04 April 2007

jawaban di milis...

Pilihan-pilihan yang ditawarkan antum (S. Bahtiar) tidak pernah
terpikirkan sama sekali oleh saya dan mungkin tidak akan pernah
menjadi alternatif pilihan saya. Kaget dengan pilihan yang antum
tawarkan!? Enggak juga (saya kan cukup mengerti siapa antum ko).

Jika sekarang saya berada di Gajayana, Saya akan cukup puas hati bisa
naik kereta yang cepat dan nyaman. Karena waktu dan tenaga saya tak
ingin saya habiskan di kereta. (kan harus menjadi pembicara di seminar
nasional trus ke bandara tuk "keluar"). Tapi bila sekarang ternyata
saya di mataremaja ya, ga masalah juga buat saya. Saya cukup senang
dengan kondisi mataremaja ditemani teman-teman yang "melek" terjaga
sepanjang malam dan saling mengawasi dan mengingatkan. (karena k-lo
tidur semenit az pasti ada copet yang mampir).
Namun bila harus benar-benar memilih saya ingin (bermimpi) jadi
pemilik perum KAI (kereta api indonesia). Biar tak ada lagi kereta
yang salah jadwal atau yang ngerem mendadak. atau kalau perlu kereta
seperti mataremaja yang sumpek-pek itu diganti dengan yang layak.

Dan pilihan lain yang menjadi pilihan saya sementara ini adalah saya
cukup senang menjadi penonton. Kata pytagoras, (tau kan pytagoras?
orang yang suka ngitung2 sisi segi tiga pasti ngerti...lahir di
Selatan Itali abad ke-6 SM, disampimg sebagai matematikawan ternyata
ia juga seorang filsup dan mistik sekaligus) dalam teori etik
filsafatnya ia bicara tentang posisi penonton dalam satu sistem
masyarakat:

"Dalam hidup ini ada tiga macam manusia yang datang ke pertandingan
olimpiade: yang paling hina adalah mereka yang datang ke pertandingan
untuk berjualan. Jenis yang lebih baik adalah mereka yang datang ke
pertandingan untuk ikut bertanding. Sementara jenis yang terbaik
adalah mereka yang datang hanya untuk menonton. Kebebasan tertinggi
bagi manusia datang ketika ia mampu dengan dingin menonton dan
menganalisa satu proses. Mereka yang mampu melakukannya niscaya
terbebas dari beban sirkularitas hidup nan membosankan."

Ha! Kaget?

Sungguh sangat berbeda dengan definisi kita tentang posisi tiap pemain
dalam masyarakat. Di tengah dunia yang getol menghujat dan mencela
penonton dan komentator. mengagungkan dan memuji para atlet, dan
berucap "wah" kepada para pelihat peluang bisnis. pytagoras memang
jadi terdengar canggung dan naif.

Anda bosan mendengar komentator? Ah,..itu mungkin masalah Anda
sendiri. Barangkali anda merasa terbeban untuk mendengar komentator
orang karena tiap kali berkomentar ternyata Anda pun ingin di dengar?
Komentator menurut pytgoras adalah komentator yang tidak peduli
pendapat orang. Ia berkomentar bagi dan demi dirinya sendiri.
mungkin

nb:
Pada waktu menulis milis ini kalo boleh saya jujur, saya tidak sedang
di kereta Mataremaja ataupun Gajayana. Klo boleh berimajinasi, Pas
waktu nulis saya sedang duduk di depan komputer rental (maklum
komputernya masih ditoko), ditemani lagu SOS yang ternyata judulnya
"ingin pulang". Pas banget kan ??
Entar pulang nanti naik Matar atau gajayana y?

03 April 2007

jawaban dari matar...

Saya sehh tidak berkeberatan (memang pas dan bisa benar) dengan
usulan-usulan yang tertulis, yang bagi saya lebih terasa sebagai tips
bahagia naik kereta. Padahal Saya kan bercerita matar dan Gajayana
sebagai penonton yang mengamati (dan kalaupun menjadi penumpang saya
akan trus berbahagia dengan kereta yang saya tumpangi). Yang membuka
mulut dan mencoba bebas dari sirkulasi hidup yang mulai membosankan.

Tapi yang saya tak habis pikr adalah ko bisa-bisanya dan nyambung-
nyambungnya mengidentifikasikan mataremaja dengan KAMMI.
Kalo karena KAMMI sendiri akhir-akhir ini atau sampai sekarang seperti
matar? Bisa jadi.
tapi trus: so what gitu lho!! :) Sungguh terasa ada yang mengganjal
dan dipaksakan untuk menyamakan KAMMI dengan matar. Kenapa KAMMI sama
dengan matar? Dalam konteks apa? Apa maksudnya? Tak terterangkan
dengan objektif.

Yah, yang sudah mengalami dan yang telah berlama di KAMMI mungkin
nanti suatu ketika bisa menerangkannya lebih gamblang lagi (klo memang
meraskan KAMMI bagai matar). Namun jika mengidentifikasikan pada satu
hal tertentu, (seperti sumpek, terdzolimi, dsb) lumayan agak
mengganggu dalaman isi kepala ini. Pasalnya, jika tiba-tiba KAMMI
saja sekarang ini sudah makmur dan nyaman dan menjadi penting. Saya
yakin mungkin identifikasi KAMMI dengan matar tidak akan muncul.

Bagi saya, mengidentifikasikan KAMMI dengan matar yang kelas bawah
merupakan pembajakan karakter, dan membunuh karakter pula. Apalagi
bila harus mengawetkan image KAMMI dengan matar. Jangan sampai dah..
nanti mungkin bisa menjadi seperti diawetkannya jenasah fir'aun di
mesir sana, atau jenasah Lenin yang diawetkan di lapangan merah di
Moskow sana.
Dan jika sekedar imaji (bikinan sendiri)lah yang kita rayakan dari apa
yang dirasakan oleh pelaku, ehmm... selamat jalan harapan untuk
belajar dari sejarah.
Atau...
Identifikasi KAMMI dan matar mungkin bagus juga. Matar mungkin bisa
dijadikan sebagai salah satu pelengkap identifikasi dari sekian banyak
identifikasi dalam sejarah KAMMI sebagai salah satu kereta dakwah.

Ah.... Apapun yang terjadi hari ini semoga suatu saat dimasa depan
jika kita menengok kebelakang dan melihat sejarah identifikasi KAMMI
hari inii, kita bisa memahaminya secara utuh.
Ya, semoga saja.

Saya nih lagi ngomong apa sih?
Saya ko g ngerti.
Mungkin anda mengerti??

jawaban dari matar...

Saya sehh tidak berkeberatan (memang pas dan bisa benar) dengan
usulan-usulan yang tertulis, yang bagi saya lebih terasa sebagai tips
bahagia naik kereta. Padahal Saya kan bercerita matar dan Gajayana
sebagai penonton yang mengamati (dan kalaupun menjadi penumpang saya
akan trus berbahagia dengan kereta yang saya tumpangi). Yang membuka
mulut dan mencoba bebas dari sirkulasi hidup yang mulai membosankan.

Tapi yang saya tak habis pikr adalah ko bisa-bisanya dan nyambung-
nyambungnya mengidentifikasikan mataremaja dengan KAMMI.
Kalo karena KAMMI sendiri akhir-akhir ini atau sampai sekarang seperti
matar? Bisa jadi.
tapi trus: so what gitu lho!! :) Sungguh terasa ada yang mengganjal
dan dipaksakan untuk menyamakan KAMMI dengan matar. Kenapa KAMMI sama
dengan matar? Dalam konteks apa? Apa maksudnya? Tak terterangkan
dengan objektif.

Yah, yang sudah mengalami dan yang telah berlama di KAMMI mungkin
nanti suatu ketika bisa menerangkannya lebih gamblang lagi (klo memang
meraskan KAMMI bagai matar). Namun jika mengidentifikasikan pada satu
hal tertentu, (seperti sumpek, terdzolimi, dsb) lumayan agak
mengganggu dalaman isi kepala ini. Pasalnya, jika tiba-tiba KAMMI
saja sekarang ini sudah makmur dan nyaman dan menjadi penting. Saya
yakin mungkin identifikasi KAMMI dengan matar tidak akan muncul.

Bagi saya, mengidentifikasikan KAMMI dengan matar yang kelas bawah
merupakan pembajakan karakter, dan membunuh karakter pula. Apalagi
bila harus mengawetkan image KAMMI dengan matar. Jangan sampai dah..
nanti mungkin bisa menjadi seperti diawetkannya jenasah fir'aun di
mesir sana, atau jenasah Lenin yang diawetkan di lapangan merah di
Moskow sana.
Dan jika sekedar imaji (bikinan sendiri)lah yang kita rayakan dari apa
yang dirasakan oleh pelaku, ehmm... selamat jalan harapan untuk
belajar dari sejarah.
Atau...
Identifikasi KAMMI dan matar mungkin bagus juga. Matar mungkin bisa
dijadikan sebagai salah satu pelengkap identifikasi dari sekian banyak
identifikasi dalam sejarah KAMMI sebagai salah satu kereta dakwah.

Ah.... Apapun yang terjadi hari ini semoga suatu saat dimasa depan
jika kita menengok kebelakang dan melihat sejarah identifikasi KAMMI
hari inii, kita bisa memahaminya secara utuh.
Ya, semoga saja.

Saya nih lagi ngomong apa sih?
Saya ko g ngerti.
Mungkin anda mengerti??

01 April 2007

Mataremaja dan Gajayana (sebuah catatan untuk para aktivis)

Karena Mataremaja harus mengalah
bukan berarti Gajayana bisa seenaknya

Dalam sistem transportasi perkeretaApi-an Indonesia dikenal-lah
dua buah nama kereta api yang sangat terkenal dengan rute Malang-
Jakarta: Mataremaja dan Gajayana. Walaupun mempunyai kota tujuan yang
sama dan jalur yang dilalui juga sama, lantas kita berpikir kondisi
kedua kereta juga sama. Ternyata tidak. Keduanya tidak sama dan
sangat jauh berbeda. Bagaikan langit dan jurang.

Gajayana, kereta api yang berkostum putih bergaris biru di badan
kereta, disediakan sebagai tranportasi alternatif bagi para
eksekutif. Dalam hirarki kelas transportasi, Gajayana menempati
urutan kelas pertama, yang berarti transportasi ini menawarkan
kemewahan, kenyamanan, kecepatan dan segala jasa dan perlengkapan
yang tentunya nomer wahid.

Kenyamanan- keamanan adalah kata kunci transportasi kereta kelas
satu ini. Jadi AC, TV, selimut dan bantal, makan, ruang restorasi,
toilet yang bersih dengan aliran air yang tak kunjung habis, semua
disediakan untuk membuat penumpang merasa senyaman mungkin.
Gajayana mempunyai dimensi Ruang dan Waktu yang tetap dalam
sendirinya. Ia bagaikan ruang yang tak tertembus oleh keadaan diluar
kereta, Dalam artian dari awal berangkat sampai akhir tujuan, kondisi
ruang dalam kereta akan relatif sama. Gajayana dalam hal lain berarti
lambang kesuksesan.

Dalam rute yang sama dikenal pula Mataremaja, kereta api kelas
tiga (ekonomi) berwarna merah (merah dan kelas tiga, duh... kenapa y
kongsi lama ini selalu muncul?), biasanya melaju dengan kecepatan
sahaja meliuk membelah sawah dengan anggun. Kecepatan saat menyisir
pantai dan mendaki bukit serasa tak ada bedanya.

Bila Anda berada dalam tranportasi kelas tiga, berarti anda
dilarang menanyakan kenyamanan, kecepatan, dan waktu. Karena semuanya
tidak akan didapatkan. Anda tak akan mendapatkan kursi yang empuk,
toilet, keheningan, bahkan keamanan (seorang teman mengatakan antara
jumlah penumpang dan pencopet lebih banyak pencopet -katanya) dalam
kereta ini.

Jadi jika anda berhasil sampai tujuan dengan selamat dengan
tidak kekurangan apapun, maka anda harus cukup berbangga (ada dua
kemungkinan anda tidak dicopet pertama anda tidak layak untuk dicopet
karena tak ada uang. Kedua, anda disangka pencopet juga oleh pencopet
hehe..). Mataremaja mempunyai dimensi ruang dan waktu yang berbeda
pula. Ia mempunyai dimensi ruang yang senantiasa berubah setiap saat.
Di setiap stasiun yang ia lewati, akan membawa perubahan pada suasana
ruang dalam kereta dan itu kepastian. Mataremaja sebuah miniatur
dunia dalam lorong yang sempit.

Bukan perbedaan itu sebenarnya yang ingin saya sampaikan dalam
tulisan ini. Tapi satu hal yang perlu diperhatikan kenapa Gajayana
akan selalu sampai tujuan lebih awal dari Mataremaja. Padahal dalam
setiap perjalanan antara Malang dan Jakarta atau sebaliknya,
Mataremaja berangkat terlebih dahulu dan akan sampai paling akhir.
Dalam perjalanan mencapai tempat tujuan, Mataremaja akan selalu
mengalah dan membiarkan kereta, yang secara kelas hirarki lebih
tinggi, lewat terlebih dahulu. Ia akan menunggu sampai Gajayana
jalan bebas tanpa hambatan. Mataremaja akan menunda perjalanan jika
Gajayana belum leawat. Mataremaja akan melambat hanya untuk gajayana
bisa berjalan cepat. Hal tersebut adalah wajar dan sangat wajar.
Tidak ada yang salah untuk harga sebuah nama yang sangat mahal:
keteraturan dan kerapian. Wajar dan harus seperti itu.

Yang tidak wajar adalah ketika Gajayana mendadak memberitahukan
akan menunda pemberangkatan dan secara tiba-tiba dan mendadak pula
memberitahukan keberangkatan. Yang tidak wajar adalah ketika Gajayana
merubah-rubah jadwal pemberangkatan tanpa konfirmasi secara resmi.
Yang tidak wajar adalah Gajayana berhenti mendadak tanpa informasi
dan melanjutkan perjalanan mendadak tanpa konfirmasi.
Namun betapapun Gajayana yang terus berbuat kekeliruan maka
Mataremaja akan berjalan menyesuaikan.
Matar...matar...
kereta yg tidak hanya membawa penumpang,

dibawah tekanan

Sekitar tahun 1778, bertempat di Inggris muncullah sebuah
karya yang menggemparkan dan terus menjadi perbincangkan dan
perdebatan penduduk Inggris saat itu. Yaitu karya hasil penelitian
Malthius yang berjudul "An Essay on the principle of populations as
it Affects the Future Improvement of Societyditulis" menyampaikan
bahwasanya kemampuan manusia untuk tumbuh (the power of population)
akan tumbuh mengalahkan kemampuan bumi untuk menyediakan kebutuhan
manusia (the power in the earth). Dan bagi Negara Inggris, yang hanya
mempunyai segumpal tanah, ketidakmampuan bumi menghasilkan energi
berarti adalah sebuah bencana; kelaparan, penderitaan dan kiamat.

Seperti manusia pada umumnya dalam menyikapi suatu masalah,
di Inggris pun manusia terbagi dua kelompok dalam merespon karya
penelitian Malthius. pertama adalah kelompok yang pesimis yang
kemudian mengekspresikan tindakannya dengan mencaci, mengutuk,
melakukan protes-protes terhadap kerajaan dan hidup dalam ketakutan
yang berlebihan. Satu kelompok lain disebut dengan kelompok optimis,
Kelompok ini mengambil langkah awal untuk segera mencari jalan keluar
dari masalah yang akan dihadapi.

Tindakan pertama yang diambil oleh kelompok optimis adalah masuk ke
kotak ketidaknyamanan dan melanjutkan hidupnya dengan melakukan
serangkaian penelitian dan terus berusaha untuk keluar dari kotak
ketidaknyamanan. Akhirnya dari kelompok inilah solusi atas masalah
yang menyelimuti Inggris muncul. Dari kelompok inilah tekanan yang
berat tersebut berhasil ditranformasi menjadi sebuah energi untuk
menciptakan karya-karya besar yang menggetarkan sejarah.

Berkat orang-orang optimis inilah Inggris kemudian berevolusi
dari kerajaan yang kecil tampil kemuka memimpin dunia dengan tiga
kekuatan besarnya yaitu Emigrasi, Revolusi Pertanian dan Revolusi
Industri. Tidak hanya itu, dengan cepat Inggris mampu kemudian
menjadi sebuah kerajaan yang bukan saja solid di Eropa namun mampu
menginvasi Negeri-negeri di belahan dunia lain.

Tampaknya memang demikian. Sejarah selalu bercerita bahwa
karya-karya besar hanya dapat tumbuh besar dari ladang-ladang yang
penuh tekanan. Karya-karya jenius lahir dari rahim yang penuh
tekanan.

Tekanan dan karya seperti terhubung dalam pipa Letter U,
Semakin besar daya tekanan di sisi satu maka semakin kuat pula daya
yang muncul di sisi lain. Semakin besar kesulitan yang menghimpit
semakin banyak jalan kemudahan yang terbuka.

Kesulitan, tekanan bisa jadi adalah salah satu ketakutan
manusia. Salah satu bentuk horor yang ingin dihindari. Momok yang
membuat tidak nyaman. Namun apabila berhasil ditaklukkan , bisa jadi
merupakan sumber inspirasi yang kaya. yang tak mati dan tak berhenti.
Dan kreativitas dan daya cipta akan mengalir seras mengikuti.

Di semakin pekatnya malam fajar semakin dekat.

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
(QS. Al-Insyirah 5-6)

memaknai kesendirian (tentang bercanda dgn kesendirian)

Setiap orang tak mungkin dapat hidup sendirian seperti tak mungkin
dapat hidup dengan terus menerus hidup bersama-sama orang lain.
Selain butuh bersama manusia butuh hidup sendiri (uzlah).
Manusia butuh hidup bersama-sama untuk menaklukkan salah satu horor
terbesar manusia : sendiri, kesepian dan keterasingan.
Pun manusia tak mungkin dapat hidup terus menerus bersam-sama dengan
orang lain. Manusia butuh ber-sendiri (ber-uzlah) untuk sekedar
bersepi-sepi dalam renungan yang panjang.

Bersendiri adalah kebutuhan manusia. Namun bagi seorang pembelajar
kebutuhan kesendirian bukan untuk bersendiri terus menerus dan larut
dalam kesendirian sehingga lalai dalam tugas. Ber-Sendiri diperlukan
sementara untuk meniatkan kembali berjuang dalam peperangan.
Bersendiri dibutuhkan untuk mempersiapkan dan memberi pakan kuda
perang untuk persiapan perang selanjutnya. Ber-Sendiri untuk mengasah
pedang dan anak panah. Memperbaiki baju perang yang terkoyak. Untuk
mengevaluasi diri. Atau sebagai sumber kreativitas dan inspirasi
dalam memecahkan masalah. Untuk melihat akar masalah.

Maka adalah Newton yang sering menyendiri, merenungkan gagasannya di
atas bukit di bawah pohon apel. John Nash, yang sendiri berpikir di
balik jendela atau di atap gedung ditemani dengan teman imajinernya
(walaupun John Nash mengidap Scrizofenia tapi ia termasuk jenius).
Dan anda akan menemukan daftar nama- yang panjang para penyendiri
yang terekam dalam sejarah.

Manusia butuh sendiri. Walaupun hanya untuk sekedar mencoba sensasi
kesepian. Menghirup aroma keterasingan. Karena Sampai sekarang
kesepian adalah imaji yang laris dijual di bumi manusia yang heptic
dan berisik. Mulai dari musik, cerita sampai sastra. Mulai dari si
Buta dari goa hantu yang mengembara dari satu daerah ke area baru,
Panji Tengkorak yang kemana-mana selalu bawa peti mati (terang aja
kesepian. Emang siapa yang mo deket2). Sampai Silver Sulvur yang
menjelajahi antar galaksi sendiri di atas papan seluncur. Semua
memanfaatkan imaji kesepian.

Mungkin saja setelah Anda menyendiri, Anda menemukan sebuah dunia
baru yang benar-benar fresh. Walaupun Mungkin hanya Anda seorang yang
bisa menikmati. Tak masalah.

Katanya kesepian adalah sumber aura tersendiri bagi para
penyandangnya. Kesepian itu cool, mungkin demikian bahasa posmonya.

Kesepian kok cool? Mbuh...
Merasa cool kah saya? Boro-boro... bosen iya!

sendiri-berpisah

Adalah sikembar identik Laleh Binjani dan Laden Binjani, dua
perempuan asal Iran, rela mempertaruhkan nyawanya untuk operasi
pemisahan kepalanya. Padahal mereka selama lebih dari seperempat abad
mampu hidup sukses dengan kepala berdempet. Padahal mereka telah
sukses hidup untuk membagi dunianya masing-masing. Mereka telah
sukses untuk menjalani hidupnya berdua bersama-sama. Bermain,
belajar, dan bekerja. Semua Bersama-sama.
Kenyataan mereka bisa hidup sukses bersama-selama lebih dari
25 tahun ternyata bukan alasan bagi mereka untuk tidak berpisah.
Fakta mereka juga dilahirkan dari kandungan yang sama. Di kandung
dalam rahim yang sama. Diasuh oleh ibu yang sama. Dibesarkan oleh
orang tua yang sama. Dan dalam lampau waktu yang sama bukan alasan
bagi mereka untuk menjalani hidup bersatu terus menerus bersama-
sama.
Mereka akhirnya tetap bersikukuh untuk melakukan operasi. Walaupun
alasan untuk melakukan operasi pemisahan kepala, yang resikonya
terrenggut nyawa, terbilang sangat sederhana. Sangat-sangat
sederhana. Alasannya mungkin tidak sebanding dengan resiko yang akan
terjadi. Mereka hanya ingin bisa menyetir mobil sendiri, Simpel dan
terlampau sederhana. Alasan lain yang diungkapkan adalah mereka
ingin melihat wajah saudaranya langsung, tanpa harus melihat dengan
bantuan cermin.
Alasan yang disampaikan memang sederhana namun dibaliknya tersimpan
makna yang terlampau rumit apabila hanya bisa diucapkan dengan kata-
kata saja. Sendiri.
Kesadaran akan ada dunia yang tidak bisa dinikmati bersama. Ada ruang
yang harus mereka isi sendiri tanpa kehadiran orang lain. Ada
wilayah yang tidak bisa mereka bagi –bahkan saudara kembarnya
sekalipun-. Ada waktu yang ingin mereka habiskan sendiri walaupun
hanya sekedar untuk melamun sendirian (emang ada melamun bersama-
sama?). Ada rahasia yang ingin mereka simpan sendiri tanpa orang lain
mengetahui.
Sendiri. Sendiri. Sendiri. Maka pilihannya adalah berpisah. Walaupun
hanya bisa dinikmati dengan jalan kematian.

Teringat-terngiang puisi yang entah saya dengar kapan dan dimana.
Jangan sampai ada dua matahari-
walau bulan redup cahayanya.

sahabat...

"...Tidak adakah yang mau bangkit menentang musuh-musuh yang telah
berjanji setia untuk menghancurkan dan menghukum kita?"
"Tidakkah umat ini malu terhadap dirinya yang dihina sedangkan
padanya ada kemuliaan? Tidak malukah negara-negara umat ini
membiarkan kami kepada penjahat zionis dan sekutu antarbangsanya,
tanpa memandang kami dengan pandangan yang mampu meredakan air mata
kami dan meringankan beban kami?" kira-kira begitulah petikan surat
yang di tulis oleh Syeikh Ahmad Yassin di masa2 sengitnya perlawanan
Palestina dengan Israel.
Ahmad Yassin, seorang ulama di Palestina, yang sejak awal memimpin
gerakan perlawanan atas penjajahan Israel terhadap negeri palestina.
Di Tahun 1987 di Jalur Gaza, dua tahun setelah dibebaskan dari
penjara Rezim Imperialisme Israel, bersama para aktivis Islam
palestina Ahmad Yassin mendirikan Gerakan Perlawanan Islam "Hamas"
(Harakatul Muqowammah Al-Islamiyah). Dari gerakan ini Ahmad Yassin
mengorganisir pemuda-pemuda Palestina untuk melawan pasukan-pasukan
penjajah Israel.
Gerakan yang dipimpinya ini benar-benar menjadi sebuah gerakan yang
besar dan segera menyebar keseluruh daerah di Palestina. Kelumpuhan
yang dideritanya tidak membuatnya menjadi lemah apalagi menyerah.
Justru dari atas kursi rodanya itulah Ahmad yassin mampu menggerakkan
pemuda-pemuda palestina untuk berjuang melawan Zionis. Ahmad Yassin
mampu mengumpulkan jemari tangan perlawanan di Palestina menjadi
sebuah kepalan tinju.
Tak ayal kepemimpinannya di Hamas serta ketegasannya menolak
berdirinya negara Israel mengantarkan Ia ke penjara seumur hidup dan
ditambah lagi 15 tahun penjara. Namun penjara zionis hanya mampu
menahannya selama 6 tahun di penjara, setelah kemudian bebas dengan
pertukaran seorang serdadu milter Israel.
Keluar dari penjara Ahmad Yassin menderita beberapa penyakit lain
akibat penyiksaan selama di penjara. Selain kelumpuhan, kebutaan mata
kiri akibat penyiksaan selama dipenjara Israel, radang telinga,
alergi paru-paru dan gangguan organ dalam ia derita selama mendekam
di penjara. Namun segala penyakit yang dideritannya tidak
menghentikan tekadnya untuk terus berjuang, melawan dan melawan.
Sampai akhirnya Israel butuh menembakan tiga rudal
ketubuhnya untuk menghentikan perlawanan dari seorang yang lumpuh
total.
Banyak sudah esai yang menceritakan kepahlawanan Ahmad
Yassin. Banyak buku yang ditulis tentang jalan yang ditempuhnya
melawan Zionis. Dan bagaimana keimanannya banyak mewarnai strategi
perlawanannya sudah banyak bertebaran.
Namun, sekarang yang ingin saya soroti disini adalah petikan
surat dari ahmad Yassin awal dari tulisan saya ini. Surat yang
ditulis ditengah daerah jemput maut dan zona berbahaya.
Surat yang mengingatkan kepada kita masih ada izzah Islam di tengah
komunitas yang terhipnotis akan kebesaran yahudi. Saya percaya
kekuatan Ahmad Yassin sebagai pemimpin yang tangguh dan organisatoris
yang ulung punya arti yang tidak sedikit. Setidaknya beliau
menunjukkan bahwa di tengah daerah yang begitu terlingkupi dengan
kekuatan zionis, nurani, keimanan masih membara.
Saya percaya Syahidnya Seikh Ahmad Yassin adalah bagian dari
rencana Allah dalam hidupnya. Dan petikan surat yang terasa keras
kepada semua umat muslim adalah posisi beliau sebagai sahabat bagi
semua umat muslim diseluruh dunia.
Bahwa menjadi seorang sahabat dalam muslim bukan hanya mengusahakan
kenyamanan semata, namun juga saling mengingatkan akan panggilan
Allah ... biarpun itu berarti membawa sang sahabat ke situasi yang
tidak menyenangkan.

Dan suara sahabat yang sudah memanggil...