik untuk menertawakan
absurditas sekeliling. Apalagi secara sadar tidak banyak yang
diperbuat untuk merubah keadaan sekeliling. Jadi skeptis mengijinkan
seseorang untuk mengadopsi optimisme dengan resiko terluka sekecil
mungkin.

Entahlah, mungkin memang manusia mempunyai kemampuan luar biasa untuk
membiasakan diri akan kondisi apapun juga. Rasa sakit, rasa bersalah,
mukjizat, keajaiban, dan dosa. Seolah benak manusia mempunyai
kemapuan dan mempunyai mekanisme tersendiri untuk membuat diri jadi
kebal akan satu stimulan. Asalkan stimulan itu dibiarkan datang
secara perlahan-lahan. Ada waktu untuk mengeraskan hati. Ada waktu
menebalkan ari, menumpulkkan nurani dan akhirnya membiasakan diri.
Mati.

Rokok masuk kampus mungkin pada awalnya adalah malu...tabu...
Namun sekarang menyerbu masuk karena tak ada yang menyeru.
bingung harus ngapain...

Kalo seperti ini mungkin sudah tidak perlu lagi sikap skeptisme.
karena terlalu lama dalam sikap sekeptisme bisa dilihat sebagai
bentuk kepengecutan.
Karena seorang skeptik senantiasa berani bertanya, tanpa pernah
berani melempar jawab final. Jawaban final adalah tabu bagi seorang
skeptik. Namun justru di sanalah ia jadi seorang pengecut.


jadi teringat bagaimana cara me-matikan kodok dengan air panas.